Puasa Bentengi Diri dari Hasutan dan Adu Domba
Kamis, 22 April 2021 - 12:31 WIB
Dengan memahami hal tersebut, kata dia, tidak ada yang bisa dia sembunyikan luput dari pada pantauan Allah SWT. Karena menurut dia, setiap saat akan selalu merasa diawasi, selalu merasa dipantau, dan itu semuanya harus dipertanggungjawabkan kelak di kemudian hari.
”Puasa adalah instrumen untuk membentengi manusia itu. Karena, Rasul Muhammad SAW sudah jelas mengatakan ‘shaum junnah’ yakni perisai, benteng pelindung puasa dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan agar diajuhkan dari api neraka. Jadi pengawasannya itu melekat dengan melakukan puasa itu,” tutur Muflich.
Dia juga menjelaskan Islam sebagai kekuatan spiritualitas menekankan untuk senantiasa peduli dan memihak terhadap yang lemah. Oleh karena itu menurutnya relasi puasa itu juga terkait dengan misalnya zakat yang harus dibayarkan sebelum puasa usai, himbauan kesediaan untuk membantu, memperbanyak infaq, shodaqoh, hibah, distribusi kekayaan dari kaya ke miskin.
“Yang mana semua itu percepatannya demi keadilan sosial itu. Jadi substansi puasa itu kalau tidak dibarengi dengan komitmen sosial, tentunya puasa itu hampir tidak bermakna,” tukasnya.
Dalam memaknai puasa, dia mengatakan mesti muhasabah dengan untuk memperbaiki hati, melatih, menyucikan, dan membersihkannya. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan janganlah puasa ini menjadi penahan lapar dan haus saja yang mana pada akhirnya tidak tercapai tujuan dari puasa itu.
“Kalau selama puasa itu dia tetap melakukan hal-hal yang diharamkan dan dilarang oleh Allah, seperti mengadu domba, ghibah, menyebar fitnah tentu akan tidak bermakna puasanya,” terangnya.
Muflich menambahkan, sinergisitas para ulama dan umara itu harus terus dilakukan dan terbangun sedemikian rupa. Ini agar apa yang menjadi kebijakan itu bisa merupakan kesepakatan ulama-umara.
Karena, menurut dia, ulama yang disegani dan memiliki pengaruh di masyarakatnya pun harus terus menyampaikan imbauan, mengingatkan terus umatnya mengenai pentingnya kita misalkan mengikuti protokol kesehatan dan menahan diri.
“Nah itu kalau pemerintahnya terus menyuarakan dan menyosialisasikan itu, umaranya bersama aparatnya semua, insya Allah masyarakat akan mengikuti. Masyarakatnya juga jangan bosan. Seperti salat, kita semua juga mesti selalu diingatkan dengan kumandang adzan setiap lima waktu. Jadi kita juga jangan bosan-bosan untuk mengingatkan masyarakat,” ucapnya.
”Puasa adalah instrumen untuk membentengi manusia itu. Karena, Rasul Muhammad SAW sudah jelas mengatakan ‘shaum junnah’ yakni perisai, benteng pelindung puasa dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik dan agar diajuhkan dari api neraka. Jadi pengawasannya itu melekat dengan melakukan puasa itu,” tutur Muflich.
Dia juga menjelaskan Islam sebagai kekuatan spiritualitas menekankan untuk senantiasa peduli dan memihak terhadap yang lemah. Oleh karena itu menurutnya relasi puasa itu juga terkait dengan misalnya zakat yang harus dibayarkan sebelum puasa usai, himbauan kesediaan untuk membantu, memperbanyak infaq, shodaqoh, hibah, distribusi kekayaan dari kaya ke miskin.
“Yang mana semua itu percepatannya demi keadilan sosial itu. Jadi substansi puasa itu kalau tidak dibarengi dengan komitmen sosial, tentunya puasa itu hampir tidak bermakna,” tukasnya.
Dalam memaknai puasa, dia mengatakan mesti muhasabah dengan untuk memperbaiki hati, melatih, menyucikan, dan membersihkannya. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan janganlah puasa ini menjadi penahan lapar dan haus saja yang mana pada akhirnya tidak tercapai tujuan dari puasa itu.
“Kalau selama puasa itu dia tetap melakukan hal-hal yang diharamkan dan dilarang oleh Allah, seperti mengadu domba, ghibah, menyebar fitnah tentu akan tidak bermakna puasanya,” terangnya.
Muflich menambahkan, sinergisitas para ulama dan umara itu harus terus dilakukan dan terbangun sedemikian rupa. Ini agar apa yang menjadi kebijakan itu bisa merupakan kesepakatan ulama-umara.
Karena, menurut dia, ulama yang disegani dan memiliki pengaruh di masyarakatnya pun harus terus menyampaikan imbauan, mengingatkan terus umatnya mengenai pentingnya kita misalkan mengikuti protokol kesehatan dan menahan diri.
“Nah itu kalau pemerintahnya terus menyuarakan dan menyosialisasikan itu, umaranya bersama aparatnya semua, insya Allah masyarakat akan mengikuti. Masyarakatnya juga jangan bosan. Seperti salat, kita semua juga mesti selalu diingatkan dengan kumandang adzan setiap lima waktu. Jadi kita juga jangan bosan-bosan untuk mengingatkan masyarakat,” ucapnya.
(dam)
Lihat Juga :
tulis komentar anda