Moeldoko Minta Anak Muda Jangan Malu Kalau Tidak Ikut Demo
Rabu, 28 Oktober 2020 - 15:45 WIB
JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengingatkan anak-anak muda agar tidak terprovokasi hasutan atau ajakan yang tidak dipahami. Dia juga meminta agar anak muda tidak malu jika tidak ikut unjuk rasa atau demonstrasi .
Moeldoko mengatakan, ada paradoks antara aksi unjuk rasa yang saat ini marak dengan keberadaan Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker). Dia mengatakan, pemerintah bersungguh-sungguh mencoba menurunkan angka pengangguran.
"Setiap tahun ada 2,9 juta angkatan kerja baru. Angka ini menambah jumlah pengangguran akibat pandemi COVID-19. Pada 2030 kita mendapat bonus demografi yang bisa berdampak naiknya jumlah pengangguran jika tidak diantisipasi," katanya dikutip dari siaran pers KSP, Rabu (28/10/2020).
( ).
Moeldoko mengatakan pemerintah mencoba membuka peluang melalui UU Cipta Kerja, tapi malah ditolak anak-anak muda dan calon tenaga kerja baru. "Tetapi saya melihat itu hanya sebagian kecil. Sebagian besar mereka sudah paham," katanya.
( ).
Lebih lanjut Moeldoko pun berpesan jangan sampai anak-anak muda terprovokasi hasutan atau ajakan yang tidak pahami. "Terpenting lagi, jangan lagi ada yang malu kalau tidak ikut unjuk rasa. Mulailah berani mengambil keputusan bahwa apa yang kita lakukan harus kita pahami tujuannya. Harusnya malu kalau berunjuk rasa tapi tidak paham tujuannya," tutur Moeldoko .
Dia mengatakan bahwa banyak peristiwa menunjukkan peran anak muda dalam mengubah sejarah bangsanya. Namun dia mengingatkan adanya pameo yang sangat buruk yakni 'Biar Keliru Asal Heroik'. "Saya menghargai anak muda yang memiliki karakter kuat. Itu modal bagi bangsa untuk selalu optimis," tuturnya.
Menurutnya pembelajaran politik yang benar bagi anak muda sangat penting. "Kalau tidak, malah jadi repot, karena anak-anak akan menjadi instrumen kekerasan. Janganlah kita, sebagai orang tua atau guru, bersikap pasif baik secara sadar atau tidak sadar. Karena itu akan menjerumuskan mereka," pungkas Moeldoko .
Moeldoko mengatakan, ada paradoks antara aksi unjuk rasa yang saat ini marak dengan keberadaan Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker). Dia mengatakan, pemerintah bersungguh-sungguh mencoba menurunkan angka pengangguran.
"Setiap tahun ada 2,9 juta angkatan kerja baru. Angka ini menambah jumlah pengangguran akibat pandemi COVID-19. Pada 2030 kita mendapat bonus demografi yang bisa berdampak naiknya jumlah pengangguran jika tidak diantisipasi," katanya dikutip dari siaran pers KSP, Rabu (28/10/2020).
( ).
Moeldoko mengatakan pemerintah mencoba membuka peluang melalui UU Cipta Kerja, tapi malah ditolak anak-anak muda dan calon tenaga kerja baru. "Tetapi saya melihat itu hanya sebagian kecil. Sebagian besar mereka sudah paham," katanya.
( ).
Lebih lanjut Moeldoko pun berpesan jangan sampai anak-anak muda terprovokasi hasutan atau ajakan yang tidak pahami. "Terpenting lagi, jangan lagi ada yang malu kalau tidak ikut unjuk rasa. Mulailah berani mengambil keputusan bahwa apa yang kita lakukan harus kita pahami tujuannya. Harusnya malu kalau berunjuk rasa tapi tidak paham tujuannya," tutur Moeldoko .
Dia mengatakan bahwa banyak peristiwa menunjukkan peran anak muda dalam mengubah sejarah bangsanya. Namun dia mengingatkan adanya pameo yang sangat buruk yakni 'Biar Keliru Asal Heroik'. "Saya menghargai anak muda yang memiliki karakter kuat. Itu modal bagi bangsa untuk selalu optimis," tuturnya.
Menurutnya pembelajaran politik yang benar bagi anak muda sangat penting. "Kalau tidak, malah jadi repot, karena anak-anak akan menjadi instrumen kekerasan. Janganlah kita, sebagai orang tua atau guru, bersikap pasif baik secara sadar atau tidak sadar. Karena itu akan menjerumuskan mereka," pungkas Moeldoko .
(zik)
tulis komentar anda