Habib Rizieq: Revolusi Akhlak Jadi Jihad Fi Sabilillah Bila Kezaliman Terus Terjadi
Minggu, 15 November 2020 - 11:17 WIB
JAKARTA - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menjelaskan tahapan perubahan revolusi akhlak menjadi jihad fi sabilillah. Ia mengatakan, perubahan pola perjuangan bisa terjadi apabila kezaliman tidak berhenti padahal ajakan perdamaian sudah digaungkan.
Habib Rizieq menjelaskan, revolusi akhlak merupakan cerminan dari tindakan Nabi Muhammad SAW. Revolusi jenis ini menawarkan dialog, perdamaian, dan rekonsiliasi kepada musuh. Perang adalah pilihan terakhir apabila tidak menemui titik temu. "Kalau mereka mau bicara revolusi berdasarkan ajaran nabi, ajaran Islam, Alquran dan sunnah, enggak boleh menutup pintu dialog, menutup pintu perdamainan, menutup pintu rekonsiliasi," ujar Habib Rizieq saat berceramah di acara Maulid Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikutip dari Front TV, Minggu (15/11/2020). (Baca juga: Habib Rizieq Shihab Tegaskan Rekonsiliasi Bukan Berarti Lembek)
Habib Rizieq bercerita, pada saat itu Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat ingin berperang. Namun Rasulullah menawarkan dialog terlebih dahulu kepada musuhnya untuk memeluk agama Islam. Jika musuh menyetujui maka pertumpahan darah tidak perlu terjadi. Inilah cerminan akhlak Rasulullah. (Baca juga: Habib Rizieq Shihab Singgung Omnibus Law, Ini Bikin UU Atau Kwitansi Warung Kopi)
"Jangankan revolusi, perang aja nabi enggak pernah melupakan akhlak, lihat perang nabi, nabi mengajarkan para sahabat manakala dua pasukan sudah bertemu di medan tempur, antara pasukan Islam dan kafir, maka panglima pasukan Islam wajib menawarkan Islam terlebih dahulu kepada para musuh. Kalau mereka terima, cukup enggak boleh lanjut perang, jadi nabi dalam tiap medan tempur menawarkan dulu kenapa kita musti perang, kenapa kita tidak sama-sama beriman kepada Allah, kenapa kita tidak menjaga perdamaian, ini ajaran nabi saudara," tambahnya. (Baca juga: Menebak Peran Habib Rizieq Shihab di Dunia Politik)
Namun demikian, jika ajakan perdamaian dan rekonsiliasi tidak diindahkan musuh dan mereka menghendaki pertempuran, maka Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat tidak akan pernah mundur sejengkal pun. "Kalau nabi sudah dialog, menawarkan perdamaian, tapi musuh enggak mau damai, tetap berkeras perang, nabi dan sahabat sejengkal pun tidak akan pernah mundur," tegas Habib Rizieq.
Revolusi akhlak, lanjut Habib Rizieq, mendasarkan tindakannya seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Revolusi yang diusungnya ini menawarkan perdamaian, dialog, penyelesaian persoalan bangsa tanpa pertumpahan darah. Namun demikian, bila ajakan perdamaian ditolak dan terus menerus menindas rakyat serta mengriminalisasi ulama, maka revolusi akhlak bisa berubah menjadi jihad fi sabilillah.
"Begitu juga revolusi ahlak kita, tawarkan perdamaian, tawarkan dialog, tawarkan selesaikan persoalan bangsa tanpa pertumpahan darah, setuju, tapi kalau mereka tak mau, terus menerus berbuat zalim, terus menerus menindas rakyat, terus menerus merusak bangsa negara, terus menerus mengkriminalisasi ulama, terus menerus ingin pertumpahan darah, maka apa boleh buat dari revolusi akhlak bisa berubah menjadi jihad fi sabilillah. Takbir," tegasnya.
