Indonesia Dinilai Perlu Waspadai Maksud dan Tujuan Safari Menlu China
Senin, 08 Februari 2021 - 20:21 WIB
Sistem utang dan pembayaran yang diterapkan oleh China saat ini disebut dengan Chinese Money Trap, dimana negara peminjam yang tidak bisa mengembalikan jumlah yang telah disepakati, harus menyerahkan wilayah mereka sebagai gantinya kepada China sebagai pemberi modal pembangunan.
"Jika terjebak dalam utang yang tidak dapat dibayar, bisa jadi semi kolonial seperti terjadi di negara Sri Lanka. China memiliki 85% saham dan berhak mengelola pelabuhan Sri Lanka yang mereka modali selama 99 tahun. Harus hati-hati, khususnya kita (Indonesia)," jelasnya.
Selain itu Abubakar menilai, negara yang bekerja sama dengan China bukan hanya akan menghadapi permasalahan ekonomi namun juga persoalan geopolitik dinegerinya.
Hal ini dikarenakan tengah berlangsung rivalitas antara China dengan Amerika, dimana kedua negara tersebut saat ini tengah menggalang negara-negara dunia lainnya agar berada di pihak mereka.
"Ini mirip-mirip perang dingin dulu, masing-masing cari pengaruh mendapatkan negara lain sebagai sekutu. Jangan mau jadi pion dalam pertarungan ini (China-Amerika). Jangan terjebak dalam perang proksi karena dapat terjadi konflik ideologi dalam negeri, ada pro China dan Pro Amerika. Bisa konflik internal yang menjurus pada perang saudara, bila tidak diantisipasi," pungkasnya.
Melansir AFP, langkah pemberian gratis vaksin Sinovac menjadi strategi China yang membawa banyak manfaat, di antaranya yaitu mengalihkan kemarahan dan kritik atas penanganan awal China terhadap pandemi Covid-19 dan permasalahan internasional yang melibatkan China.
Selain itu juga, untuk meningkatkan profil perusahaan bioteknologinya dan memperkuat serta memperluas pengaruhnya di Asia dan sekitarnya.
"Tidak diragukan lagi China sedang mepraktikan diplomasi vaksin dalam upaya memperbaiki citranya yang ternoda," kata Huang Yanzhong, seorang rekan senior untuk kesehatan global di Council on Foreign Relations (CFR), kepada AFP.
"Cara itu juga menjadi alat untuk meningkatkan pengaruh China di skala global dan mengatasi masalah geopolitik," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi saat melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Keduanya melakukan pertemuan di kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia di Jakarta.
"Jika terjebak dalam utang yang tidak dapat dibayar, bisa jadi semi kolonial seperti terjadi di negara Sri Lanka. China memiliki 85% saham dan berhak mengelola pelabuhan Sri Lanka yang mereka modali selama 99 tahun. Harus hati-hati, khususnya kita (Indonesia)," jelasnya.
Selain itu Abubakar menilai, negara yang bekerja sama dengan China bukan hanya akan menghadapi permasalahan ekonomi namun juga persoalan geopolitik dinegerinya.
Hal ini dikarenakan tengah berlangsung rivalitas antara China dengan Amerika, dimana kedua negara tersebut saat ini tengah menggalang negara-negara dunia lainnya agar berada di pihak mereka.
"Ini mirip-mirip perang dingin dulu, masing-masing cari pengaruh mendapatkan negara lain sebagai sekutu. Jangan mau jadi pion dalam pertarungan ini (China-Amerika). Jangan terjebak dalam perang proksi karena dapat terjadi konflik ideologi dalam negeri, ada pro China dan Pro Amerika. Bisa konflik internal yang menjurus pada perang saudara, bila tidak diantisipasi," pungkasnya.
Melansir AFP, langkah pemberian gratis vaksin Sinovac menjadi strategi China yang membawa banyak manfaat, di antaranya yaitu mengalihkan kemarahan dan kritik atas penanganan awal China terhadap pandemi Covid-19 dan permasalahan internasional yang melibatkan China.
Selain itu juga, untuk meningkatkan profil perusahaan bioteknologinya dan memperkuat serta memperluas pengaruhnya di Asia dan sekitarnya.
"Tidak diragukan lagi China sedang mepraktikan diplomasi vaksin dalam upaya memperbaiki citranya yang ternoda," kata Huang Yanzhong, seorang rekan senior untuk kesehatan global di Council on Foreign Relations (CFR), kepada AFP.
"Cara itu juga menjadi alat untuk meningkatkan pengaruh China di skala global dan mengatasi masalah geopolitik," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi saat melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi. Keduanya melakukan pertemuan di kantor Kementerian Luar Negeri Indonesia di Jakarta.
tulis komentar anda