Narasi Petugas Partai Cara Megawati Pagari Kader Agar Tak Terseret Skenario Politik
Selasa, 01 Juni 2021 - 12:51 WIB
JAKARTA - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri kembali menegaskan kepada seluruh kader partai tentang istilah atau narasi petugas partai. Narasi ini kemudian mengingatkan pernyataan Megawati kepada Presiden Jokowi yang sontak mengundang pro-kontra dari sejumlah kalangan masyarakat saat itu.
Kini pernyataan serupa muncul kembali di tengah isu memanasnya politik di internal partai berlambang Banteng Moncong Putih yang kemudian dikaitkan sebagian kalangan dengan rivalitas Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Ketua DPP PDIP yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani di Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad menilai, pernyataan Megawati itu disampaikan dalam konteks peresmian 25 kantor partai yang ada di sejumlah daerah di Indonesia. Menurutnya, dibandingkan partai lain, PDIP ini memiliki keunikan karena partai ini termasuk partai kader yang mengedepankan basis ideologi partai sebagai pilar utamanya. "Saya kira pernyataan Bu Mega tersebut ditujukan ke internal kader dan anggota PDIP, khususnya yang berasal dari tiga pilar partai," ujarnya, Selasa (1/6/2021).
Pertama, kata Nyarwi, para kader partai yang menjadi pengurus organisai partai, baik di level pusat hingga daerah. Kedua, jajaran kader partai yang menduduki jabatan-jabatan eksekutif, mulai Kepala/Wakil Kepala Daerah, tak terkecuali Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, hingga yang menjabat sebagai Presiden, sebagaimana yang kita tahu saat ini adalah Jokowi. Ketiga, para elit PDIP yang menduduki jabatan publik di lembaga legislatif, mulai DPRD Kota/Kabupaten, Provinsi hingga DPR RI.
"Dalam perspektif marketing politik, ketiga nya memiliki dua posisi dan peran sekaligus. Pertama, sebagai entitas pasar politik internal PDIP. Kedua sebagai barisan marketer (pemasar) ideologis dan mesin pemasaran politik yang menjadi tumpuan PDIP dalam memasarkan dirinya sebagai partai politik di Indonesia," tutur Nyarwi.
Lebih lanjut pakar komunikasi politik asal UGM itu menilai, pernyataan Megawati soal petugas partai selain ditujukan kepada mereka, juga kepada publik secara luas, serta elite-elite politik dari partai lain.
Dia mengatakan, terkait dengan publik, Megawati tampaknya ingin menegaskan karakter organisasi, keunikan, political branding dan positioning PDIP, sebagai partai kader yang berbasis massa, dibandingkan partai-partai lain. Sementara itu, terkait dengan para elite/pimpinan partai, statement Megawati ini juga tampaknya dimaksudkan untuk memagari para kader-nya, agar tidak tergoda untuk terseret dalam skenario dan agenda-agenda politik dari partai-partai lain. Menurutnya, apa yang disampaikan dan dicontohkan Megawati ini merupakan langkah taktis dan strategis, sebagai seorang pemimpin partai, dalam mengawal model kepemimpinan organisasi partai sekaligus menjadi referensi dalam praktik-praktek pemasaran politik partai.
"Hal ini, kalau kita baca sampai saat ini, masih jarang kita temukan di partai-partai lain. Mungkin, hanya beberapa pimpinan parpol di negeri ini yang melakukan model-model serupa dengan apa yang dilakukan oleh Bu Mega, yaitu Pak Prabowo Subianto pimpinan Partai Gerindra dan Pak Surya Paloh, pimpinan Partai Nasdem," pungkasnya.
Kini pernyataan serupa muncul kembali di tengah isu memanasnya politik di internal partai berlambang Banteng Moncong Putih yang kemudian dikaitkan sebagian kalangan dengan rivalitas Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Ketua DPP PDIP yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani di Pilpres 2024.
Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad menilai, pernyataan Megawati itu disampaikan dalam konteks peresmian 25 kantor partai yang ada di sejumlah daerah di Indonesia. Menurutnya, dibandingkan partai lain, PDIP ini memiliki keunikan karena partai ini termasuk partai kader yang mengedepankan basis ideologi partai sebagai pilar utamanya. "Saya kira pernyataan Bu Mega tersebut ditujukan ke internal kader dan anggota PDIP, khususnya yang berasal dari tiga pilar partai," ujarnya, Selasa (1/6/2021).
Pertama, kata Nyarwi, para kader partai yang menjadi pengurus organisai partai, baik di level pusat hingga daerah. Kedua, jajaran kader partai yang menduduki jabatan-jabatan eksekutif, mulai Kepala/Wakil Kepala Daerah, tak terkecuali Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, hingga yang menjabat sebagai Presiden, sebagaimana yang kita tahu saat ini adalah Jokowi. Ketiga, para elit PDIP yang menduduki jabatan publik di lembaga legislatif, mulai DPRD Kota/Kabupaten, Provinsi hingga DPR RI.
"Dalam perspektif marketing politik, ketiga nya memiliki dua posisi dan peran sekaligus. Pertama, sebagai entitas pasar politik internal PDIP. Kedua sebagai barisan marketer (pemasar) ideologis dan mesin pemasaran politik yang menjadi tumpuan PDIP dalam memasarkan dirinya sebagai partai politik di Indonesia," tutur Nyarwi.
Lebih lanjut pakar komunikasi politik asal UGM itu menilai, pernyataan Megawati soal petugas partai selain ditujukan kepada mereka, juga kepada publik secara luas, serta elite-elite politik dari partai lain.
Dia mengatakan, terkait dengan publik, Megawati tampaknya ingin menegaskan karakter organisasi, keunikan, political branding dan positioning PDIP, sebagai partai kader yang berbasis massa, dibandingkan partai-partai lain. Sementara itu, terkait dengan para elite/pimpinan partai, statement Megawati ini juga tampaknya dimaksudkan untuk memagari para kader-nya, agar tidak tergoda untuk terseret dalam skenario dan agenda-agenda politik dari partai-partai lain. Menurutnya, apa yang disampaikan dan dicontohkan Megawati ini merupakan langkah taktis dan strategis, sebagai seorang pemimpin partai, dalam mengawal model kepemimpinan organisasi partai sekaligus menjadi referensi dalam praktik-praktek pemasaran politik partai.
"Hal ini, kalau kita baca sampai saat ini, masih jarang kita temukan di partai-partai lain. Mungkin, hanya beberapa pimpinan parpol di negeri ini yang melakukan model-model serupa dengan apa yang dilakukan oleh Bu Mega, yaitu Pak Prabowo Subianto pimpinan Partai Gerindra dan Pak Surya Paloh, pimpinan Partai Nasdem," pungkasnya.
(cip)
tulis komentar anda