Pemahaman Sains dan Keyakinan Secara Utuh
Jum'at, 11 Desember 2020 - 05:30 WIB
Semakin seseorang terlalu mengandalkan sains yang telah terprogram di dalam intelektualitasnya, mereka akan menjadi semakin tidak masuk akal tentang hal-hal spiritual, karena mereka lebih percaya bahwa segala sesuatu memiliki solusi ilmiah dan hanya melalui penelitian ilmiah yang dapat menyelesaikan apa pun. Mereka tidak mencari Tuhan karena mereka tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.
Sering kali manusia lebih mengandalkan sains ataupun solusi ilmiah untuk memecahkan masalah, tetapi tidak lagi melihat masalah dari perspektif kebenaran sejati. Mereka sungguh-sungguh tidak lagi mengandalkan Tuhan dan tidak mencari Tuhan. Bahkan ada sebagian orang yang ingin meneliti Tuhan dengan cara ilmiah yang sama, seperti mereka mempelajari sains, Tentu mereka tidak akan menemukan jawaban yang memuaskan hati.
Contohnya, begitu banyak ahli agama yang mencoba meneliti bagaimana Nabi Musa menyeberangi Laut Merah yang terletak di sebuah teluk pada bagian barat Jazirah Arab yang memisahkan Benua Asia dan Benua Afrika untuk membuktikan secara ilmiah bagaimana laut itu bisa terbelah. Mereka pasti akan kesulitan mendapatkan jawabannya melalui riset ataupun penelitian ilmiah karena yang mereka pahami hanyalah yang bersifat dunia fisik. Ingatlah bahwa kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu melampaui segala akal.
Jadi, apa yang sains lakukan kepada manusia bisa menjauhkan atau mendekatkan manusia dengan Tuhan? Sains justru telah menyebabkan manusia, sebagai ciptaan, mempelajari Penciptanya—yang hanya membuat manusia meragukan keberadaan Tuhan. Jangan biarkan sains menjadi pintu masuk Iblis dalam merusak kehidupan manusia seutuhnya karena Iblis akan memanfaatkan keterbatasan sains sebagai tipu muslihat yang digunakan untuk merusak hati manusia dalam berhubungan dengan Penciptanya.
Jadi, inilah sebabnya kenapa sains adalah salah satu pintu masuk yang dapat digunakan Iblis untuk menghancurkan manusia. Untuk itu, kita perlu mencari keseimbangan antara sains dan keyakinan kita terhadap Tuhan. Pada dasarnya, sains itu didapat dari fenomena alam yang semuanya berasal dari kekuasaan Tuhan yang sempurna. Dalam suatu keseimbangan seharusnya tidak ada pertentangan antara keyakinan dan sains, apabila kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu. Justru sains seharusnya dapat semakin mendekatkan diri manusia kepada Tuhan sebagai Penciptanya, bukan sebaliknya. Sains tanpa pengenalan yang benar akan Tuhan akan timpang, agama tanpa sains itu buta (science without religion is lame, religion without science is blind).
Sering kali manusia lebih mengandalkan sains ataupun solusi ilmiah untuk memecahkan masalah, tetapi tidak lagi melihat masalah dari perspektif kebenaran sejati. Mereka sungguh-sungguh tidak lagi mengandalkan Tuhan dan tidak mencari Tuhan. Bahkan ada sebagian orang yang ingin meneliti Tuhan dengan cara ilmiah yang sama, seperti mereka mempelajari sains, Tentu mereka tidak akan menemukan jawaban yang memuaskan hati.
Contohnya, begitu banyak ahli agama yang mencoba meneliti bagaimana Nabi Musa menyeberangi Laut Merah yang terletak di sebuah teluk pada bagian barat Jazirah Arab yang memisahkan Benua Asia dan Benua Afrika untuk membuktikan secara ilmiah bagaimana laut itu bisa terbelah. Mereka pasti akan kesulitan mendapatkan jawabannya melalui riset ataupun penelitian ilmiah karena yang mereka pahami hanyalah yang bersifat dunia fisik. Ingatlah bahwa kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu melampaui segala akal.
Jadi, apa yang sains lakukan kepada manusia bisa menjauhkan atau mendekatkan manusia dengan Tuhan? Sains justru telah menyebabkan manusia, sebagai ciptaan, mempelajari Penciptanya—yang hanya membuat manusia meragukan keberadaan Tuhan. Jangan biarkan sains menjadi pintu masuk Iblis dalam merusak kehidupan manusia seutuhnya karena Iblis akan memanfaatkan keterbatasan sains sebagai tipu muslihat yang digunakan untuk merusak hati manusia dalam berhubungan dengan Penciptanya.
Jadi, inilah sebabnya kenapa sains adalah salah satu pintu masuk yang dapat digunakan Iblis untuk menghancurkan manusia. Untuk itu, kita perlu mencari keseimbangan antara sains dan keyakinan kita terhadap Tuhan. Pada dasarnya, sains itu didapat dari fenomena alam yang semuanya berasal dari kekuasaan Tuhan yang sempurna. Dalam suatu keseimbangan seharusnya tidak ada pertentangan antara keyakinan dan sains, apabila kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu. Justru sains seharusnya dapat semakin mendekatkan diri manusia kepada Tuhan sebagai Penciptanya, bukan sebaliknya. Sains tanpa pengenalan yang benar akan Tuhan akan timpang, agama tanpa sains itu buta (science without religion is lame, religion without science is blind).
(bmm)
Lihat Juga :
tulis komentar anda