Gempa Turki-Yunani Jadi Pelajaran Penting bagi Indonesia
Sabtu, 31 Oktober 2020 - 10:05 WIB
JAKARTA - Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG ) Daryono mengatakan aktivitas Sesar Sisam (Sisam Fault) menjadi pemicu terjadinya gempa di wilayah Turki-Yunani .
Diketahui, gempa terjadi pada Jumat, 30 Oktober 2020 pukul 18.51.26 WIB di wilayah Kepulauan Dodecanese, Yunani dengan Magnitudo 7,1 yang dirasakan hingga di Turki, Yunani, Bulgaria, dan Macedonia Utara. Tak hanya itu, gempa ini mengakibatkan tsunami di beberapa lokasi.
" Gempa Turki-Yunani semalam dipicu oleh adanya aktivitas Sesar Sisam (Sisam Fault), sebuah sesar aktif dengan mekanisme pergerakan turun (normal fault) dengan panjang jalur sesar sekitar 30 km," ungkap Daryono cuitnya di akun media sosial miliknya, Sabtu (31/10/2020).
( ).
Daryono menjelaskan bahwa Sesar Sisam yang berada dekat Pulau Samos ini “pecah” dekat Menderes Graben, yakni wilayah dengan sejarah panjang gempa dengan sesar turun (normal fault). "Karena mekanisme patahannya yang bergerak turun dan hiposenter gempanya sangat dangkal hanya sekitar 6 km maka wajar jika gempa ini memicu terjadinya tsunami," katanya.
Sementara itu, Daryono mengatakan tsunami kecil ini juga terjadi dan melanda daratan akibat kondisi topografi lokal pantai yang landai di dekat garis pantai sehingga mendukung terjadinya genangan di daratan.
Wilayah Laut Aegean, kata Daryono secara historis adalah kawasan rawan gempa dan tsunami, dengan peristiwa tsunami terakhir adalah tsunami merusak di Bodrum, Turki, akibat gempa berkekuatan magnitudo 6,6 pada tahun 2017. "Kerusakan akibat gempa ini sebagian besar terjadi pada kawasan permukiman yang terletak pada tanah lunak seperti di pesisir pantai dan cekungan dengan dataran aluvial yang lunak," katanya.
( ).
Daryono mengatakan, sejarah gempa mencatat bahwa di sekitar Sesar Sisam ini sudah beberapa kali terjadi gempa kuat pada masa lalu seperti gempa tahun 1904 berkekuatan Magnitudo 6,2 dan gempa pada tahun 1992 berkekuatan Magnitudo 6,0.
Daryono pun mengingatkan bahwa gempa di Turki-Yunani ini menjadi pelajaran penting bagi Indonesia dengan kondisi seismik aktif yang bisa memicu terjadinya potensi tsunami.
" Gempa Turki-Yunani ini menjadi pelajaran penting bagi kita di Indonesia dengan kondisi seismik aktif, memiliki banyak jalur sesar aktif dasar laut, sehingga kewaspadaan terhadap gempa-tsunami perlu terus ditingkatkan dengan memperkuat upaya mitigasi struktural dan non struktural," ungkapnya.
Diketahui, gempa terjadi pada Jumat, 30 Oktober 2020 pukul 18.51.26 WIB di wilayah Kepulauan Dodecanese, Yunani dengan Magnitudo 7,1 yang dirasakan hingga di Turki, Yunani, Bulgaria, dan Macedonia Utara. Tak hanya itu, gempa ini mengakibatkan tsunami di beberapa lokasi.
" Gempa Turki-Yunani semalam dipicu oleh adanya aktivitas Sesar Sisam (Sisam Fault), sebuah sesar aktif dengan mekanisme pergerakan turun (normal fault) dengan panjang jalur sesar sekitar 30 km," ungkap Daryono cuitnya di akun media sosial miliknya, Sabtu (31/10/2020).
( ).
Daryono menjelaskan bahwa Sesar Sisam yang berada dekat Pulau Samos ini “pecah” dekat Menderes Graben, yakni wilayah dengan sejarah panjang gempa dengan sesar turun (normal fault). "Karena mekanisme patahannya yang bergerak turun dan hiposenter gempanya sangat dangkal hanya sekitar 6 km maka wajar jika gempa ini memicu terjadinya tsunami," katanya.
Sementara itu, Daryono mengatakan tsunami kecil ini juga terjadi dan melanda daratan akibat kondisi topografi lokal pantai yang landai di dekat garis pantai sehingga mendukung terjadinya genangan di daratan.
Wilayah Laut Aegean, kata Daryono secara historis adalah kawasan rawan gempa dan tsunami, dengan peristiwa tsunami terakhir adalah tsunami merusak di Bodrum, Turki, akibat gempa berkekuatan magnitudo 6,6 pada tahun 2017. "Kerusakan akibat gempa ini sebagian besar terjadi pada kawasan permukiman yang terletak pada tanah lunak seperti di pesisir pantai dan cekungan dengan dataran aluvial yang lunak," katanya.
( ).
Daryono mengatakan, sejarah gempa mencatat bahwa di sekitar Sesar Sisam ini sudah beberapa kali terjadi gempa kuat pada masa lalu seperti gempa tahun 1904 berkekuatan Magnitudo 6,2 dan gempa pada tahun 1992 berkekuatan Magnitudo 6,0.
Daryono pun mengingatkan bahwa gempa di Turki-Yunani ini menjadi pelajaran penting bagi Indonesia dengan kondisi seismik aktif yang bisa memicu terjadinya potensi tsunami.
" Gempa Turki-Yunani ini menjadi pelajaran penting bagi kita di Indonesia dengan kondisi seismik aktif, memiliki banyak jalur sesar aktif dasar laut, sehingga kewaspadaan terhadap gempa-tsunami perlu terus ditingkatkan dengan memperkuat upaya mitigasi struktural dan non struktural," ungkapnya.
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda