HUT ke-69 Kopassus, Ini Kisah Heroik Prajurit Korps Baret Merah di Medan Operasi
Jum'at, 16 April 2021 - 05:37 WIB
Saat sedang berpatroli, tiba-tiba 300-an Fretilin lengkap dengan senapan serbu, GLM, mortir menghadang tim kecil yang tengah berpatroli tersebut. Kontak tembak antara pasukan kecil yang berjumlah 9 orang, terdiri dari 4 Kopassus dan 5 Kostrad dengan ratusan Fretilin pun terjadi. Pertempuran berlangsung tidak seimbang dimana Fretilin berada di ketinggian sedangkan Pratu Suparlan berada di pinggir jurang. Satu persatu anggota pasukan kecil ini gugur dimangsa peluru Fretilin.
Menyadari hal ini, Dantim kemudian memerintahkan pasukan untuk meloloskan diri ke celah bukit. Namun waktu yang tersedia hanya sedikit. Saat itulah, keberanian dan kepahlawanan Pratu Suparlan untuk menyelamatkan teman-temannya kemudian membuang senjatanya dan mengambil senapan mesin milik temannya yang telah gugur. Tanpa gentar sedikitpun, Pratu Suparlan menerjang ke arah musuh.
Saat bersamaan hujan peluru senapan mesin musuh juga mengoyak tubuh Pratu Suparlan, hingga baju lorengnya berubah warna menjadi merah karena darah yang mengalir dari tubuhnya. Bagai banteng ketaton, Pratu Suparlan mengamuk membalas dengan rententan peluru hingga amunisinya habis.
Bukannya roboh, Pratu Suparlan justru menghunus pisau komandonya lalu mengejar musuhnya ke semak belukar hingga berhasil menewaskan 6 pasukan Fretilin. Hingga tiba pada ambang kesanggupannya, Pratu Suparlan terduduk dan tak lagi mampu menggenggam pisau komandonya. Mengetahui prajurit Kopassus tersebut kehabisan daya, pasukan Fretilin mengerumuninya dan memberikan tembakan di lehernya.
Di antara sisa-sisa tenaganya, Pratu Suparlan mencabut pin granat yang diambil dari kantongnya. Sambil berteriak Allahu Akbar, Pratu Suparlan melompat ke arah kerumunan pasukan Fretilin di depannya. Ledakan keras membahana mengiringi robohnya puluhan prajurit komunis bersama seorang prajurit Kopassus bernama Pratu Suparlan. Sang Prajurit Komando itu gugur demi Ibu Pertiwi yang dicintainya.
Sumber:
1. Wikipedia
2. Dinas Sejarah Angkatan Darat
Menyadari hal ini, Dantim kemudian memerintahkan pasukan untuk meloloskan diri ke celah bukit. Namun waktu yang tersedia hanya sedikit. Saat itulah, keberanian dan kepahlawanan Pratu Suparlan untuk menyelamatkan teman-temannya kemudian membuang senjatanya dan mengambil senapan mesin milik temannya yang telah gugur. Tanpa gentar sedikitpun, Pratu Suparlan menerjang ke arah musuh.
Saat bersamaan hujan peluru senapan mesin musuh juga mengoyak tubuh Pratu Suparlan, hingga baju lorengnya berubah warna menjadi merah karena darah yang mengalir dari tubuhnya. Bagai banteng ketaton, Pratu Suparlan mengamuk membalas dengan rententan peluru hingga amunisinya habis.
Bukannya roboh, Pratu Suparlan justru menghunus pisau komandonya lalu mengejar musuhnya ke semak belukar hingga berhasil menewaskan 6 pasukan Fretilin. Hingga tiba pada ambang kesanggupannya, Pratu Suparlan terduduk dan tak lagi mampu menggenggam pisau komandonya. Mengetahui prajurit Kopassus tersebut kehabisan daya, pasukan Fretilin mengerumuninya dan memberikan tembakan di lehernya.
Di antara sisa-sisa tenaganya, Pratu Suparlan mencabut pin granat yang diambil dari kantongnya. Sambil berteriak Allahu Akbar, Pratu Suparlan melompat ke arah kerumunan pasukan Fretilin di depannya. Ledakan keras membahana mengiringi robohnya puluhan prajurit komunis bersama seorang prajurit Kopassus bernama Pratu Suparlan. Sang Prajurit Komando itu gugur demi Ibu Pertiwi yang dicintainya.
Sumber:
1. Wikipedia
2. Dinas Sejarah Angkatan Darat
Lihat Juga :
tulis komentar anda