Posyandu Terganggu, Hampir 850 Ribu Anak Belum Diimunisasi Dasar Lengkap
Kamis, 05 November 2020 - 11:24 WIB
JAKARTA - United Nations Children’s Fund ( Unicef ) Communications Development Specialist, Rizky Ika Syafitri mengungkapkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahwa hampir 850 ribu atau tepatnya 836.993 anak belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Ini diakibatkan pelayanan pos pelayanan terpadu alias posyandu di Puskesmas terganggu akibat pandemi Covid-19.
“Data Kemenkes yang menunjukkan bahwa hampir seluruh jenis imunisasi belum tercapai targetnya sampai pada bulan Juli gitu ya. Ini karena lagi-lagi kondisi pandemi yang terjadi saat ini. Kalau dihitung jumlah anak, hampir mencapai 850 ribu anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap sampai dengan Juli 2020 akibat gangguan di tingkat layanan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19,” ungkap Rizky dalam diskusi secara virtual (5/11/2020).
Sepuluh provinsi tertinggi jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap yakni Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Riau, Aceh, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.
(Baca: Vaksinasi dan Imunisasi Ternyata Tak Sama, Lalu Apa Bedanya?)
Nah, apa risikonya jika tidak melaksanakan imunisasi dasar lengkap bagi anak? “Jadi jika melakukan cakupan imunisasi dasar rutin ada polio, ada untuk tuberkulosis, ada untuk Difteri, untuk campak ini terus menurun, bukan tidak mungkin kita akan mengalami kejadian luar biasa (KLB) atau wabah penyakit-penyakit tersebut,” ungkap Rizky.
Sehingga, jika tidak melaksanakan imunisasi dasar lengkap maka akan ada potensi double outbreak. “Bayangkan kalau saat ini kita sedang mengalami pandemi Covid-19, kemudian kita harus mengalami wabah dan KLB penyakit-penyakit yang sebenarnya sangat mudah mencegahnya dengan imunisasi,” jelas Rizky.
(Baca: IDAI: Imunisasi Dasar Tetap Penting Meskipun Sedang Pandemi)
Oleh karena itu, Rizky mengatakan daripada menunggu vaksin Covid-19 yang saat ini masih dalam proses, maka manfaatkan vaksin yang sudah tersedia untuk mencegah double outbreak. “Dan berbeda dengan vaksin Covid yang saat ini belum tersedia dan masih dilakukan clinical trial, banyak vaksin lain itu sudah tersedia di negara kita dan tersedia gratis juga untuk masyarakat.”
“Jadi ini yang sebenarnya saya mau highlight dalam paparan kali ini bahwa ketimbang menunggu vaksin Covid yang masih dalam proses dalam clinical trial, manfaatkanlah vaksin-vaksin lain yang sudah tersedia, terbukti aman dan juga efektif untuk melindungi anak-anak kita dan masyarakat dari berbagai penyakit berbahaya yang bisa dicegah dengan imunisasi,” tegas Rizky.
“Data Kemenkes yang menunjukkan bahwa hampir seluruh jenis imunisasi belum tercapai targetnya sampai pada bulan Juli gitu ya. Ini karena lagi-lagi kondisi pandemi yang terjadi saat ini. Kalau dihitung jumlah anak, hampir mencapai 850 ribu anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap sampai dengan Juli 2020 akibat gangguan di tingkat layanan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19,” ungkap Rizky dalam diskusi secara virtual (5/11/2020).
Sepuluh provinsi tertinggi jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap yakni Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Riau, Aceh, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.
(Baca: Vaksinasi dan Imunisasi Ternyata Tak Sama, Lalu Apa Bedanya?)
Nah, apa risikonya jika tidak melaksanakan imunisasi dasar lengkap bagi anak? “Jadi jika melakukan cakupan imunisasi dasar rutin ada polio, ada untuk tuberkulosis, ada untuk Difteri, untuk campak ini terus menurun, bukan tidak mungkin kita akan mengalami kejadian luar biasa (KLB) atau wabah penyakit-penyakit tersebut,” ungkap Rizky.
Sehingga, jika tidak melaksanakan imunisasi dasar lengkap maka akan ada potensi double outbreak. “Bayangkan kalau saat ini kita sedang mengalami pandemi Covid-19, kemudian kita harus mengalami wabah dan KLB penyakit-penyakit yang sebenarnya sangat mudah mencegahnya dengan imunisasi,” jelas Rizky.
(Baca: IDAI: Imunisasi Dasar Tetap Penting Meskipun Sedang Pandemi)
Oleh karena itu, Rizky mengatakan daripada menunggu vaksin Covid-19 yang saat ini masih dalam proses, maka manfaatkan vaksin yang sudah tersedia untuk mencegah double outbreak. “Dan berbeda dengan vaksin Covid yang saat ini belum tersedia dan masih dilakukan clinical trial, banyak vaksin lain itu sudah tersedia di negara kita dan tersedia gratis juga untuk masyarakat.”
“Jadi ini yang sebenarnya saya mau highlight dalam paparan kali ini bahwa ketimbang menunggu vaksin Covid yang masih dalam proses dalam clinical trial, manfaatkanlah vaksin-vaksin lain yang sudah tersedia, terbukti aman dan juga efektif untuk melindungi anak-anak kita dan masyarakat dari berbagai penyakit berbahaya yang bisa dicegah dengan imunisasi,” tegas Rizky.
(muh)
tulis komentar anda