Kepulangan Habib Rizieq Tak Terkait Politik tapi Ini yang Mungkin Terjadi

Selasa, 10 November 2020 - 16:02 WIB
Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab menyapa pendukungnya saat keluar dari ruang Kedatangan Internasional Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (10/11/2020). FOTO/Okezone/Arief Julianto
JAKARTA - Banyak pihak yang mengaitkan kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS) yang bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November hari ini, dengan sejumlah agenda politik di Tanah Air. Di antaranya, wacana pembentukan Masyumi Reborn dan peluncuran logo Partai Ummat oleh Amien Rais siang hari tadi.

Menanggapi isu tersebut, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno menilai bahwa terlalu jauh jika kepulangan imam besar Front Pembela Islam (FPI) itu dengan agenda Masyumi Reborn.

"Saya kira terlalu jauh mengaitkan HRS dengan politik, termasuk Masyumi reborn," kata Adi saat dihubungi SINDOnews, Selasa (10/11/2020). ( )



Menurut pengamat politik UIN Syarief Hidayatullah Jakarta ini, agenda kepulangan HRS sudah jelas yakni, menikahkan putrinya di Tanah Air. Dan lagi, tidak ada agenda politik nasional di waktu sekarang ini.

"Publik melihat HRS pulang karena mau menikahkan putrinya. Apalagi sekarang kan momen politik sudah tak ada. Pilpres masih jauh," ujarnya.

Namun demikian, Adi menilai bahwa Habib Rizieq berpotensi mengubah peta politik Indonesia, karena pernyataannya yang selama ini kerap frontal bahkan menyerang pemerintah. Hal ini bisa menimbulkan ketegangan politik. ( )

"Potensial terjadi ketegangan politik karena statement-nya kerap frontal dan menyerang pemerintah. Ini yang menjadi kekhawatiran publik padahal suasana politik mulai kondusif," kata Adi.

Akan tetapi, Adi menambahkan, memanasnya suhu politik tidak akan sampai menimbulkan aksi besar seperti demo 212 yang pertama kali digelar seperti dulu. Memanasnya suhu politik lebih karena pernyataan Habib Rizieq yang vokal terhadap pemerintah.

"Nggak mungkin sejauh itu (aksi besar). Paling mungkin hanya vokal dalam statement. Dan itu perkara biasa tak usah dinilai berlebihan," katanya.
(abd)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More