Perlu Kebijakan Menyeluruh Atasi Dampak Pandemi Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dampak pandemi Covid-19 menciptakan berbagai perubahan di sejumlah sektor dalam skala negara hingga rumah tangga. Diperlukan kebijakan menyeluruh agar mampu mengatasi permasalahan di setiap kelompok masyarakat di Tanah Air.
"Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada negara, tetapi juga secara langsung berdampak terhadap unit terkecil dari negara, yaitu rumah tangga," tutur Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi virtual bertema Menakar Dampak Sosial Ekonomi Rumah Tangga dan Langkah Antisipasinya yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (10/3/2021).
Dalam diskusi yang dimoderatori Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR Arimbie Heroepoetri, hadir Anggota DPR Sri Wulan, Deputy Director of Research and Outrech SMERU Athia Yumna, Kepala Pusat Penelitian Bidang Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho, Pendiri dan Ketua Yayasan PEKKA/Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga Nani Zulminarni dan ibu rumah tangga asal Kabupaten Kudus Khomisah sebagai narasumber.
Diskusi juga dihadiri Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini; dan Wakil Ketua Umum, Koodinator Bidang Pendidikan dan SDM, NU Circle Ahmad Rizali sebagai penanggap.
Menurut Lestari, terganggunya perekonomian rumah tangga juga menyebabkan gangguan sosial dan kesehatan terhadap anggota keluarga seperti ibu dan anak dalam rumah tangga.
Dampak gangguan ekonomi keluarga, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari mendapat respons yang berbeda dari setiap kelompok masyarakat.
Pada masyarakat kelompok prasejahtera, menurut Rerie, bahkan pandemi Covid-19 menyebabkan potensi kerawanan pangan terhadap anak meningkat.
Selain itu, lanjut anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, dampak psikologis juga diderita orang tua dan anak karena mengalami tekanan sosial dalam menjalani kehidupan di masa pandemi.
Dengan beragamnya dampak sosial dan ekonomi di masa pandemi yang dialami berbagai kelompok masyarakat, Rerie berharap, para pemangku kepentingan mampu menerapkan kebijakan yang komperhensif untuk mengatasi beragamnya dampak pandemi yang dialami masyarakat.
Deputy Director of Research and Outrech SMERU, Athia Yumna mengungkapkan, berdasarkan survei yang dilakukan SMERU pada Oktober-November 2020 terhadap 12.216 responden di 34 provinsi, terungkap dampak pandemi Covid-19 sangat parah terhadap rumah tangga.
Athia mengungkapkan, tiga dari empat rumah tangga mengalami penurunan pendapatan, sebanyak 14% pencari nafkah terpaksa pindah kerja dengan sektor pertanian dan konstruksi sebagai penyerap tenaga kerja. Fakta lainnya, ujar Athia, setengah dari responden tidak memiliki tabungan.
Berdasarkan kondisi itu, Athia menyarankan agar para pemangku kepentingan memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak dan perempuan yang merupakan kelompok yang rentan mendapatkan gangguan di masa pandemi Covid-19.
Anggota Komisi VIII DPR Sri Wulan berpendapat, pemerintah harus kembali memberikan stimulus ekonomi kepada masyarakat yang rentan terdampak pandemi. Pemulihan ekonomi nasional masih memerlukan waktu yang cukup panjang.
Kepala Pusat Penelitian Bidang Ekonomi LIPI, Agus Eko Nugroho mengungkapkan, dampak pandemi Covid-19 di sektor ekonomi saat ini sangat berat. Pada masa pandemi ini, lanjut dia, perekonomian kelompok masyarakat kalangan bawah mengalami kontraksi, di sisi lain kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi menahan konsumsi.
Program vaksinasi, menurut Agus, akan sangat berpengaruh terhadap proses percepatan pemulihan ekonomi nasional 2021.
Agus menyarankan, salah satu langkah yang bisa diambil untuk mempercepat pergerakan ekonomi adalah memperbesar alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional untuk UMK dan LKM dan intervensi di sisi permintaan.
Ketua Yayasan Pekka, Nani Zulminarni berpendapat di masa pandemi, masyarakat perlu bantuan pemberdayaan ekonomi dan kebijakan afirmasi, terutama untuk kelompok tereksklusi antara lain perempuan kepala keluarga, lansia, disabilitas dan kelompok minoritas lainnya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini sependapat dengan Nani bahwa pandemi Covid-19 mengancam kelompok rentan. Catatan Nasyiatul Aiylsyiyah di masa pandemi terjadi peningkatan angka kematian bayi sebesar 19%, begitu juga terhadap angka stunting terhadap anak yang diperkirakan meningkat.
