SBY, Moel dan AHY, Hikmah di Balik Konflik Partai Demokrat
Minggu, 07 Maret 2021 - 18:47 WIB
Lukman Edy
Dewan Pakar IMI, Mantan Sekretaris Jenderal DPP PKB
AHY, Anda sedang diuji oleh zaman, apakah Anda layak untuk dijadikan pemimpin bangsa ini. Kan AHY sudah mendeklarasikan dirinya untuk ikut dalam pertarungan calon presiden RI di 2024. Nah, Salah satu ukurannya adalah apakah Anda bisa melewati badai Partai Demokrat hari ini.
Ayo lakukan konsolidasi, tunjukan kualitas sebenarnya dirimu. Kalau ingin jadi pemimpin bangsa, jadikan dirimu lebih besar dari Partai Demokrat. Jangan cengeng, bangun kepercayaan konstituenmu. Kalau Anda menuduh KLB Medan ada campur tangan penguasa, lawan dengan menancapkan pengaruh ke konstituen lebih dalam lagi. Seperti Ibu Megawati, di zaman Orde Baru dulu.
Kalau ternyata Partai Demokrat tidak bisa diselamatkan untuk tetap menjadi perahumu, buat partai lagi, toh membuat partai baru adalah pekerjaan mudah di era demokrasi sekarang. Yang susah adalah merawat konstituen agar tetap berada di belakangmu. AHY, anda tinggal pilih menjadi pemimpin sebenarnya yang teruji perjuangannya atau hanya menjadi anak manja yang menerima barang mainan dari orang tua, terus bingung ketika mainan direbut orang lain.
Pak Moeldoko, anda seorang Jenderal, yang sedang dalam pemerintahan. Pengalamanmu mengelola banyak persoalan tentu sudah teruji. Karakter pemimpin begitu kental pada dirimu. Namamu juga sudah digadang gadangkan dalam konstalasi pilpres 2024. Masalahnya, langkah anda merebut Partai Demokrat dari oligarki keluarga Cikeas, menjadi pro kontra.
Namanya Pro Kontra ada yang mendukung sekaligus ada yang menghujat. Dan yang lebih berat lagi, Jokowi sebagai Presiden, yang sekaligus sebagai atasanmu di pemerintahan ikut terbabit dihujat oleh kader Partai Demokrat yang kontra dan di tambah kekuatan oposisi pemerintah, yang seperti mendapat isu dan energi baru untuk menghantam pemerintahan ini. Tapi Bapak, saya setuju langkah politik anda yang tidak mau kehilangan momentum. Kualitas kepemimpinan anda akan teruji, seberapa hebat anda mengatur strategi memenangkan peperangan ini.
Ini bukan perang yang biasa dan menjadi ahlinya seorang Jenderal seperti anda. Ini perang politik, yang intinya adalah siapa yang bisa merebut hati konstituen demokrat yang besar, akan menjadi pemenangnya. Tapi prinsipnya hampir sama aja Jenderal, tinggal penyesuaian penyesuaiannya saja.
Pak Moeldoko, saya pernah menyatakan di media bahwa masuk partai politik, menjadi pengurus bahkan ketua umum sebuah partai politik adalah pekerjaan halal dan baik, serta dilindungi oleh konstitusi. Jadi jangan mundur akibat ada yang kontra tentang pilihan jalan politik sekarang ini.
Dewan Pakar IMI, Mantan Sekretaris Jenderal DPP PKB
AHY, Anda sedang diuji oleh zaman, apakah Anda layak untuk dijadikan pemimpin bangsa ini. Kan AHY sudah mendeklarasikan dirinya untuk ikut dalam pertarungan calon presiden RI di 2024. Nah, Salah satu ukurannya adalah apakah Anda bisa melewati badai Partai Demokrat hari ini.
Ayo lakukan konsolidasi, tunjukan kualitas sebenarnya dirimu. Kalau ingin jadi pemimpin bangsa, jadikan dirimu lebih besar dari Partai Demokrat. Jangan cengeng, bangun kepercayaan konstituenmu. Kalau Anda menuduh KLB Medan ada campur tangan penguasa, lawan dengan menancapkan pengaruh ke konstituen lebih dalam lagi. Seperti Ibu Megawati, di zaman Orde Baru dulu.
Kalau ternyata Partai Demokrat tidak bisa diselamatkan untuk tetap menjadi perahumu, buat partai lagi, toh membuat partai baru adalah pekerjaan mudah di era demokrasi sekarang. Yang susah adalah merawat konstituen agar tetap berada di belakangmu. AHY, anda tinggal pilih menjadi pemimpin sebenarnya yang teruji perjuangannya atau hanya menjadi anak manja yang menerima barang mainan dari orang tua, terus bingung ketika mainan direbut orang lain.
Pak Moeldoko, anda seorang Jenderal, yang sedang dalam pemerintahan. Pengalamanmu mengelola banyak persoalan tentu sudah teruji. Karakter pemimpin begitu kental pada dirimu. Namamu juga sudah digadang gadangkan dalam konstalasi pilpres 2024. Masalahnya, langkah anda merebut Partai Demokrat dari oligarki keluarga Cikeas, menjadi pro kontra.
Namanya Pro Kontra ada yang mendukung sekaligus ada yang menghujat. Dan yang lebih berat lagi, Jokowi sebagai Presiden, yang sekaligus sebagai atasanmu di pemerintahan ikut terbabit dihujat oleh kader Partai Demokrat yang kontra dan di tambah kekuatan oposisi pemerintah, yang seperti mendapat isu dan energi baru untuk menghantam pemerintahan ini. Tapi Bapak, saya setuju langkah politik anda yang tidak mau kehilangan momentum. Kualitas kepemimpinan anda akan teruji, seberapa hebat anda mengatur strategi memenangkan peperangan ini.
Ini bukan perang yang biasa dan menjadi ahlinya seorang Jenderal seperti anda. Ini perang politik, yang intinya adalah siapa yang bisa merebut hati konstituen demokrat yang besar, akan menjadi pemenangnya. Tapi prinsipnya hampir sama aja Jenderal, tinggal penyesuaian penyesuaiannya saja.
Pak Moeldoko, saya pernah menyatakan di media bahwa masuk partai politik, menjadi pengurus bahkan ketua umum sebuah partai politik adalah pekerjaan halal dan baik, serta dilindungi oleh konstitusi. Jadi jangan mundur akibat ada yang kontra tentang pilihan jalan politik sekarang ini.
tulis komentar anda