Syekh Ali Jaber Wafat, Khairan Ingin Tunaikan Titipan sang Guru
Selasa, 19 Januari 2021 - 11:37 WIB
JAKARTA - Wafatnya ulama besar Syekh Ali Jaber menyisakan duka mendalam, tak terkecuali bagi para tokoh, selebritas hingga muridnya. Satu di antaranya adalah AM Khairan, cendekiawan muda yang hidupnya berubah berkat didikan seorang Syekh Ali Jaber.
Meski bukan hafiz Quran, pria jebolan NYFA College of Visual & Performing Arts, Los Angeles, Amerika Serikat itu memiliki hubungan spesial dengan ulama kelahiran Madinah, Arab Saudi tersebut.
"Saya dulu nakal, enggak layak dekat Syekh Ali , tetapi beliau muliakan saya. Itu yang bikin saya takluk, makanya kalau buat Syekh Ali dan keluarga, apapun insyaAllah saya siap," kata pria kelahiran Cilegon, Banten, 18 April 1996 itu dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/1/2021).
Khairan merasa bersyukur kebebasan hidup dan kemilau dunia malam membawanya pada berbagai hikmah. "Alhamdulillah saya punya ibu yang pengertian, bebasin saya dalam belajar, pergi ke banyak negara, saya lewatin segala sisi gelap dan terang, hingga berkat Syekh Ali saya sampai pada keyakinan sebesar apapun nikmat dunia ternyata enggak ada yang lebih nikmat dibanding ketenangan batin dalam Islam," tuturnya.
Sejak remaja tidak jarang dia berhadapan dengan depresi akibat tekanan mental, nasihat Syekh Ali mampu membuatnya menjadi lebih tenang. Selama ini, Khairan enggan bercerita banyak tentang dirinya dengan sang ulama karena ingin menjaga privasi. "Dekat ulama itu indah, saya bersaksi beliau sangat mulia, ilmunya tinggi tapi rendah hati, mereka sekeluarga ahli Qur'an yang bersih hatinya," katanya.
Salah satu momen langka yang mungkin sulit dialami tokoh mana pun di dalam negeri adalah ketika dia dijamu keluarga sang ulama besar di Masjid Nabawi. "Waktu itu pas suasana Lebaran di Madinah, ayahnya pun baik banget nyambut saya. Syekh titip pesan untuk anak muda, tentang jauh lebih mulia ketika muda mulai taat, dibanding ketika tua baru taat," kenangnya.
Khairan juga menceritakan tentang Syekh Ali yang memiliki kedekatan dengan para petinggi negara dan konglomerat tetapi tidak pernah memanfaatkan untuk kemewahan hidup, fokusnya selalu dakwah dan sedekah. "Turning point-nya adalah waktu Syekh Ali curhat ke saya, beliau jual rumah untuk waqaf Al-Quran. Di situ saya malu dan merasa diri ini sampah kalau enggak berani bergerak, banyak di antara kita overthinking soal harta, di saat ada orang mulia sampai menjual harta demi sedekah," katanya.
Meski bukan hafiz Quran, pria jebolan NYFA College of Visual & Performing Arts, Los Angeles, Amerika Serikat itu memiliki hubungan spesial dengan ulama kelahiran Madinah, Arab Saudi tersebut.
"Saya dulu nakal, enggak layak dekat Syekh Ali , tetapi beliau muliakan saya. Itu yang bikin saya takluk, makanya kalau buat Syekh Ali dan keluarga, apapun insyaAllah saya siap," kata pria kelahiran Cilegon, Banten, 18 April 1996 itu dalam keterangan tertulisnya, Selasa (19/1/2021).
Khairan merasa bersyukur kebebasan hidup dan kemilau dunia malam membawanya pada berbagai hikmah. "Alhamdulillah saya punya ibu yang pengertian, bebasin saya dalam belajar, pergi ke banyak negara, saya lewatin segala sisi gelap dan terang, hingga berkat Syekh Ali saya sampai pada keyakinan sebesar apapun nikmat dunia ternyata enggak ada yang lebih nikmat dibanding ketenangan batin dalam Islam," tuturnya.
Sejak remaja tidak jarang dia berhadapan dengan depresi akibat tekanan mental, nasihat Syekh Ali mampu membuatnya menjadi lebih tenang. Selama ini, Khairan enggan bercerita banyak tentang dirinya dengan sang ulama karena ingin menjaga privasi. "Dekat ulama itu indah, saya bersaksi beliau sangat mulia, ilmunya tinggi tapi rendah hati, mereka sekeluarga ahli Qur'an yang bersih hatinya," katanya.
Salah satu momen langka yang mungkin sulit dialami tokoh mana pun di dalam negeri adalah ketika dia dijamu keluarga sang ulama besar di Masjid Nabawi. "Waktu itu pas suasana Lebaran di Madinah, ayahnya pun baik banget nyambut saya. Syekh titip pesan untuk anak muda, tentang jauh lebih mulia ketika muda mulai taat, dibanding ketika tua baru taat," kenangnya.
Baca Juga
Khairan juga menceritakan tentang Syekh Ali yang memiliki kedekatan dengan para petinggi negara dan konglomerat tetapi tidak pernah memanfaatkan untuk kemewahan hidup, fokusnya selalu dakwah dan sedekah. "Turning point-nya adalah waktu Syekh Ali curhat ke saya, beliau jual rumah untuk waqaf Al-Quran. Di situ saya malu dan merasa diri ini sampah kalau enggak berani bergerak, banyak di antara kita overthinking soal harta, di saat ada orang mulia sampai menjual harta demi sedekah," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda