Tunda Mudik Demi Kesehatan Keluarga dan Lingkungan di Desa
Senin, 20 April 2020 - 09:08 WIB
JAKARTA - Masyarakat diminta untuk tidak mudik atau pulang kampung pada Lebaran nanti. Hal ini harus dilakukan demi kesehatan keluarga dan lingkungan di desa.
Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan pandemi COVID-19 telah mengubah semua sendi kehidupan. Ia memprediksi akan terjadi perubahan saat masa mudik nanti.
Mudik telah menjadi hajatan besar bagi masyarakat. Juga bagi pemerintah untuk mempersiapkan segala sesuatunya, seperti arus logistik dan manusia agar aman.
“Setiap tahun pemerintah pasti merencanakan dengan seksama untuk mudik Lebaran. Namun tahun ini, rasanya persiapan tidak perlu secermat tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (20/04/2020).
Karena tidak ada larangan, pemerintah harus tetap waspada dan memerhatikan pergerakan orang dari kota ke daerah atau desa. Djoko mengungkapkan akan ada kendaraan antarkota antarprovinsi (AKAP) “gelap” pada masa mudik Lebaran 2020. Salah satu faktornya, dihapuskannya program mudik gratis oleh pemerintah.
Berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan (Balitbang Kemenhub), ada 57% masyarakat yang memutuskan tidak mudik, 37% belum mudik, dan 7% sudah mudik. Responden survei ini berjumlah 42.890 orang yang berasal dari dari Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan daerah lain.
Yang perlu diperhatikan adalah orang-orang belum memutuskan mudik. Berdasarkan pendalaman, 66% memastikan tidak akan mudik dan 34% tetap pulang kampung. Djoko memberikan beberapa langkah untuk membendung mereka, yakni menutup semua pariwisata.
“Menutup akses jalan keluar masuk kota terdampak dan meningkatkan akses internet sampai pedesaan,” tuturnya.
Selain itu, pemerintah harus menghentikan operasional angkutan umum, melakukan kampanye kepada orang tua agar putra-putrinya tidak mudik, mendorong acara di televisi yang dikemas semenarik mungkin dan mendukung program stay at home, serta pengawasan penerapan work from home.
“Menunda mudik bukan berarti tidak mudik. Cuma waktunya tidak sekarang, masih bisa diganti di lain hari. Keselamatan kesehatan keluarga dan lingkungan menjadi pertimbangan untuk menunda mudik,” tegasnya.
Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengatakan pandemi COVID-19 telah mengubah semua sendi kehidupan. Ia memprediksi akan terjadi perubahan saat masa mudik nanti.
Mudik telah menjadi hajatan besar bagi masyarakat. Juga bagi pemerintah untuk mempersiapkan segala sesuatunya, seperti arus logistik dan manusia agar aman.
“Setiap tahun pemerintah pasti merencanakan dengan seksama untuk mudik Lebaran. Namun tahun ini, rasanya persiapan tidak perlu secermat tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (20/04/2020).
Karena tidak ada larangan, pemerintah harus tetap waspada dan memerhatikan pergerakan orang dari kota ke daerah atau desa. Djoko mengungkapkan akan ada kendaraan antarkota antarprovinsi (AKAP) “gelap” pada masa mudik Lebaran 2020. Salah satu faktornya, dihapuskannya program mudik gratis oleh pemerintah.
Berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan (Balitbang Kemenhub), ada 57% masyarakat yang memutuskan tidak mudik, 37% belum mudik, dan 7% sudah mudik. Responden survei ini berjumlah 42.890 orang yang berasal dari dari Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan daerah lain.
Yang perlu diperhatikan adalah orang-orang belum memutuskan mudik. Berdasarkan pendalaman, 66% memastikan tidak akan mudik dan 34% tetap pulang kampung. Djoko memberikan beberapa langkah untuk membendung mereka, yakni menutup semua pariwisata.
“Menutup akses jalan keluar masuk kota terdampak dan meningkatkan akses internet sampai pedesaan,” tuturnya.
Selain itu, pemerintah harus menghentikan operasional angkutan umum, melakukan kampanye kepada orang tua agar putra-putrinya tidak mudik, mendorong acara di televisi yang dikemas semenarik mungkin dan mendukung program stay at home, serta pengawasan penerapan work from home.
“Menunda mudik bukan berarti tidak mudik. Cuma waktunya tidak sekarang, masih bisa diganti di lain hari. Keselamatan kesehatan keluarga dan lingkungan menjadi pertimbangan untuk menunda mudik,” tegasnya.
(kri)
tulis komentar anda