Kapal Selam Nanggala 402 Hilang, Hillary Ingatkan soal Perawatan Alutsista
Sabtu, 24 April 2021 - 13:59 WIB
JAKARTA - Hilangnya kapal selam milik TNI Angkatan Laut, KRI Nanggala 402 di perairan Bali Utara sejak Rabu 21 April 2021, sekitar pukul 03.00 waktu setempat.
Anggota Komisi I DPR Hillary Brigita Lasut menilai hilangnya KRI Nanggalam-402 menambah cacatan kelam pada unsur pembentuk kekuatan militer negara, yaitu alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Sebelumnya, kata dia, pernah terjadi kecelakaan mulai dari pesawat tempur hingga pesawat atau helikopter angkut pada beberapa tahun terakhir.
"Selain kondisi alutsista TNI yang saat ini rata-rata usia pakainya sudah tua, 25 sampai dengan 40 tahun berpengaruh pada tingkat kesiapan operasional dan membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan yang cukup tinggi," ujar Hillary dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (24/4/2021).
Sehingga, menurut dia, dibutuhkan penyegaran untuk meningkatkan kualitas alat pertahanan. "Kemudian saya juga sangat berharap bahwa dalam setiap pembelanjaan alutsista tentu harus dipertimbangkan secara matang tentang tata cara perawatan dan pemeliharaan alat tersebut," kata anggota Fraksi Partai Nasdem ini.
Sebab, lanjut dia, dari cacatan kejadian kecelakaan yang terjadi rata-rata terjadi karena adanya kesalahan pada sistem alat tersebut (instrumental error). "Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi poin utama dalam memiliki atau penambahan alutsista, yaitu perawatan dan pemeliharaan yang baik," pungkas anggota DPR RI termuda periode 2019-2024 ini.
Diketahui, Kapal selam milik TNI Angkatan Laut (AL), KRI Nanggala 402 dilaporkan hilang kontak saat latihan penembakan torpedo di laut utara Bali. Hilang kontaknya KRI Nanggala-402 ini tidak hanya menjadi perbincangan dalam negeri.
Namun juga menjadi sorotan media-media asing. kapal selam KRI Nanggala-402 ini dibuat di Jerman.BKapal selam ini memiliki kecepatan jelajah 21,5 knot. Kapal selam ini hilang ketika sedang melakukan latihan di sekitar perairan bali dan sesaat hendak melepaskan tembakan torpedo.
Anggota Komisi I DPR Hillary Brigita Lasut menilai hilangnya KRI Nanggalam-402 menambah cacatan kelam pada unsur pembentuk kekuatan militer negara, yaitu alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Sebelumnya, kata dia, pernah terjadi kecelakaan mulai dari pesawat tempur hingga pesawat atau helikopter angkut pada beberapa tahun terakhir.
"Selain kondisi alutsista TNI yang saat ini rata-rata usia pakainya sudah tua, 25 sampai dengan 40 tahun berpengaruh pada tingkat kesiapan operasional dan membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan yang cukup tinggi," ujar Hillary dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (24/4/2021).
Sehingga, menurut dia, dibutuhkan penyegaran untuk meningkatkan kualitas alat pertahanan. "Kemudian saya juga sangat berharap bahwa dalam setiap pembelanjaan alutsista tentu harus dipertimbangkan secara matang tentang tata cara perawatan dan pemeliharaan alat tersebut," kata anggota Fraksi Partai Nasdem ini.
Sebab, lanjut dia, dari cacatan kejadian kecelakaan yang terjadi rata-rata terjadi karena adanya kesalahan pada sistem alat tersebut (instrumental error). "Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi poin utama dalam memiliki atau penambahan alutsista, yaitu perawatan dan pemeliharaan yang baik," pungkas anggota DPR RI termuda periode 2019-2024 ini.
Diketahui, Kapal selam milik TNI Angkatan Laut (AL), KRI Nanggala 402 dilaporkan hilang kontak saat latihan penembakan torpedo di laut utara Bali. Hilang kontaknya KRI Nanggala-402 ini tidak hanya menjadi perbincangan dalam negeri.
Namun juga menjadi sorotan media-media asing. kapal selam KRI Nanggala-402 ini dibuat di Jerman.BKapal selam ini memiliki kecepatan jelajah 21,5 knot. Kapal selam ini hilang ketika sedang melakukan latihan di sekitar perairan bali dan sesaat hendak melepaskan tembakan torpedo.
(dam)
tulis komentar anda