Bioenergy Goes to Campus Sambangi Banyuwangi
Jum'at, 20 November 2020 - 15:52 WIB
BANYUWANGI - Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi c.q Direktorat Bioenergi kembali menyambangi Universitas melalui kegiatan bertajuk “Bioenergy Goes to Campus” (BGTC). Berbeda dengan penyelenggaraan kegiatan sebelumnya, BGTC kali ini dilaksanakan di Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG Banyuwangi) dengan perpaduan kegiatan virtual dan tatap muka Kamis, (19/11/2020).
Pertemuan ini digelar untuk meningkatkan diseminasi informasi terkait program dan kebijakan pengembangan bioenergi, juga menjadi kesempatan bagi Pemerintah dan kalangan akademisi untuk meningkatkan sinergi, sekaligus menjaring masukan dan ide-ide inovatif untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan bioenergi.
“Bioenergi menjadi salah satu andalan Pemerintah dalam mencapai target energi baru terbarukan (EBT) pada bauran energi nasional, karakteristiknya unik dan pemanfaatannya dapat menggantikan energi fosil di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Bahan bakunya juga tersedia melimpah dan program pengembangannya sangat variatif. Meski demikian, pengembangan bioenergi masih menghadapi banyak tantangan,” ungkap Direktur Bioenergi, Andriah Feby Misna di hadapan sivitas akademika UNTAG Banyuwangi. Hadir sebagai narasumber pada BGTC UNTAG Banyuwangi adalah Kepala Subdit Kerjasama dan Investasi Bioenergi, perwakilan UNTAG Banyuwangi, GIZ, APLIBI, YRE, Aprobi, BPPT, dan PT. Toyota.
Hadir secara virtual, Feby menguraikan tantangan pengembangan bioenergi saat ini, antara lain data potensi yang perlu untuk di update secara berkala dan lebih detail, tingginya biaya investasi, keberlanjutan bahan baku, serta keterbatasan pendanaan dan infrastruktur. Pengembangan bioenergi juga terdampak pandemi Covid-19 sehingga diperlukan inovasi yang impactful, seperti strategi menghadapi penurunan harga bahan bakar fosil dan penurunan penggunaan/konsumsi energi di masyarakat.
“Hingga September 2020 pencapaian kapasitas PLT Bioenergi terpasang baru mencapai 1.898,5 MW, pembangunan unit biogas sebesar 47.754 unit. Untuk capaian biofuel cukup menggembirakan, dimana per 1 Januari 2020, Indonesia menjadi pioneer penerapan B30 di dunia, dan capaiannya diharapkan dapat memenuhi target dalam RUEN”, ujar Feby.
Melalui penyelenggaraan BGTC ini, Febby berharap sinergi dengan akademisi semakin baik dan meningkat untuk mempercepat pengembangan bioenergi di Indonesia melalui penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal dan berintegritas. Tak hanya itu dharapkan juga akan banyak dilakuksan riset-riset yang dapat menciptakan inovasi dan teknologi baru yang membuat produk Bioenergi menjadi terjangkau dan tepat guna. Ia juga berharap mahasiswa dapat ikut serta berperan dalam membangun kesadaran akan pentingnya pemanfaatan energi hijau yang ramah lingkungan.
Pertemuan ini digelar untuk meningkatkan diseminasi informasi terkait program dan kebijakan pengembangan bioenergi, juga menjadi kesempatan bagi Pemerintah dan kalangan akademisi untuk meningkatkan sinergi, sekaligus menjaring masukan dan ide-ide inovatif untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan bioenergi.
“Bioenergi menjadi salah satu andalan Pemerintah dalam mencapai target energi baru terbarukan (EBT) pada bauran energi nasional, karakteristiknya unik dan pemanfaatannya dapat menggantikan energi fosil di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Bahan bakunya juga tersedia melimpah dan program pengembangannya sangat variatif. Meski demikian, pengembangan bioenergi masih menghadapi banyak tantangan,” ungkap Direktur Bioenergi, Andriah Feby Misna di hadapan sivitas akademika UNTAG Banyuwangi. Hadir sebagai narasumber pada BGTC UNTAG Banyuwangi adalah Kepala Subdit Kerjasama dan Investasi Bioenergi, perwakilan UNTAG Banyuwangi, GIZ, APLIBI, YRE, Aprobi, BPPT, dan PT. Toyota.
Hadir secara virtual, Feby menguraikan tantangan pengembangan bioenergi saat ini, antara lain data potensi yang perlu untuk di update secara berkala dan lebih detail, tingginya biaya investasi, keberlanjutan bahan baku, serta keterbatasan pendanaan dan infrastruktur. Pengembangan bioenergi juga terdampak pandemi Covid-19 sehingga diperlukan inovasi yang impactful, seperti strategi menghadapi penurunan harga bahan bakar fosil dan penurunan penggunaan/konsumsi energi di masyarakat.
“Hingga September 2020 pencapaian kapasitas PLT Bioenergi terpasang baru mencapai 1.898,5 MW, pembangunan unit biogas sebesar 47.754 unit. Untuk capaian biofuel cukup menggembirakan, dimana per 1 Januari 2020, Indonesia menjadi pioneer penerapan B30 di dunia, dan capaiannya diharapkan dapat memenuhi target dalam RUEN”, ujar Feby.
Melalui penyelenggaraan BGTC ini, Febby berharap sinergi dengan akademisi semakin baik dan meningkat untuk mempercepat pengembangan bioenergi di Indonesia melalui penciptaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang andal dan berintegritas. Tak hanya itu dharapkan juga akan banyak dilakuksan riset-riset yang dapat menciptakan inovasi dan teknologi baru yang membuat produk Bioenergi menjadi terjangkau dan tepat guna. Ia juga berharap mahasiswa dapat ikut serta berperan dalam membangun kesadaran akan pentingnya pemanfaatan energi hijau yang ramah lingkungan.
(alf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda