Perang Urat Saraf Berlanjut, Kubu Moeldoko Sebut Anak Pepo Matang Karbitan
Jum'at, 07 Mei 2021 - 17:39 WIB
JAKARTA - Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat pimpinan Moeldoko , Saiful Huda Ems menyatakan ramainya pemberitaan seputar gugurnya gugatan kubu Moeldoko lantaran tidak pernah hadir dalam sidang huru-hara Partai Demokrat, membuat para loyalis Demokrat kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) semakin besar kepala dan menyerang kubu Moeldoko secara membabi buta dengan berbagai olok-olokan yang tak mencerminkan jati diri mereka sebagai kaum terdidik.
"Wasekjen DPP Partai Demokrat kubu AHY, Irwan misalnya telah mengatakan dengan gugurnya gugatan (pihak Moeldoko) tersebut, dapat dibaca bahwa Moeldoko dkk tidak memiliki kesiapan, baik secara substansi maupun alat bukti untuk menggugat AD/ART 2020. Lebih dari itu Irwan juga mengatakan gugurnya gugatan tersebut menunjukkan tidak adanya rasa hormat kubu (mereka sebelumnya mengatakan dengan istilah gerombolan) Moeldoko terhadap lembaga peradilan," ujar Saiful, Jumat (7/5/2021). Baca juga: Elektabilitas Moncer, Anies Menggiurkan Dipasangkan dengan AHY
Saiful menganggap pernyataan Irwan sebagai bagian dari kubu AHY itu baginya menunjukkan bahwa AHY masihlah belum bisa benar-benar memahami hakikat perang hukum dan politik itu sendiri. Mereka dikatakan pria yang akrab disapa SHE itu melihat ternyata telah terjebak pada asumsi-asumsinya sendiri yang salah kaprah karena tak memahami masalah.
Menurutnya, kubu AHY seperti tengah berperang menghadapi bayangan ketakutan dan kepanikannya sendiri sehingga mereka selalu salah dalam menilai.
"Mereka lupa bahwa yang dihadapi AHY dan SBY kali ini bukanlah Ketua Umum Partai selevel AHY itu sendiri yang hanya seorang pelarian Mayor, anak Pepo yang ibarat pisang masih hijau namun dipaksa matang dengan dikarbit terlebih dahulu, melainkan Dr Moeldoko seorang mantan jenderal bintang empat yang sangat kenyang dengan pahit, getir dan manisnya hidup," jelas SHE.
"Moeldoko sudah terbiasa ditempa menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan pelik dari kecil hingga dewasa, dari prajurit TNI di tingkatan paling dasar hingga ke puncak tertinggi sebagai Panglima TNI. Dari anak sekolah dasar hingga menjadi doktor," sambungnya.
Lebih lanjut SHE mengatakan Moeldoko dan jajaran pengurus Demokrat hasil KLB pastinya akan memberikan pelajaran paling penting dan berharga untuk SBY terlebih untuk anaknya, yakni AHY dengan berbagai strategi perang politik dan hukumnya yang akan mencengangkan banyak orang. Kata dia, strategi perang politik dan hukum Moeldoko ini tak akan gampang terbaca oleh lawan-lawan politiknya, bahkan oleh teman-temannya sendiri kecuali mereka yang sudah sangat dekat dan sudah mendapatkan pencerahan darinya.
"Termasuk gugurnya gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini, banyak yang tidak tahu kalau itu barulah sebuah pancingan," tandas dia.
Di sisi lain, lanjut dia, haruslah dipahami, Moeldoko merupakan kader dan Ketua Umum baru di Partai Demokrat sehingga untuk memantapkan posisinya maka sang mantan jenderal bintang empat itu harus paham betul siapa-siapa yang benar-benar loyal dan mendukung penuh perjuangannya, serta siapa-siapa pengkhianat yang disusupkan oleh kubu lawan (AHY) ke dalam jajaran pendukungnya.
"Maka, ketika pihak Moeldoko mengajukan gugatan kemudian ada tiga penggugat dari pihaknya menarik gugatannya, hingga gugatan digugurkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Menjadi jelaslah kemudian oleh Moeldoko, bahwa sterilisasi dan kristalisasi jajaran pendukung Moeldoko sedang dimulai," katanya.
