Wapres: Contoh Sederhana Berpikir Sempit Tak Percaya COVID-19 Nyata
Minggu, 04 April 2021 - 13:47 WIB
JAKARTA - Wakil Presiden ( Wapres ) Maruf Amin meminta kepada umat Islam untuk tidak berpikir sempit. Salah satu contohnya adalah tidak terbuka dengan perubahan zaman.
"Contoh sederhana cara berpikir sempit adalah tidak percaya bahwa Covid-19 adalah nyata, atau percaya pada teori-teori konspirasi tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan," kata Ma'ruf saat menjadi pembicara di acara Webinar Nasional IKADI & BNPT, Minggu (4/4/2021).
Tak hanya itu, kata dia, cara berpikir sempit juga merupakan salah satu penyebab munculnya sifat egosentris, tidak menghargai perbedaan pendapat serta tidak mau berdialog. Menurutnya, cara berpikir sempit juga bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama atau bahkan menjadi radikal, sehingga dapat menjurus pada penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
Baca juga: Terjaring Razia Masker, Pria di Ciracas Ngaku Anak TNI Tidak Percaya COVID-19
"Contoh paling aktual dari cara berpikir radikal terorisme yang menyimpang itu adalah peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada tanggal 28 Maret 2021," ujarnya.
Ma'ruf memandang, tindakan ini tidak sesuai dengan ajaran Islam karena Rasulullah tidak mengajarkan kekerasan dan pemaksaan kehendak (ikrahiyyan) di dalam dakwahnya dan juga dalam memperjuangkan aspirasi melawan ketidakadilan.
Sebaliknya, Islam mengajarkan cara-cara yang santun (layyinan), dan dilakukan dengan cara-cara nasihat yang baik (mau'izhah hasanah), serta berdialog dengan cara-cara yang terbaik (mujadalah billati hiya ahsan).
Baca juga: Korban Terus Berjatuhan, Masih Ada Warga Tidak Percaya Covid-19
"Cara berpikir sempit seperti itu menghambat dan kontra produktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak negara berpenduduk muslim masih mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek dan bidang lainnya," katanya.
"Contoh sederhana cara berpikir sempit adalah tidak percaya bahwa Covid-19 adalah nyata, atau percaya pada teori-teori konspirasi tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat, dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan," kata Ma'ruf saat menjadi pembicara di acara Webinar Nasional IKADI & BNPT, Minggu (4/4/2021).
Tak hanya itu, kata dia, cara berpikir sempit juga merupakan salah satu penyebab munculnya sifat egosentris, tidak menghargai perbedaan pendapat serta tidak mau berdialog. Menurutnya, cara berpikir sempit juga bisa melahirkan pola pikir yang menyimpang dari arus utama atau bahkan menjadi radikal, sehingga dapat menjurus pada penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan masalah.
Baca juga: Terjaring Razia Masker, Pria di Ciracas Ngaku Anak TNI Tidak Percaya COVID-19
"Contoh paling aktual dari cara berpikir radikal terorisme yang menyimpang itu adalah peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada tanggal 28 Maret 2021," ujarnya.
Ma'ruf memandang, tindakan ini tidak sesuai dengan ajaran Islam karena Rasulullah tidak mengajarkan kekerasan dan pemaksaan kehendak (ikrahiyyan) di dalam dakwahnya dan juga dalam memperjuangkan aspirasi melawan ketidakadilan.
Sebaliknya, Islam mengajarkan cara-cara yang santun (layyinan), dan dilakukan dengan cara-cara nasihat yang baik (mau'izhah hasanah), serta berdialog dengan cara-cara yang terbaik (mujadalah billati hiya ahsan).
Baca juga: Korban Terus Berjatuhan, Masih Ada Warga Tidak Percaya Covid-19
"Cara berpikir sempit seperti itu menghambat dan kontra produktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab mengapa banyak negara berpenduduk muslim masih mengalami ketertinggalan dalam bidang ekonomi, pendidikan, iptek dan bidang lainnya," katanya.
(abd)
tulis komentar anda