Pelaku Teror Anak Muda, Pengamat: Pencegahan Paling Dasar Ada di Keluarga
Sabtu, 10 April 2021 - 18:59 WIB
JAKARTA - Aksi teror yang terjadi di Gereja Katedral Makassar dan Mabes Polri beberapa waktu lalu mengundang keprihatinan banyak pihak. Pasalnya, pelaku teror yang teridentifikasi terorisme dilakukan oleh pasangan suami-istri (Pasutri). Bahkan, penyerangan di Mabes Polri dilakukan seorang remaja.
Menanggapi hal ini, pengamat intelijen dan keamanan, Stanislaus Riyanta menganggap, pencegahan paling dasar dan utama ada di tingkat keluarga. "Orang tua harus mampu mendeteksi perilaku anaknya, termasuk apa yang dipelajari, siapa temannya, dan bagaimana lingkungannya. Jangan sampai hanya terkaget-kaget ketika ada anggota keluarganya tiba-tiba menjadi subjek pemberitaaan karena terlibat aksi terorisme," ujarnya saat dihubungi, Sabtu (10/4/2021).
Menurut Stanislaus, selain peran keluarga dan orang tua, pencegahan terorisme ini juga menjadi tanggung jawab lembaga keagamaan. Di sini peran tokoh agama memiliki peran penting bagaimana membuat panduan pemahaman yang memoderasi generasi muda menjadi aware terhadap toleransi.
"Setelah level keluarga maka seluruh pemuka agama harus kompak dan bersatu padu melawan radikalisme dan menjadikan radikalisme musuh bersama, jangan beri ruang radikalisme dan terorisme," ujar lulusan analisis strategi intelijen Universitas Indonesia (UI) itu.
Menanggapi hal ini, pengamat intelijen dan keamanan, Stanislaus Riyanta menganggap, pencegahan paling dasar dan utama ada di tingkat keluarga. "Orang tua harus mampu mendeteksi perilaku anaknya, termasuk apa yang dipelajari, siapa temannya, dan bagaimana lingkungannya. Jangan sampai hanya terkaget-kaget ketika ada anggota keluarganya tiba-tiba menjadi subjek pemberitaaan karena terlibat aksi terorisme," ujarnya saat dihubungi, Sabtu (10/4/2021).
Menurut Stanislaus, selain peran keluarga dan orang tua, pencegahan terorisme ini juga menjadi tanggung jawab lembaga keagamaan. Di sini peran tokoh agama memiliki peran penting bagaimana membuat panduan pemahaman yang memoderasi generasi muda menjadi aware terhadap toleransi.
"Setelah level keluarga maka seluruh pemuka agama harus kompak dan bersatu padu melawan radikalisme dan menjadikan radikalisme musuh bersama, jangan beri ruang radikalisme dan terorisme," ujar lulusan analisis strategi intelijen Universitas Indonesia (UI) itu.
(cip)
tulis komentar anda