Lihat Juga: Dharma Pongrekun Sebut Pandemi Agenda Terselubung Asing, Ini Alasan Ridwan Kamil Tanya soal Covid-19
"Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada negara, tetapi juga secara langsung berdampak terhadap unit terkecil dari negara, yaitu rumah tangga," tutur Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi virtual bertema Menakar Dampak Sosial Ekonomi Rumah Tangga dan Langkah Antisipasinya yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (10/3/2021).
Dalam diskusi yang dimoderatori Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR Arimbie Heroepoetri, hadir Anggota DPR Sri Wulan, Deputy Director of Research and Outrech SMERU Athia Yumna, Kepala Pusat Penelitian Bidang Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho, Pendiri dan Ketua Yayasan PEKKA/Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga Nani Zulminarni dan ibu rumah tangga asal Kabupaten Kudus Khomisah sebagai narasumber.
Diskusi juga dihadiri Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini; dan Wakil Ketua Umum, Koodinator Bidang Pendidikan dan SDM, NU Circle Ahmad Rizali sebagai penanggap.
Menurut Lestari, terganggunya perekonomian rumah tangga juga menyebabkan gangguan sosial dan kesehatan terhadap anggota keluarga seperti ibu dan anak dalam rumah tangga.
Dampak gangguan ekonomi keluarga, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari mendapat respons yang berbeda dari setiap kelompok masyarakat.
Pada masyarakat kelompok prasejahtera, menurut Rerie, bahkan pandemi Covid-19 menyebabkan potensi kerawanan pangan terhadap anak meningkat.
Selain itu, lanjut anggota Majelis Tinggi Partai Nasdem itu, dampak psikologis juga diderita orang tua dan anak karena mengalami tekanan sosial dalam menjalani kehidupan di masa pandemi.
Dengan beragamnya dampak sosial dan ekonomi di masa pandemi yang dialami berbagai kelompok masyarakat, Rerie berharap, para pemangku kepentingan mampu menerapkan kebijakan yang komperhensif untuk mengatasi beragamnya dampak pandemi yang dialami masyarakat.
Deputy Director of Research and Outrech SMERU, Athia Yumna mengungkapkan, berdasarkan survei yang dilakukan SMERU pada Oktober-November 2020 terhadap 12.216 responden di 34 provinsi, terungkap dampak pandemi Covid-19 sangat parah terhadap rumah tangga.
Athia mengungkapkan, tiga dari empat rumah tangga mengalami penurunan pendapatan, sebanyak 14% pencari nafkah terpaksa pindah kerja dengan sektor pertanian dan konstruksi sebagai penyerap tenaga kerja. Fakta lainnya, ujar Athia, setengah dari responden tidak memiliki tabungan.
Berdasarkan kondisi itu, Athia menyarankan agar para pemangku kepentingan memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak dan perempuan yang merupakan kelompok yang rentan mendapatkan gangguan di masa pandemi Covid-19.
Anggota Komisi VIII DPR Sri Wulan berpendapat, pemerintah harus kembali memberikan stimulus ekonomi kepada masyarakat yang rentan terdampak pandemi. Pemulihan ekonomi nasional masih memerlukan waktu yang cukup panjang.
Kepala Pusat Penelitian Bidang Ekonomi LIPI, Agus Eko Nugroho mengungkapkan, dampak pandemi Covid-19 di sektor ekonomi saat ini sangat berat. Pada masa pandemi ini, lanjut dia, perekonomian kelompok masyarakat kalangan bawah mengalami kontraksi, di sisi lain kelompok masyarakat yang mampu secara ekonomi menahan konsumsi.
Program vaksinasi, menurut Agus, akan sangat berpengaruh terhadap proses percepatan pemulihan ekonomi nasional 2021.
Agus menyarankan, salah satu langkah yang bisa diambil untuk mempercepat pergerakan ekonomi adalah memperbesar alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional untuk UMK dan LKM dan intervensi di sisi permintaan.
Ketua Yayasan Pekka, Nani Zulminarni berpendapat di masa pandemi, masyarakat perlu bantuan pemberdayaan ekonomi dan kebijakan afirmasi, terutama untuk kelompok tereksklusi antara lain perempuan kepala keluarga, lansia, disabilitas dan kelompok minoritas lainnya.
Sementara itu, Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah, Diyah Puspitarini sependapat dengan Nani bahwa pandemi Covid-19 mengancam kelompok rentan. Catatan Nasyiatul Aiylsyiyah di masa pandemi terjadi peningkatan angka kematian bayi sebesar 19%, begitu juga terhadap angka stunting terhadap anak yang diperkirakan meningkat.
Lihat Juga: Dharma Pongrekun Sebut Pandemi Agenda Terselubung Asing, Ini Alasan Ridwan Kamil Tanya soal Covid-19
(dam)