Soal Perjanjian Batu Tulis, Prabowo Diminta Jangan Terlalu Berharap Jadi Capres PDIP
Sabtu, 29 Mei 2021 - 20:10 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai naif bagi Prabowo Subianto dan Partai Gerindra jika terlalu berharap pada perjanjian Batu Tulis .
Adapun perjanjian Batu Tulis itu ditandatangani oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada 16 Mei 2009 silam.
Pasal ketujuh atau terakhir dalam perjanjian Batu Tulis itu menyebutkan bahwa Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden tahun 2014.
"PDIP punya catatan pernah mengingkari perjanjian Batu Tulis, sehingga menjadi naif bagi Prabowo juga Gerindra jika terlalu berharap pada perjanjian kembali," ujar Dedi kepada SINDOnews, Sabtu (29/5/2021).
Selain itu, kata dia, Prabowo Subianto perlu membaca kondisi PDIP jika kemudian hari PDIP memiliki tokoh yang dapat diunggulkan. "Maka PDIP sulit menerima posisi cawapres, dan Prabowo pun akan sulit menerima itu," ungkapnya.
Dia melanjutkan, jika PDIP tidak memiliki tokoh potensial, dan dengan segala keputusannya mengusung Puan Maharani, sementara elektabilitas Puan masih jauh di bawah elektabilitas PDIP maka peluang Prabowo bisa saja mengemuka menuju Capres.
Sekadar diketahui, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani pada Kamis 27 Mei 2021 tidak menampik Prabowo Subianto akan maju bersama calon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Pilpres 2024. Alasannya karena hubungan baik antara Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sejak lama.
Adapun perjanjian Batu Tulis itu ditandatangani oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada 16 Mei 2009 silam.
Pasal ketujuh atau terakhir dalam perjanjian Batu Tulis itu menyebutkan bahwa Megawati Soekarnoputri mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden tahun 2014.
"PDIP punya catatan pernah mengingkari perjanjian Batu Tulis, sehingga menjadi naif bagi Prabowo juga Gerindra jika terlalu berharap pada perjanjian kembali," ujar Dedi kepada SINDOnews, Sabtu (29/5/2021).
Baca Juga
Selain itu, kata dia, Prabowo Subianto perlu membaca kondisi PDIP jika kemudian hari PDIP memiliki tokoh yang dapat diunggulkan. "Maka PDIP sulit menerima posisi cawapres, dan Prabowo pun akan sulit menerima itu," ungkapnya.
Dia melanjutkan, jika PDIP tidak memiliki tokoh potensial, dan dengan segala keputusannya mengusung Puan Maharani, sementara elektabilitas Puan masih jauh di bawah elektabilitas PDIP maka peluang Prabowo bisa saja mengemuka menuju Capres.
Sekadar diketahui, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani pada Kamis 27 Mei 2021 tidak menampik Prabowo Subianto akan maju bersama calon dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Pilpres 2024. Alasannya karena hubungan baik antara Prabowo Subianto dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri sejak lama.
(dam)
tulis komentar anda