Cegah Penularan COVID-19, Indonesia Care Ikuti Terapi Rempah Raja Papua
Rabu, 16 September 2020 - 21:48 WIB
JAKARTA - Penyebaran virus COVID-19 makin mengkhawatirkan. Korban berjatuhan setiap hari. Ratusan orang meregang nyawa, baik orang tua, remaja hingga anak-anak.
Sejumlah rumah sakit kewalahan menerima pasien corona ini. Sebagian besar diputuskan menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Sebagian lainnya mencoba sejumlah pengobatan alternatif yang dianggap efektif.
Salah satu upaya dilakukan oleh tim lembaga kemanusiaan, Indonesia Care adalah dengan mengikuti terapi tradisional. Mereka menyadari perannya yang sangat berisiko tinggi karena selalu berinteraksi dengan masyarakat luas, hari ini mengunjungi pesantren Nuu Waar milik ustaz berdarah Papua, Fadlan Garamathan. ( )
Kenapa harus ke pesantren yang mayoritas dihuni santri-santri asal Papua tersebut? Ya karena pengasuh pondok pesantren asal Papua itu sedang menyelenggarakan terapi rempah Raja Papua. Terapi ini diyakini mampu mengeluarkan lendir yang ada dalam tubuh termasuk virus COVID-19.
Direktur Eksekutif Indonesia Care, Lukman Azis mengaku merasakan manfaat luar biasa pasca mengikuti terapi selama satu jam tersebut. "Pertama kita akan diberikan minuman yang sangat pahit. Dilarang makan dan minum sebelum menjalani terapi. Setelah itu kita diminta masuk dalam satu ruangan bilik bambu yang di dalamnya telah diuapi ramuan 75 jenis rempah dari tanah papua," kata mantan jurnalis media nasional itu.
Di dalam bilik berukuran 2 x 2 meter tersebut kita diminta melepas pakaian dan menghirup uap panas yang keluar dari rebusan rempah-rempah.
Dalam hitungan detik, lanjut Lukman, keringat mengucur deras bak mandi pancuran. "Bahkan lendir, air mata hingga dahak keluar semua. Walau begitu mata tidak terasa sakit dengan kepulan asap tebal," katanya menceritakan pengalaman 11 menit di dalam bilik terapi yang disebut woukouf tersebut. ( )
Pesantren yang berlokasi di daerah Setu, Bekasi, Jawa Barat ini mendadak ramai didatangi banyak orang mulai dari masyarakat hingga pejabat, termasuk pasien COVID-19. "Memang terasa manfaatnya. Ustaz Fadlan pun tidak mengkomersilkan pengobatan yang ia dapatkan turun-temurun tersebut," ungkap Lukman.
Hal senada juga diungkapkan salah satu relawan Indonesia Care yang ikut serta terapi Raja Papua itu, Lutfi (40). "Batuk dan sesak nafas sekejap hilang. Semua dipaksa keluar dari tubuh. Ngga ada rasa sakit," katanya.
Menjelaskan terapi tersebut, ustaz asal Papua yang juga pengasuh pesantren Nuu Waar Fadlan Garamathan mengaku prihatin dengan peningkatan COVID-19 yang kian mengkhawatirkan, termasuk terhadap pejuang kemanusiaan dan tenaga medis di garda terdepan. "Oleh karena itu kita ajak mereka ke sini untuk merasakan terapi sekaligus sebagai upaya pencegahan tertularnya COVID-19," kata ustaz yang dikenal telah mengislamkan ribuan masyarakat suku pedalaman Papua.
Waktu yang paling tepat menjalani terapi pencegahan ini dipagi hari mulai pukul 05.30 hingga 08.00 WIB serta bila untuk pengobatan dilaksanakan usai salat isya. "Dari pejabat kepolisian, relawan-relawan kemanusiaan, dokter dan para medis sudah banyak yang berdatangan ke sini, senang bisa ikut membantu upaya pemerintah mencegah penyebaran virus corona ini," kata pria berjubah tersebut.
Pesantren Nuu Waar sendiri berdiri di atas lahan 32 hektare dan dihuni lebih dari 1.000 santri yang sebagian besar asli Papua. Harapan ustaz Fadlan para santri ini selanjutnya bisa turun ke tanah Papua untuk berdakwah setelah lepas dari pesantren Nuu Waar.
Sejumlah rumah sakit kewalahan menerima pasien corona ini. Sebagian besar diputuskan menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Sebagian lainnya mencoba sejumlah pengobatan alternatif yang dianggap efektif.
Salah satu upaya dilakukan oleh tim lembaga kemanusiaan, Indonesia Care adalah dengan mengikuti terapi tradisional. Mereka menyadari perannya yang sangat berisiko tinggi karena selalu berinteraksi dengan masyarakat luas, hari ini mengunjungi pesantren Nuu Waar milik ustaz berdarah Papua, Fadlan Garamathan. ( )
Kenapa harus ke pesantren yang mayoritas dihuni santri-santri asal Papua tersebut? Ya karena pengasuh pondok pesantren asal Papua itu sedang menyelenggarakan terapi rempah Raja Papua. Terapi ini diyakini mampu mengeluarkan lendir yang ada dalam tubuh termasuk virus COVID-19.
Direktur Eksekutif Indonesia Care, Lukman Azis mengaku merasakan manfaat luar biasa pasca mengikuti terapi selama satu jam tersebut. "Pertama kita akan diberikan minuman yang sangat pahit. Dilarang makan dan minum sebelum menjalani terapi. Setelah itu kita diminta masuk dalam satu ruangan bilik bambu yang di dalamnya telah diuapi ramuan 75 jenis rempah dari tanah papua," kata mantan jurnalis media nasional itu.
Di dalam bilik berukuran 2 x 2 meter tersebut kita diminta melepas pakaian dan menghirup uap panas yang keluar dari rebusan rempah-rempah.
Dalam hitungan detik, lanjut Lukman, keringat mengucur deras bak mandi pancuran. "Bahkan lendir, air mata hingga dahak keluar semua. Walau begitu mata tidak terasa sakit dengan kepulan asap tebal," katanya menceritakan pengalaman 11 menit di dalam bilik terapi yang disebut woukouf tersebut. ( )
Pesantren yang berlokasi di daerah Setu, Bekasi, Jawa Barat ini mendadak ramai didatangi banyak orang mulai dari masyarakat hingga pejabat, termasuk pasien COVID-19. "Memang terasa manfaatnya. Ustaz Fadlan pun tidak mengkomersilkan pengobatan yang ia dapatkan turun-temurun tersebut," ungkap Lukman.
Hal senada juga diungkapkan salah satu relawan Indonesia Care yang ikut serta terapi Raja Papua itu, Lutfi (40). "Batuk dan sesak nafas sekejap hilang. Semua dipaksa keluar dari tubuh. Ngga ada rasa sakit," katanya.
Menjelaskan terapi tersebut, ustaz asal Papua yang juga pengasuh pesantren Nuu Waar Fadlan Garamathan mengaku prihatin dengan peningkatan COVID-19 yang kian mengkhawatirkan, termasuk terhadap pejuang kemanusiaan dan tenaga medis di garda terdepan. "Oleh karena itu kita ajak mereka ke sini untuk merasakan terapi sekaligus sebagai upaya pencegahan tertularnya COVID-19," kata ustaz yang dikenal telah mengislamkan ribuan masyarakat suku pedalaman Papua.
Waktu yang paling tepat menjalani terapi pencegahan ini dipagi hari mulai pukul 05.30 hingga 08.00 WIB serta bila untuk pengobatan dilaksanakan usai salat isya. "Dari pejabat kepolisian, relawan-relawan kemanusiaan, dokter dan para medis sudah banyak yang berdatangan ke sini, senang bisa ikut membantu upaya pemerintah mencegah penyebaran virus corona ini," kata pria berjubah tersebut.
Pesantren Nuu Waar sendiri berdiri di atas lahan 32 hektare dan dihuni lebih dari 1.000 santri yang sebagian besar asli Papua. Harapan ustaz Fadlan para santri ini selanjutnya bisa turun ke tanah Papua untuk berdakwah setelah lepas dari pesantren Nuu Waar.
(abd)
tulis komentar anda