Harus Kritis, Milenial Jangan Terhasut Kelompok Radikal
Rabu, 31 Maret 2021 - 09:54 WIB
Kata dia, masalah kritis bukan sesuatu yang terberi. Milenial tidak berarti kritis. Nirmala memaknai kritis adalah kemampuan untuk terbuka, menganalisis, mendengarkan, mengendapkan, menggali, termasuk menyarikan informasi dari berbagai sumber terkait hal-hal yang ada di sekitar mereka.
Dia mengatakan salah satu cara menghindari kelompok radikal adalah dengan berani membuka diri terhadap semua perbedaan dalam kehidupan. Mulai dari perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, selera, sampai gaya hidup sekali pun.
"Karena ketika kita mulai melihat bahwa saya lebih atau paling benar daripada dia atau mereka, perlahan bibit radikal mulai terbentuk," ujarnya.
Nirmala berpendapat sebenarnya tidak bisa digeneralisir bahwa milenial lebih mudah terjebak gerakan radikal. Menurutnya, aksi bom bunuh diri seperti di Makassar beberapa hari lalu lebih terkait keimanan.
"Bukan agama ya. Sehingga akan beda cara pandangnya. Mereka tidak pernah melihat diri mereka sebagai teroris, tapi sebagai pejuang," tutupnya.
Dia mengatakan salah satu cara menghindari kelompok radikal adalah dengan berani membuka diri terhadap semua perbedaan dalam kehidupan. Mulai dari perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, selera, sampai gaya hidup sekali pun.
"Karena ketika kita mulai melihat bahwa saya lebih atau paling benar daripada dia atau mereka, perlahan bibit radikal mulai terbentuk," ujarnya.
Nirmala berpendapat sebenarnya tidak bisa digeneralisir bahwa milenial lebih mudah terjebak gerakan radikal. Menurutnya, aksi bom bunuh diri seperti di Makassar beberapa hari lalu lebih terkait keimanan.
"Bukan agama ya. Sehingga akan beda cara pandangnya. Mereka tidak pernah melihat diri mereka sebagai teroris, tapi sebagai pejuang," tutupnya.
(kri)
tulis komentar anda