Optimisme Bangkit dari Resesi

Senin, 10 Mei 2021 - 06:30 WIB
Optimisme Bangkit dari...
Optimisme Bangkit dari Resesi
Candra Fajri Ananda

Staf Khusus Kementerian Keuangan RI

Gejolak ekonomi di tengah pandemi masih terjadi. Ekonomi Indonesia belum sepenuhnya pulih. Meski terus mengarah pada perbaikan ekonomi, namun resesi masih menyelimuti. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal I – 2021 masih terkontraksi 0,74% (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu, sedangkan secara kuartal per kuartal (q to q) minus 0,96%. Praktis, hal tersebut menunjukkan bahwa saat ini Indonesia belum berhasil keluar dari resesi ekonomi. Meski masih mengalami kontraksi, namun tanda pemulihan mulai terlihat semakin nyata. Pasalnya bila dibandingkan dengan tahun lalu, pertumbuhan ekonomi terus konsisten mengalami perbaikan. Pada masa awal pandemi, kuartal II–2020, ekonomi Indonesia sempat mengalami tekanan hebat hingga minus 5,32% (yoy). Lalu pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan mulai membaik pada kuartal III-2020 yang minus 3,49% (yoy), dan kuartal IV-2020 kontraksi kembali tumbuh menjadi minus 2,19% (yoy).

Konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi domestik masih menunjukkan tumbuh lemah. Struktur pertumbuhan ekonomi berdasarkan pengeluaran tak ada perubahan, di mana mayoritas atau 88,91% disumbang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Pada kuartal I-2021, konsumsi rumah tangga masih minus 2,23% dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto minus 0,23%. Demikian pula dengan konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga atau LNPRT juga masih minus 4,53%. Sementara itu, konsumsi pemerintah tumbuh positif 2,96%, begitu juga dengan ekspor dan impor yang masing-masing tumbuh 6,74% dan 5,27%. Berdasarkan data tersebut, maka konsumsi rumah tangga masih menjadi tantangan terbesar yang harus di dorong naik. Di sisi lain, meskipun investasi masih terkontraksi, namun angka tersebut telah mendekati titik nol.

Walaupun begitu, optimisme perlu terus dikembangkan melihat beberapa indikator lain seperti PMI dan IKK (Indeks Keyakinan Konsumen) yang menunjukkan angka-angka yang menggembirakan. Capaian PMI manufaktur Indonesia pada Maret 2021, mencapai level 53,2 meningkat dibanding sebulan sebelumnya di level 51,3. Bahkan pada bulan April 2021 level PMI mencapai 54,6. Suatu capaian tertinggi angka PMI selama beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan geliat positif dan terus melakukan ekspansi. Ini penting mengingat sektor manufaktur memiliki peran 21% pada PDB.

Hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia mencatat bahwa pada Maret 2021 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami peningkatan hingga 93,4. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pada bulan Februari dan Januari 2021 yang masing-masing sebesar 85,8 dan 84,9. Hal tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi perbaikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi. Pulihnya kepercayaan konsumen tersebut tak lain akibat hadirnya vaksin Covid-19 yang mampu menjadi angin segar di tengah ketidakpastian terhadap berakhirnya pandemi ini serta adanya berbagai insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah untuk mendorong kegiatan produksi di masyarakat.

Pemerintah adalah Kunci
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!