"Siap jihad? Siap jihad? Takbir. Kalau kami tawarkan dialog, berarti kami gak mau perang, kalau tawarkan rekonsiliasi, berarti kami tak ingin pertumpahan daerah, tapi ingat tidak ada kata damai dengan kezaliman. Haram kita berdamai dengan kezaliman," tutup Habib Rizieq.
Habib Rizieq menjelaskan, revolusi akhlak merupakan cerminan dari tindakan Nabi Muhammad SAW. Revolusi jenis ini menawarkan dialog, perdamaian, dan rekonsiliasi kepada musuh. Perang adalah pilihan terakhir apabila tidak menemui titik temu. "Kalau mereka mau bicara revolusi berdasarkan ajaran nabi, ajaran Islam, Alquran dan sunnah, enggak boleh menutup pintu dialog, menutup pintu perdamainan, menutup pintu rekonsiliasi," ujar Habib Rizieq saat berceramah di acara Maulid Nabi Muhammad SAW sebagaimana dikutip dari Front TV, Minggu (15/11/2020). (Baca juga: Habib Rizieq Shihab Tegaskan Rekonsiliasi Bukan Berarti Lembek)
Habib Rizieq bercerita, pada saat itu Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat ingin berperang. Namun Rasulullah menawarkan dialog terlebih dahulu kepada musuhnya untuk memeluk agama Islam. Jika musuh menyetujui maka pertumpahan darah tidak perlu terjadi. Inilah cerminan akhlak Rasulullah. (Baca juga: Habib Rizieq Shihab Singgung Omnibus Law, Ini Bikin UU Atau Kwitansi Warung Kopi)
"Jangankan revolusi, perang aja nabi enggak pernah melupakan akhlak, lihat perang nabi, nabi mengajarkan para sahabat manakala dua pasukan sudah bertemu di medan tempur, antara pasukan Islam dan kafir, maka panglima pasukan Islam wajib menawarkan Islam terlebih dahulu kepada para musuh. Kalau mereka terima, cukup enggak boleh lanjut perang, jadi nabi dalam tiap medan tempur menawarkan dulu kenapa kita musti perang, kenapa kita tidak sama-sama beriman kepada Allah, kenapa kita tidak menjaga perdamaian, ini ajaran nabi saudara," tambahnya. (Baca juga: Menebak Peran Habib Rizieq Shihab di Dunia Politik)
Namun demikian, jika ajakan perdamaian dan rekonsiliasi tidak diindahkan musuh dan mereka menghendaki pertempuran, maka Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat tidak akan pernah mundur sejengkal pun. "Kalau nabi sudah dialog, menawarkan perdamaian, tapi musuh enggak mau damai, tetap berkeras perang, nabi dan sahabat sejengkal pun tidak akan pernah mundur," tegas Habib Rizieq.
Revolusi akhlak, lanjut Habib Rizieq, mendasarkan tindakannya seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Revolusi yang diusungnya ini menawarkan perdamaian, dialog, penyelesaian persoalan bangsa tanpa pertumpahan darah. Namun demikian, bila ajakan perdamaian ditolak dan terus menerus menindas rakyat serta mengriminalisasi ulama, maka revolusi akhlak bisa berubah menjadi jihad fi sabilillah.
"Begitu juga revolusi ahlak kita, tawarkan perdamaian, tawarkan dialog, tawarkan selesaikan persoalan bangsa tanpa pertumpahan darah, setuju, tapi kalau mereka tak mau, terus menerus berbuat zalim, terus menerus menindas rakyat, terus menerus merusak bangsa negara, terus menerus mengkriminalisasi ulama, terus menerus ingin pertumpahan darah, maka apa boleh buat dari revolusi akhlak bisa berubah menjadi jihad fi sabilillah. Takbir," tegasnya.
"Siap jihad? Siap jihad? Takbir. Kalau kami tawarkan dialog, berarti kami gak mau perang, kalau tawarkan rekonsiliasi, berarti kami tak ingin pertumpahan daerah, tapi ingat tidak ada kata damai dengan kezaliman. Haram kita berdamai dengan kezaliman," tutup Habib Rizieq.
(cip)
tulis komentar anda