Data COVID-19 Pusat dan Daerah Sering Berbeda, Begini Penjelasan Wamenkes
Selasa, 09 Maret 2021 - 11:39 WIB
JAKARTA - Data COVID-19 yang dirilis Kementerian Kesehatan kerap kali berbeda dengan catatan daerah. Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menjelaskan mengapa terjadi perbedaan data antara pusat dan daerah.
Sebelumnya, Dante mengungkapkan bahwa data terbaru sampai 7 Maret 2021, rata-rata kasus terkonfirmasi COVID-19 adalah 6.433 per hari. Kemudian, rata-rata kasus meninggal 157 orang per hari.
"Sementara rata-rata case fatality adalah 2,71. Ini masih lebih tinggi daripada angka rekomendasi dunia yaitu 2,2. Kemudian rata-rata jumlah testing per hari 31.850, kemudian rata-rata case positivity rate-nya masih di angka 21,98," kata Dante dalam dialog pada Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2021 Hari ke-4 secara virtual, Selasa (9/3/2021).
Baca juga: Update COVID-19: Positif 1.379.662 Orang, 1.194.656 Sembuh dan 37.226 Meninggal
Dante mengatakan data-data tersebut merupakan data kumulatif yang dilakukan di tingkat pusat, dalam hal ini Kemenkes. "Ini adalah data kumulatif yang kita lakukan di tingkat pusat. Tetapi tentu di tingkat daerah melakukan juga kompilasi data," katanya.
Lalu, bagaimana mengatasi perbedaan data antara pusat dan daerah? "Yang kita lakukan untuk memberikan ruang supaya rekonsiliasi ini akan terjadi di tingkat pusat dan daerah adalah mencocokkan data yang ada di daerah dengan pusat. Sehingga pelaporan data data tersebut menjadi lebih baik," kata Dante.
Dante pun mengungkapkan kendala yang dihadapi, sehingga terjadi perbedaan data. Pertama kejadian yang dilaporkan dari daerah oleh pusat adalah kejadian beberapa hari sebelumnya. "Kendalanya dimana? Kendalanya adalah ketika melaporkan kejadian itu beberapa hari sebelumnya yang dilaporkan ke pusat, itu yang pertama,” katanya.
Baca juga: Para Pria Harus Waspada! Covid-19 Bisa Bikin Ereksi Berkepanjangan Hingga 3 Jam
Kedua adalah kemampuan laboratorium yang terbatas. "Yang kedua adalah karena kemampuan laboratorium yang terbatas untuk melakukan pemeriksaan satu hari jadi. Sehingga akhirnya data yang masuk pada satu kasus bisa merupakan cerminan dari beberapa hari sebelumnya. Itu mengenai pendataan, kendala pendataan di Kementerian pusat untuk saat ini," kata Dante.
Data yang dirilis oleh Kemenkes setiap harinya adalah data nasional. Jika ada perbedaan data antara pusat dan daerah masih dalam batas toleransi. "Kita anggap sebagai data yang dirilis tadi sebagai data nasional. Tetap kita kompilasi dari data-data dari daerah. Tapi kalaupun ada perbedaan dari data daerah, saya rasa itu masih dalam batas toleransi," katanya.
Sebelumnya, Dante mengungkapkan bahwa data terbaru sampai 7 Maret 2021, rata-rata kasus terkonfirmasi COVID-19 adalah 6.433 per hari. Kemudian, rata-rata kasus meninggal 157 orang per hari.
"Sementara rata-rata case fatality adalah 2,71. Ini masih lebih tinggi daripada angka rekomendasi dunia yaitu 2,2. Kemudian rata-rata jumlah testing per hari 31.850, kemudian rata-rata case positivity rate-nya masih di angka 21,98," kata Dante dalam dialog pada Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2021 Hari ke-4 secara virtual, Selasa (9/3/2021).
Baca juga: Update COVID-19: Positif 1.379.662 Orang, 1.194.656 Sembuh dan 37.226 Meninggal
Dante mengatakan data-data tersebut merupakan data kumulatif yang dilakukan di tingkat pusat, dalam hal ini Kemenkes. "Ini adalah data kumulatif yang kita lakukan di tingkat pusat. Tetapi tentu di tingkat daerah melakukan juga kompilasi data," katanya.
Lalu, bagaimana mengatasi perbedaan data antara pusat dan daerah? "Yang kita lakukan untuk memberikan ruang supaya rekonsiliasi ini akan terjadi di tingkat pusat dan daerah adalah mencocokkan data yang ada di daerah dengan pusat. Sehingga pelaporan data data tersebut menjadi lebih baik," kata Dante.
Dante pun mengungkapkan kendala yang dihadapi, sehingga terjadi perbedaan data. Pertama kejadian yang dilaporkan dari daerah oleh pusat adalah kejadian beberapa hari sebelumnya. "Kendalanya dimana? Kendalanya adalah ketika melaporkan kejadian itu beberapa hari sebelumnya yang dilaporkan ke pusat, itu yang pertama,” katanya.
Baca juga: Para Pria Harus Waspada! Covid-19 Bisa Bikin Ereksi Berkepanjangan Hingga 3 Jam
Kedua adalah kemampuan laboratorium yang terbatas. "Yang kedua adalah karena kemampuan laboratorium yang terbatas untuk melakukan pemeriksaan satu hari jadi. Sehingga akhirnya data yang masuk pada satu kasus bisa merupakan cerminan dari beberapa hari sebelumnya. Itu mengenai pendataan, kendala pendataan di Kementerian pusat untuk saat ini," kata Dante.
Data yang dirilis oleh Kemenkes setiap harinya adalah data nasional. Jika ada perbedaan data antara pusat dan daerah masih dalam batas toleransi. "Kita anggap sebagai data yang dirilis tadi sebagai data nasional. Tetap kita kompilasi dari data-data dari daerah. Tapi kalaupun ada perbedaan dari data daerah, saya rasa itu masih dalam batas toleransi," katanya.
(abd)
tulis komentar anda