Kata Pengamat soal Alasan Masyarakat Takut Kritik Pemerintah
Rabu, 10 Februari 2021 - 10:23 WIB
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan agar masyarakat terus memberikan masukan dan kritik terhadap pemerintah , utamanya menyangkut pelayanan publik di masa pandemi.
Pernyataan Presiden juga diamini Sekretaris Kabinet, Pramono Anung yang menyebut pemerintah butuh kritis pedas dan keras agar dapat melakukan pembangunan lebih terarah.
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai, selama ini juga masyarakat sudah banyak yang mengkritik keras dan pedas.
"Namun banyak yang dilaporkan lalu ditangkap sehingga masyarakat takut untuk mengkritik," ujar Ujang kepada SINDOnews, Rabu (10/2/2021).
Menurut Ujang, pemerintah bukan hanya butuh dikritik. Tapi harus dikritik. Namun begitu, dia mengingatkan agar pemerintah jangan menggunakan standar ganda. Artinya, jangan merasa butuh dikritik. Tapi di saat yang sama, rakyat yang mengkritik pedas dan keras banyak yang ditangkap.
"Harus clear juga. Jangan sampai rakyat dijebak dan terjebak. Diminta mengkritik. Tapi ketika mengkritik dengan keras dan pedas ditangkapi," kata Analis politik asal Universitas Al Azhar Indonesia ini menandaskan.
Pernyataan Presiden juga diamini Sekretaris Kabinet, Pramono Anung yang menyebut pemerintah butuh kritis pedas dan keras agar dapat melakukan pembangunan lebih terarah.
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin menilai, selama ini juga masyarakat sudah banyak yang mengkritik keras dan pedas.
"Namun banyak yang dilaporkan lalu ditangkap sehingga masyarakat takut untuk mengkritik," ujar Ujang kepada SINDOnews, Rabu (10/2/2021).
Baca Juga
Menurut Ujang, pemerintah bukan hanya butuh dikritik. Tapi harus dikritik. Namun begitu, dia mengingatkan agar pemerintah jangan menggunakan standar ganda. Artinya, jangan merasa butuh dikritik. Tapi di saat yang sama, rakyat yang mengkritik pedas dan keras banyak yang ditangkap.
"Harus clear juga. Jangan sampai rakyat dijebak dan terjebak. Diminta mengkritik. Tapi ketika mengkritik dengan keras dan pedas ditangkapi," kata Analis politik asal Universitas Al Azhar Indonesia ini menandaskan.
(dam)
tulis komentar anda