RI Konsisten Kembangkan Dialog dan Kolaborasi Diplomasi Internasional
Kamis, 05 November 2020 - 15:34 WIB
JAKARTA - Pandemi virus Corona (Covid-19) dan perkembangan konstelasi politik internasional terbaru memunculkan berbagai masalah baik dalam perspektif kawasan maupun global. Paradigma proteksionisme, deglobalisasi bahkan persaingan antar negara muncul Kembali.
(Baca juga: Jumlah Kasus Aktif Covid-19 di Indonesia di Bawah Rerata Dunia)
Namun demikian, dalam pandangan Indonesia masalah-masalah dunia hanya bisa diselesaikan melalui dialog dan kolaborasi yang makin intensif. Pandangan tersebut muncul dalam Diskusi Bulanan Balitbang Partai Golkar secara daring yang menghadirkan Sekjen Partai Golkar Lodewyk Paulus yang mewakili Ketua Umum Airlangga Hartarto, Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar, Anggota Komisi I Dave Laksono, Siswo Pramono, Kabid Kerjasama Internasional Balitbang Golkar Ibrahim Yusuf dan pengamat politik internasional Dinna Prapto Raharja.
(Baca juga: Pemerintah Bantu Pulangkan 42 WNI dari Suriname)
Menurut para pembicara dalam konteks Pandemi Covid-19 harus disikapi dengan kolaborasi dalam mitigasi dan penyediaan vaksin. Indonesia sendiri telah bekerja sama dengan berbagai negara dalam kedua hal tersebut. Seharusnya adanya pandemi juga tidak memunculkan proteksionisme, sebaliknya arus perdagangan harus diperlancar agar mampu menyediakan kebutuhan urgen khususnya di bidang Kesehatan dan kebutuhan dasar.
Ada dua topik mengemuka yang dibahas para pembicara yaitu soal pemilihan presiden AS dan keamanan di Laut China Selatan. Menanggapi hal tersebut para pembicara sepakat bahwa siapapun presiden AS terpilih, Indonesia akan terus bekerjasama dan mempererat hubungan di semua aspek.
"Pada intinya kepentingan nasional yang menjadi inti dan didahulukan dalam diplomasi internasional. Jadi kita bekerja sama dengan siapa saja untuk mewujudkan kepentingan nasional dan menciptakan perdamaian dunia. Itu sikap kita sesuai dengan prinsip bebas aktif yang kita anut," kata Sekjen Partai Golkar, Lodewyk Paulus, Kamis (5/11/2020).
Sedangkan dalam keamanan Laut China Selatan, sudah jelas bahwa Indonesia sebagai negara terbesar dan pemimpin Masyarakat ASEAN di bidang keamanan dan politik menekankan kepatuhan terhadap kerangka internasional.
Salah satu kerangka yang harus dipatuhi oleh semua negara adalah Deklarasi UNCLOS yang mengatur batas wilayah laut sebuah negara. Dengan demikian setiap klaim negara-negara yang terlibat harus ditinjau dalam perspektif UNCLOS tersebut. Kepatuhan terhadap kerangka itu diyakini akan menciptakan perdamaian dan kestabilan di Laut China Selatan.
(Baca juga: Jumlah Kasus Aktif Covid-19 di Indonesia di Bawah Rerata Dunia)
Namun demikian, dalam pandangan Indonesia masalah-masalah dunia hanya bisa diselesaikan melalui dialog dan kolaborasi yang makin intensif. Pandangan tersebut muncul dalam Diskusi Bulanan Balitbang Partai Golkar secara daring yang menghadirkan Sekjen Partai Golkar Lodewyk Paulus yang mewakili Ketua Umum Airlangga Hartarto, Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar, Anggota Komisi I Dave Laksono, Siswo Pramono, Kabid Kerjasama Internasional Balitbang Golkar Ibrahim Yusuf dan pengamat politik internasional Dinna Prapto Raharja.
(Baca juga: Pemerintah Bantu Pulangkan 42 WNI dari Suriname)
Menurut para pembicara dalam konteks Pandemi Covid-19 harus disikapi dengan kolaborasi dalam mitigasi dan penyediaan vaksin. Indonesia sendiri telah bekerja sama dengan berbagai negara dalam kedua hal tersebut. Seharusnya adanya pandemi juga tidak memunculkan proteksionisme, sebaliknya arus perdagangan harus diperlancar agar mampu menyediakan kebutuhan urgen khususnya di bidang Kesehatan dan kebutuhan dasar.
Ada dua topik mengemuka yang dibahas para pembicara yaitu soal pemilihan presiden AS dan keamanan di Laut China Selatan. Menanggapi hal tersebut para pembicara sepakat bahwa siapapun presiden AS terpilih, Indonesia akan terus bekerjasama dan mempererat hubungan di semua aspek.
"Pada intinya kepentingan nasional yang menjadi inti dan didahulukan dalam diplomasi internasional. Jadi kita bekerja sama dengan siapa saja untuk mewujudkan kepentingan nasional dan menciptakan perdamaian dunia. Itu sikap kita sesuai dengan prinsip bebas aktif yang kita anut," kata Sekjen Partai Golkar, Lodewyk Paulus, Kamis (5/11/2020).
Sedangkan dalam keamanan Laut China Selatan, sudah jelas bahwa Indonesia sebagai negara terbesar dan pemimpin Masyarakat ASEAN di bidang keamanan dan politik menekankan kepatuhan terhadap kerangka internasional.
Salah satu kerangka yang harus dipatuhi oleh semua negara adalah Deklarasi UNCLOS yang mengatur batas wilayah laut sebuah negara. Dengan demikian setiap klaim negara-negara yang terlibat harus ditinjau dalam perspektif UNCLOS tersebut. Kepatuhan terhadap kerangka itu diyakini akan menciptakan perdamaian dan kestabilan di Laut China Selatan.
tulis komentar anda