Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Asita Pesimistis Travel Bubble Bisa Dilakukan
Kamis, 22 Oktober 2020 - 14:52 WIB
Selain melakukan penjajakan travel bubble, pemerintah juga harus mempersiapkan daerah mana yang akan dibuka. Asita menyebut kawasan Indonesia tetap menjadi favorit, seperti Bali dan Labuan Bajo. Budiarjo mengungkapkan beberapa daerah di Pulau Jawa pun siap, seperti Jawa Barat dan Yogyakarta. Pemerintah harus melakukan analisis daerah mana saja yang biasa dikunjungi oleh wisatawan dari negara yang bekerja sama dalam travel bubble.
“Kita ajak Malaysia, selama ini marketnya dimana? Kalau daerah yang biasa mereka kunjungi masih merah mungkin agak susah. Tapi kalau daerah yang sering dikunjungi sudah masuk zona kuning atau hijau, kenapa tidak? Saya rasa semua harus dimulai dengan protokol kesehatan yang ketat,” jelasnya.
Selain negara di Asia Tenggara, beberapa negara lain pun potensial untuk dirayu, seperti Australia dan negara-negara Eropa. Menurut Budijanto, pelancong potensial di Eropa itu datang dari Belanda dan Jerman. Bahkan, ASITA memasukan Jepang karena Perdana Menterinya, Yoshihide Suga, telah berkunjung ke Indonesia. Memang Indonesia dan Jepang baru menyepakati pembukaan penerbangan untuk kepentingan bisnis.
Sementara semua belum pasti, Asita berusaha menghidupkan pariwisata dari pelancong lokal. Indonesia mempunyai potensi dari sisi jumlah penduduk dan kebudayaan saling berkunjung atau silaturahmi. Tentu ini bisa memutarkan roda perekonomian dan sektor pariwisata yang ambruk.
Budijanto menjelaskan sektor pariwisata akan benar-benar menggeliat ketika vaksin sudah ada dan disuntik ke masyarakat. “Saya rasa kekhawatiran (terhadap Covid-19) itu sudah jauh menurun. Saya rasa mungkin semua (hidup) di awal tahun. Akhir tahun, mungkin kalau bisa mengejar tapi tidak bisa terlalu banyak,” pungkasnya.
“Kita ajak Malaysia, selama ini marketnya dimana? Kalau daerah yang biasa mereka kunjungi masih merah mungkin agak susah. Tapi kalau daerah yang sering dikunjungi sudah masuk zona kuning atau hijau, kenapa tidak? Saya rasa semua harus dimulai dengan protokol kesehatan yang ketat,” jelasnya.
Selain negara di Asia Tenggara, beberapa negara lain pun potensial untuk dirayu, seperti Australia dan negara-negara Eropa. Menurut Budijanto, pelancong potensial di Eropa itu datang dari Belanda dan Jerman. Bahkan, ASITA memasukan Jepang karena Perdana Menterinya, Yoshihide Suga, telah berkunjung ke Indonesia. Memang Indonesia dan Jepang baru menyepakati pembukaan penerbangan untuk kepentingan bisnis.
Sementara semua belum pasti, Asita berusaha menghidupkan pariwisata dari pelancong lokal. Indonesia mempunyai potensi dari sisi jumlah penduduk dan kebudayaan saling berkunjung atau silaturahmi. Tentu ini bisa memutarkan roda perekonomian dan sektor pariwisata yang ambruk.
Budijanto menjelaskan sektor pariwisata akan benar-benar menggeliat ketika vaksin sudah ada dan disuntik ke masyarakat. “Saya rasa kekhawatiran (terhadap Covid-19) itu sudah jauh menurun. Saya rasa mungkin semua (hidup) di awal tahun. Akhir tahun, mungkin kalau bisa mengejar tapi tidak bisa terlalu banyak,” pungkasnya.
(muh)
tulis komentar anda