ASN MODIIS dan Spirit Baru Kementerian Agama
Selasa, 05 Januari 2021 - 04:35 WIB
ASN Kemenag tidak boleh terjebak pada polarisasi masyarakat yang kerap kali terjadi karena persoalan politik dan fanatisme golongan. Sebaliknya ia berusaha bersikap solutif, mencari titik temu setiap persoalan di masyarakat. Tak kalah pentingnya, ASN Kemenag juga mesti memiliki sikap toleran dalam menyikapi perbedaan. Dengan jalan itulah, ASN akan menjadi rujukan pemahaman moderat di masyarakat.
Inovatif
Tantangan pelaksanaan tugas dan fungsi ASN berkembang dengan sedemikian cepat pada era digital. Berbagai kebijakan dan program kini bertransformasi menggunakan teknologi. Pandemi Covid-19 mempercepat perubahan ini. Saat ini, rapat, pelatihan, dan banyak program sudah terbiasa dilaksanakan secara daring. Hal ini telah berpengaruh terhadap sistem administrasi, manajemen, dan sistem pelayanan. Dengan kata lain, saatnya ASN Kemenag harus mampu melakukan transformasi digital agar dapat melayani umat dengan cepat, murah, mudah, dan manfaat.
Adaptasi terhadap perubahan ini dapat dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu struktural dan individual. Secara struktural, berbagai pelatihan dan pembinaan ASN harus berorientasi pada kebutuhan mutakhir termasuk pemahaman terhadap teknologi dan digitalisasi informasi.
Di sisi lain, masing-masing ASN juga harus memiliki mindset inovatif. ASN idealnya mampu beradaptasi dengan mengedepankan inovasi dalam menjalan tugas. Kompetensi yang selama ini dimiliki harus di-upgrade dengan sekian keterampilan lain yang relevan dengan tugas dan fungsi. Dalam hal ini kuncinya adalah keterbukaan terhadap hal baru dan kemauan untuk belajar.
Inspiratif
Banyak di antara kita hari ini melakukan pelbagai aktivitas, model, dan ragam kegiatan karena inspirasi dari guru, orang tua, atau seseorang yang kita kenal. Ada yang terkesan dengan ucapan-ucapannya, idenya, ataupun perilaku kesehariannya. Kaitan dengan ini, ASN Kemenag sangat mungkin menjadi insan inspiratif bagi sekitarnya.
Pada dasarnya, kata “agama” yang menempel dalam nama Kementerian Agama meninggalkan tanggung jawab moral. Bahkan mungkin ada ekspektasi besar masyarakat agar Kemenag mampu merepresentasikan nilai-nilai agama. Sebab pelaksana kebijakan terkait agama idealnya menjunjung nilai-nilai agama tersebut. Ekspektasi masyarakat ini sekalipun mungkin belum terpenuhi secara maksimal bisa menjadi motivasi bagi ASN Kemenag, baik dalam bekerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam hal ini, ASN Kemenag selain bekerja dengan baik sesuai tugas dan fungsi, diharapkan dapat menjadi teladan di masyarakat. Di lingkungan kerja, sudah selayaknya ASN mengedepankan profesionalitas. Sementara itu, di masyarakat ASN Kemenag dituntut memiliki peran sosial dan keagamaan.
Sejauh ini sudah cukup banyak ASN yang memiliki kontribusi besar di masyarakat. Dalam bidang keagamaan misalnya, ada yang menjadi pengurus ormas keagamaan, merintis hingga mengembangkan lembaga pendidikan keagamaan. Dalam skala lain, banyak juga yang aktif di masyarakat sebagai penceramah, ketua RW, pengurus masjid, dan beragam aktivitas positif lainnya.
Inovatif
Tantangan pelaksanaan tugas dan fungsi ASN berkembang dengan sedemikian cepat pada era digital. Berbagai kebijakan dan program kini bertransformasi menggunakan teknologi. Pandemi Covid-19 mempercepat perubahan ini. Saat ini, rapat, pelatihan, dan banyak program sudah terbiasa dilaksanakan secara daring. Hal ini telah berpengaruh terhadap sistem administrasi, manajemen, dan sistem pelayanan. Dengan kata lain, saatnya ASN Kemenag harus mampu melakukan transformasi digital agar dapat melayani umat dengan cepat, murah, mudah, dan manfaat.
Adaptasi terhadap perubahan ini dapat dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu struktural dan individual. Secara struktural, berbagai pelatihan dan pembinaan ASN harus berorientasi pada kebutuhan mutakhir termasuk pemahaman terhadap teknologi dan digitalisasi informasi.
Di sisi lain, masing-masing ASN juga harus memiliki mindset inovatif. ASN idealnya mampu beradaptasi dengan mengedepankan inovasi dalam menjalan tugas. Kompetensi yang selama ini dimiliki harus di-upgrade dengan sekian keterampilan lain yang relevan dengan tugas dan fungsi. Dalam hal ini kuncinya adalah keterbukaan terhadap hal baru dan kemauan untuk belajar.
Inspiratif
Banyak di antara kita hari ini melakukan pelbagai aktivitas, model, dan ragam kegiatan karena inspirasi dari guru, orang tua, atau seseorang yang kita kenal. Ada yang terkesan dengan ucapan-ucapannya, idenya, ataupun perilaku kesehariannya. Kaitan dengan ini, ASN Kemenag sangat mungkin menjadi insan inspiratif bagi sekitarnya.
Pada dasarnya, kata “agama” yang menempel dalam nama Kementerian Agama meninggalkan tanggung jawab moral. Bahkan mungkin ada ekspektasi besar masyarakat agar Kemenag mampu merepresentasikan nilai-nilai agama. Sebab pelaksana kebijakan terkait agama idealnya menjunjung nilai-nilai agama tersebut. Ekspektasi masyarakat ini sekalipun mungkin belum terpenuhi secara maksimal bisa menjadi motivasi bagi ASN Kemenag, baik dalam bekerja maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam hal ini, ASN Kemenag selain bekerja dengan baik sesuai tugas dan fungsi, diharapkan dapat menjadi teladan di masyarakat. Di lingkungan kerja, sudah selayaknya ASN mengedepankan profesionalitas. Sementara itu, di masyarakat ASN Kemenag dituntut memiliki peran sosial dan keagamaan.
Sejauh ini sudah cukup banyak ASN yang memiliki kontribusi besar di masyarakat. Dalam bidang keagamaan misalnya, ada yang menjadi pengurus ormas keagamaan, merintis hingga mengembangkan lembaga pendidikan keagamaan. Dalam skala lain, banyak juga yang aktif di masyarakat sebagai penceramah, ketua RW, pengurus masjid, dan beragam aktivitas positif lainnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda