PKS Calonkan Kader Sendiri di Pilpres 2024, Mungkinkah?
Minggu, 10 Januari 2021 - 14:12 WIB
JAKARTA - Akhir Desember 2020, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu mengungkapkan partainya bakal mengusung kader internal untuk maju di Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 . Mungkinkah?
Sebenarnya, apa yang disampaikan Syaikhu bukan hal baru. Pada Januari 2018, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengungkapkan bahwa partainya mengutamakan kader sendiri untuk diusung di Pilpres 2019. Bahkan, PKS ketika di bawah kepemimpinan sebelumnya, Mohamad Sohibul Iman pernah melakukan penjaringan bakal calon untuk diusung di Pilpres 2019.
(Baca juga : Pengamat Kepolisian Sisno Adiwinoto Nilai Investigasi Komnas HAM Gagal Fokus )
Beberapa nama yang muncul saat itu di antaranya Hidayat Nur Wahid , Anis Matta, Ahmad Heryawan, Irwan Prayitno, Sohibul Iman, Salim Segaf Al Jufri, Tifatul Sembiring, Muzammil Yusuf, dan Mardani Ali Sera. Bahkan, Sohibul Iman ketika menjabat Presiden PKS pernah mengungkapkan bahwa partainya akan mendukung Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden 2019 asalkan didampingi salah satu dari sembilan kader PKS itu.
(Baca juga : Pantauan Udara Pencarian Sriwijaya Air, Pilot TNI AU Lihat Air Laut Menghitam )
Namun, ujungnya, PKS hanya menjadi salah satu partai pengusung Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Jauh sebelumnya, yakni Mei 2012, Juru Bicara PKS Mardani Ali Sera mengungkapkan partainya melakukan proses penjaringan bakal calon presiden untuk Pilpres 2014. Namun, PKS hanya menjadi salah satu partai pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014.
(Lihat Juga Foto: Eks Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq Kembali Jalani Sidang PK ).
Lalu, kenapa PKS tidak pernah jadi mengusung kadernya sendiri di pilpres? "Porsi suara PKS skala nasional belum memungkinkan, meskipun mereka menjual soliditas kader tetapi porsi pemilih PKS sudah terbaca stagnan," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah kepada SINDOnews, Jumat (8/1/2021).
Menurut Dedi, sulit ada pergerakan besar mengingat cara gerilya yang dilakukan PKS hingga kini, juga karakter kader PKS yang terbatas pada identitas gerakan politik Islam. "Tentu hitungan itu bisa saja menjadi dasar PKS untuk tetap menjadi penyokong koalisi, bukan memimpin," katanya.
Sebenarnya, apa yang disampaikan Syaikhu bukan hal baru. Pada Januari 2018, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera mengungkapkan bahwa partainya mengutamakan kader sendiri untuk diusung di Pilpres 2019. Bahkan, PKS ketika di bawah kepemimpinan sebelumnya, Mohamad Sohibul Iman pernah melakukan penjaringan bakal calon untuk diusung di Pilpres 2019.
(Baca juga : Pengamat Kepolisian Sisno Adiwinoto Nilai Investigasi Komnas HAM Gagal Fokus )
Beberapa nama yang muncul saat itu di antaranya Hidayat Nur Wahid , Anis Matta, Ahmad Heryawan, Irwan Prayitno, Sohibul Iman, Salim Segaf Al Jufri, Tifatul Sembiring, Muzammil Yusuf, dan Mardani Ali Sera. Bahkan, Sohibul Iman ketika menjabat Presiden PKS pernah mengungkapkan bahwa partainya akan mendukung Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden 2019 asalkan didampingi salah satu dari sembilan kader PKS itu.
(Baca juga : Pantauan Udara Pencarian Sriwijaya Air, Pilot TNI AU Lihat Air Laut Menghitam )
Namun, ujungnya, PKS hanya menjadi salah satu partai pengusung Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019. Jauh sebelumnya, yakni Mei 2012, Juru Bicara PKS Mardani Ali Sera mengungkapkan partainya melakukan proses penjaringan bakal calon presiden untuk Pilpres 2014. Namun, PKS hanya menjadi salah satu partai pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014.
(Lihat Juga Foto: Eks Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq Kembali Jalani Sidang PK ).
Lalu, kenapa PKS tidak pernah jadi mengusung kadernya sendiri di pilpres? "Porsi suara PKS skala nasional belum memungkinkan, meskipun mereka menjual soliditas kader tetapi porsi pemilih PKS sudah terbaca stagnan," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah kepada SINDOnews, Jumat (8/1/2021).
Menurut Dedi, sulit ada pergerakan besar mengingat cara gerilya yang dilakukan PKS hingga kini, juga karakter kader PKS yang terbatas pada identitas gerakan politik Islam. "Tentu hitungan itu bisa saja menjadi dasar PKS untuk tetap menjadi penyokong koalisi, bukan memimpin," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda