Perlu Kebijakan Menyeluruh Atasi Dampak Pandemi Covid-19
Rabu, 10 Maret 2021 - 20:30 WIB
Deputy Director of Research and Outrech SMERU, Athia Yumna mengungkapkan, berdasarkan survei yang dilakukan SMERU pada Oktober-November 2020 terhadap 12.216 responden di 34 provinsi, terungkap dampak pandemi Covid-19 sangat parah terhadap rumah tangga.
Athia mengungkapkan, tiga dari empat rumah tangga mengalami penurunan pendapatan, sebanyak 14% pencari nafkah terpaksa pindah kerja dengan sektor pertanian dan konstruksi sebagai penyerap tenaga kerja. Fakta lainnya, ujar Athia, setengah dari responden tidak memiliki tabungan.
Berdasarkan kondisi itu, Athia menyarankan agar para pemangku kepentingan memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak dan perempuan yang merupakan kelompok yang rentan mendapatkan gangguan di masa pandemi Covid-19.
Anggota Komisi VIII DPR Sri Wulan berpendapat, pemerintah harus kembali memberikan stimulus ekonomi kepada masyarakat yang rentan terdampak pandemi. Pemulihan ekonomi nasional masih memerlukan waktu yang cukup panjang.
Kepala Pusat Penelitian Bidang Ekonomi LIPI, Agus Eko Nugroho mengungkapkan, dampak pandemi Covid-19 di sektor ekonomi saat ini sangat berat. Pada masa pandemi ini, lanjut dia, perekonomian kelompok masyarakat kalangan bawah mengalami kontraksi, di sisi lain kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi menahan konsumsi.
Program vaksinasi, menurut Agus, akan sangat berpengaruh terhadap proses percepatan pemulihan ekonomi nasional 2021.
Agus menyarankan, salah satu langkah yang bisa diambil untuk mempercepat pergerakan ekonomi adalah memperbesar alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional untuk UMK dan LKM dan intervensi di sisi permintaan.
Ketua Yayasan Pekka, Nani Zulminarni berpendapat di masa pandemi, masyarakat perlu bantuan pemberdayaan ekonomi dan kebijakan afirmasi, terutama untuk kelompok tereksklusi antara lain perempuan kepala keluarga, lansia, disabilitas dan kelompok minoritas lainnya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini sependapat dengan Nani bahwa pandemi Covid-19 mengancam kelompok rentan. Catatan Nasyiatul Aiylsyiyah di masa pandemi terjadi peningkatan angka kematian bayi sebesar 19%, begitu juga terhadap angka stunting terhadap anak yang diperkirakan meningkat.
Athia mengungkapkan, tiga dari empat rumah tangga mengalami penurunan pendapatan, sebanyak 14% pencari nafkah terpaksa pindah kerja dengan sektor pertanian dan konstruksi sebagai penyerap tenaga kerja. Fakta lainnya, ujar Athia, setengah dari responden tidak memiliki tabungan.
Berdasarkan kondisi itu, Athia menyarankan agar para pemangku kepentingan memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak dan perempuan yang merupakan kelompok yang rentan mendapatkan gangguan di masa pandemi Covid-19.
Anggota Komisi VIII DPR Sri Wulan berpendapat, pemerintah harus kembali memberikan stimulus ekonomi kepada masyarakat yang rentan terdampak pandemi. Pemulihan ekonomi nasional masih memerlukan waktu yang cukup panjang.
Kepala Pusat Penelitian Bidang Ekonomi LIPI, Agus Eko Nugroho mengungkapkan, dampak pandemi Covid-19 di sektor ekonomi saat ini sangat berat. Pada masa pandemi ini, lanjut dia, perekonomian kelompok masyarakat kalangan bawah mengalami kontraksi, di sisi lain kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi menahan konsumsi.
Program vaksinasi, menurut Agus, akan sangat berpengaruh terhadap proses percepatan pemulihan ekonomi nasional 2021.
Agus menyarankan, salah satu langkah yang bisa diambil untuk mempercepat pergerakan ekonomi adalah memperbesar alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional untuk UMK dan LKM dan intervensi di sisi permintaan.
Ketua Yayasan Pekka, Nani Zulminarni berpendapat di masa pandemi, masyarakat perlu bantuan pemberdayaan ekonomi dan kebijakan afirmasi, terutama untuk kelompok tereksklusi antara lain perempuan kepala keluarga, lansia, disabilitas dan kelompok minoritas lainnya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini sependapat dengan Nani bahwa pandemi Covid-19 mengancam kelompok rentan. Catatan Nasyiatul Aiylsyiyah di masa pandemi terjadi peningkatan angka kematian bayi sebesar 19%, begitu juga terhadap angka stunting terhadap anak yang diperkirakan meningkat.
(dam)
tulis komentar anda