"Inilah yang disebut oleh Juru Bicara Partai Demokrat Moeldoko, yakni Muhammad Rachmat sebagai latihan pemanasan. Lalu apakah gugatan pihak Moeldoko otomatis berhenti? Tidak," tandasnya.
"Wasekjen DPP Partai Demokrat kubu AHY, Irwan misalnya telah mengatakan dengan gugurnya gugatan (pihak Moeldoko) tersebut, dapat dibaca bahwa Moeldoko dkk tidak memiliki kesiapan, baik secara substansi maupun alat bukti untuk menggugat AD/ART 2020. Lebih dari itu Irwan juga mengatakan gugurnya gugatan tersebut menunjukkan tidak adanya rasa hormat kubu (mereka sebelumnya mengatakan dengan istilah gerombolan) Moeldoko terhadap lembaga peradilan," ujar Saiful, Jumat (7/5/2021). Baca juga: Elektabilitas Moncer, Anies Menggiurkan Dipasangkan dengan AHY
Saiful menganggap pernyataan Irwan sebagai bagian dari kubu AHY itu baginya menunjukkan bahwa AHY masihlah belum bisa benar-benar memahami hakikat perang hukum dan politik itu sendiri. Mereka dikatakan pria yang akrab disapa SHE itu melihat ternyata telah terjebak pada asumsi-asumsinya sendiri yang salah kaprah karena tak memahami masalah.
Menurutnya, kubu AHY seperti tengah berperang menghadapi bayangan ketakutan dan kepanikannya sendiri sehingga mereka selalu salah dalam menilai.
"Mereka lupa bahwa yang dihadapi AHY dan SBY kali ini bukanlah Ketua Umum Partai selevel AHY itu sendiri yang hanya seorang pelarian Mayor, anak Pepo yang ibarat pisang masih hijau namun dipaksa matang dengan dikarbit terlebih dahulu, melainkan Dr Moeldoko seorang mantan jenderal bintang empat yang sangat kenyang dengan pahit, getir dan manisnya hidup," jelas SHE.
"Moeldoko sudah terbiasa ditempa menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan pelik dari kecil hingga dewasa, dari prajurit TNI di tingkatan paling dasar hingga ke puncak tertinggi sebagai Panglima TNI. Dari anak sekolah dasar hingga menjadi doktor," sambungnya.
Lebih lanjut SHE mengatakan Moeldoko dan jajaran pengurus Demokrat hasil KLB pastinya akan memberikan pelajaran paling penting dan berharga untuk SBY terlebih untuk anaknya, yakni AHY dengan berbagai strategi perang politik dan hukumnya yang akan mencengangkan banyak orang. Kata dia, strategi perang politik dan hukum Moeldoko ini tak akan gampang terbaca oleh lawan-lawan politiknya, bahkan oleh teman-temannya sendiri kecuali mereka yang sudah sangat dekat dan sudah mendapatkan pencerahan darinya.
"Termasuk gugurnya gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ini, banyak yang tidak tahu kalau itu barulah sebuah pancingan," tandas dia.
Di sisi lain, lanjut dia, haruslah dipahami, Moeldoko merupakan kader dan Ketua Umum baru di Partai Demokrat sehingga untuk memantapkan posisinya maka sang mantan jenderal bintang empat itu harus paham betul siapa-siapa yang benar-benar loyal dan mendukung penuh perjuangannya, serta siapa-siapa pengkhianat yang disusupkan oleh kubu lawan (AHY) ke dalam jajaran pendukungnya.
"Maka, ketika pihak Moeldoko mengajukan gugatan kemudian ada tiga penggugat dari pihaknya menarik gugatannya, hingga gugatan digugurkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Menjadi jelaslah kemudian oleh Moeldoko, bahwa sterilisasi dan kristalisasi jajaran pendukung Moeldoko sedang dimulai," katanya.
"Inilah yang disebut oleh Juru Bicara Partai Demokrat Moeldoko, yakni Muhammad Rachmat sebagai latihan pemanasan. Lalu apakah gugatan pihak Moeldoko otomatis berhenti? Tidak," tandasnya.
(kri)
tulis komentar anda