Komisi I DPR Minta Rencana Pembelian Jet Tempur Prancis Dievaluasi
Selasa, 27 Oktober 2020 - 13:15 WIB
JAKARTA - Politikus PPP Muhammad Iqbal mengecam keras pernyataan Presiden Prancis Emannuel Macron . Iqbal menganggap pernyataan Macron sangat berbahaya karena bernada provokatif.
Macron mengatakan bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Pernyataan berbau islamofobia terkait disampaikan setelah seorang guru dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di dalam kelas.
"Dia mengatakan bahwa sang guru dibunuh karena kaum Islamis menginginkan masa depan kita. Artinya Macron mendukung atas penerbitan kartun Nabi Muhammad. Padahal dalam Islam, tidak diperbolehkan digambar," tutur Iqbal, Selasa (27/10/2020).
(Baca: GP Ansor Minta Jokowi Sampaikan Nota Protes kepada Presiden Prancis)
Anggota Komisi I DPR ini menganggap, pernyataan Macron sangat berbahaya karena turut menyebarkan kebencian di antara masyarakat dunia. Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Prancis harusnya memberikan pernyataan yang menyejukkan untuk menciptakan perdamaian antar-negara, bukan malah membuat perpecahan dan bahkan konflik antar-negara seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Iqbal mengaku tidak setuju dengan cara main hakim sendiri terhadap guru tersebut. Tapi sebaliknya Pemerintah Perancis seharusnya juga memberikan hukuman kepada siapa pun penghina Nabi Muhammad. Sehingga tidak ada lagi penghinaan terhadap simbol-simbol keagamaan lain.
(Baca: Inilah Daftar Produk Prancis yang Berpotensi Diboikot Dunia Muslim)
Karena itu, dia meminta pemerintah untuk mengajukan protes keras terhadap Prancis. Apalagi posisi Indonesia saat ini juga menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Indonesia seharusnya bisa mengimbau seluruh negara agar menjaga perdamaian dunia.
Selain itu, Iqbal mengusulkan pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan kembali berbagai bentuk kerjasama dengan Prancis, termasuk rencana pembelian jet tempur rafale. "Sampai Presiden Prancis Emannuel Macron menyampaikan permintaan maaf kepada umat Islam terkait pernyataannya dan menghentikan penghinaan simbol Islam seperti pembuatan karikatur Nabi Muhammad," pungkas dia.
Macron mengatakan bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Pernyataan berbau islamofobia terkait disampaikan setelah seorang guru dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di dalam kelas.
"Dia mengatakan bahwa sang guru dibunuh karena kaum Islamis menginginkan masa depan kita. Artinya Macron mendukung atas penerbitan kartun Nabi Muhammad. Padahal dalam Islam, tidak diperbolehkan digambar," tutur Iqbal, Selasa (27/10/2020).
(Baca: GP Ansor Minta Jokowi Sampaikan Nota Protes kepada Presiden Prancis)
Anggota Komisi I DPR ini menganggap, pernyataan Macron sangat berbahaya karena turut menyebarkan kebencian di antara masyarakat dunia. Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Prancis harusnya memberikan pernyataan yang menyejukkan untuk menciptakan perdamaian antar-negara, bukan malah membuat perpecahan dan bahkan konflik antar-negara seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Iqbal mengaku tidak setuju dengan cara main hakim sendiri terhadap guru tersebut. Tapi sebaliknya Pemerintah Perancis seharusnya juga memberikan hukuman kepada siapa pun penghina Nabi Muhammad. Sehingga tidak ada lagi penghinaan terhadap simbol-simbol keagamaan lain.
(Baca: Inilah Daftar Produk Prancis yang Berpotensi Diboikot Dunia Muslim)
Karena itu, dia meminta pemerintah untuk mengajukan protes keras terhadap Prancis. Apalagi posisi Indonesia saat ini juga menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Indonesia seharusnya bisa mengimbau seluruh negara agar menjaga perdamaian dunia.
Selain itu, Iqbal mengusulkan pemerintah Indonesia untuk mempertimbangkan kembali berbagai bentuk kerjasama dengan Prancis, termasuk rencana pembelian jet tempur rafale. "Sampai Presiden Prancis Emannuel Macron menyampaikan permintaan maaf kepada umat Islam terkait pernyataannya dan menghentikan penghinaan simbol Islam seperti pembuatan karikatur Nabi Muhammad," pungkas dia.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda