Punya Banyak Prestasi, Nurdin Abdullah Layak Diperhitungkan di 2024
Minggu, 01 November 2020 - 07:15 WIB
Namun, diakui Igor, nama Ganjar lebih mentereng di survei dan pemberitaan media ketimbang Nurdin Abdullah. Igor mengatakan, Ganjar juga lebih piawai memasarkan diri di media sosial. "Marketing politik NA terlihat lemah dan tidak equivalen dengan segudang prestasinya sebagai Gubernur pertama di Indonesia yang bergelar Profesor pertanian," tutur Igor.
Igor berpendapat, seandainya Nurdin Abdullah adalah ketua umum sebuah partai politik seperti Jusuf Kalla memimpin Partai Golkar, maka bisa diprediksi namanya otomatis akan masuk sebagai capres atau cawapres di 2024. "Namun, hal itu sebenarnya bukanlah alasan yang signifikan," katanya.
Igor melanjutkan, ada pergeseran demografi pemilih nanti di 2024. Hal tersebut, menurut dia, peluang yang bisa dimanfaatkan Nurdin Abdullah dengan melahirkan visi (program) terkait generasi milenial ke depan.
Dia membeberkan, salah satu karakteristik pemilih milenial adalah mereka tidak hirau lagi atau mudah percaya kepada sesuatu yang berbau pencitraan.
Dia menambahkan, apatisme milenial terhadap politik juga lumayan tinggi. Untuk itu, Nurdin Abdullah perlu tim komunikasi yang bisa menjangkau pemilih pemula via internet dalam skala nasional.
"Bagaimanapun juga, NA tetap opsi terbaik dari skenario pasangan kandidat non-Jawa yang layak dipertimbangkan pada perhelatan pemilu 2024 yang akan datang," ucap Igor.
Sementara itu, pengamat politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam menilai peluang Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah di Pilpres 2024 tentu masih fluktuatif.
Menurut Arif, secara prestasi sejatinya Nurdin Abdullah memiliki rekam jejak cemerlang, pernah jadi bupati dua periode dan gubernur dengan beragam terobosannya.
Namun, lanjut Arif, secara elektabilitas memang masih jauh meski masuk radar survei Capres dalam Pilpres 2024.
Igor berpendapat, seandainya Nurdin Abdullah adalah ketua umum sebuah partai politik seperti Jusuf Kalla memimpin Partai Golkar, maka bisa diprediksi namanya otomatis akan masuk sebagai capres atau cawapres di 2024. "Namun, hal itu sebenarnya bukanlah alasan yang signifikan," katanya.
Igor melanjutkan, ada pergeseran demografi pemilih nanti di 2024. Hal tersebut, menurut dia, peluang yang bisa dimanfaatkan Nurdin Abdullah dengan melahirkan visi (program) terkait generasi milenial ke depan.
Dia membeberkan, salah satu karakteristik pemilih milenial adalah mereka tidak hirau lagi atau mudah percaya kepada sesuatu yang berbau pencitraan.
Dia menambahkan, apatisme milenial terhadap politik juga lumayan tinggi. Untuk itu, Nurdin Abdullah perlu tim komunikasi yang bisa menjangkau pemilih pemula via internet dalam skala nasional.
"Bagaimanapun juga, NA tetap opsi terbaik dari skenario pasangan kandidat non-Jawa yang layak dipertimbangkan pada perhelatan pemilu 2024 yang akan datang," ucap Igor.
Sementara itu, pengamat politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam menilai peluang Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah di Pilpres 2024 tentu masih fluktuatif.
Menurut Arif, secara prestasi sejatinya Nurdin Abdullah memiliki rekam jejak cemerlang, pernah jadi bupati dua periode dan gubernur dengan beragam terobosannya.
Namun, lanjut Arif, secara elektabilitas memang masih jauh meski masuk radar survei Capres dalam Pilpres 2024.
tulis komentar anda