Rektor Unhan: Perang Balkan Pelajaran untuk Memelihara Perdamaian Indonesia
Kamis, 10 September 2020 - 09:25 WIB
JAKARTA - Rektor Universitas Pertahanan (Unhan) , Laksamana Madya (Laksdya) TNI Amarulla Octavian, menyatakan perang Balkan adalah isu yang menarik dan penting untuk dipelajari bersama, karena konflik bersenjata nasional dan internasional kerap dihadapi oleh suatu negara yang berdampak tidak hanya kepada eksistensi negara dan infrastruktur negara tersebut, namun juga warga negara yang kehilangan tempat tinggal dan bahkan mengakibatkan tewasnya puluhan ribu jiwa.
Hal itu disampaikan Octavian dalam Webminar Seri Ketiga bertajuk “Perang Balkan: Konflik Bersenjata di Negara Pecahan Yugoslavia”, Rabu, 9 September 2020, yang diselenggarakan oleh Indonesia Peace and Conflict Resolution Association (IPCRA) & Ikatan Alumni UNHAN, serta bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beograd. (Baca juga: Pesan Penting Megawati Soekarnoputri kepada Mahasiswa Doktoral Unhan)
Menurutu Octavian, negara pecahan Yugoslavia merupakan negara yang terdiri dari beragam suku, agama, ras dan golongan yang hampir sama dengan kehidupan masyarakat di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. ”Untuk itu, penting bagi Indonesia untuk belajar agar tidak hanya dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik di Indonesia, namun juga untuk memberikan kontribusi bagi dunia dalam pemeliharaan perdamaian dan pencegahan konflik,” ujar perwira tinggi bergelar doktor ini. (Baca juga: Laksdya TNI Amarulla Octavian Tutup Penataran Bela Negara Dosen Unhan)
Senada, Ketua IPCRA, Bonar Nasution berpandangan, perang Balkan dapat menjadi sebuah refleksi pembelajaran penting bagi Indonesia mengenai betapa pentingnya isu pembangunan perdamaian dan pengelolaan konflik dalam sebuah masyarakat yang majemuk. Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang memiliki kemajemukan dalam konteks etnis dan agama, perlu mempunyai sensibilitas dalam pengarusutamaan isu perdamaian dan konflik dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. (Baca juga: Rektor Unhan Kukuhkan Supartono sebagai Guru Besar Ilmu Pertahanan)
“Hal ini adalah sebuah refleksi pembelajaran penting bagi Indonesia mengenai betapa pentingnya isu pembangunan perdamaian dan pengelolaan konflik dalam sebuah masyarakat yang majemuk. Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang memiliki kemajemukan dalam konteks etnis dan agama, perlu mempunyai sensibilitas dalam pengarusutamaan isu perdamaian dan konflik dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah ,” tegas Bonar pada lebih dari 600 peserta Webminar.
Selain Rektor Unhan, narasumber lainnya adalah Duta Besar LBBP RI Republik Serbia dan Montenegro, M. Chandra Widya Yudha. Legal Advisor ICRC, Christian Donny Putranto. Dekan Fakultas Keamanan Nasional Unhan, Laksda TNI Siswo Hadi Sumantri.
Hal itu disampaikan Octavian dalam Webminar Seri Ketiga bertajuk “Perang Balkan: Konflik Bersenjata di Negara Pecahan Yugoslavia”, Rabu, 9 September 2020, yang diselenggarakan oleh Indonesia Peace and Conflict Resolution Association (IPCRA) & Ikatan Alumni UNHAN, serta bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beograd. (Baca juga: Pesan Penting Megawati Soekarnoputri kepada Mahasiswa Doktoral Unhan)
Menurutu Octavian, negara pecahan Yugoslavia merupakan negara yang terdiri dari beragam suku, agama, ras dan golongan yang hampir sama dengan kehidupan masyarakat di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. ”Untuk itu, penting bagi Indonesia untuk belajar agar tidak hanya dapat mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik di Indonesia, namun juga untuk memberikan kontribusi bagi dunia dalam pemeliharaan perdamaian dan pencegahan konflik,” ujar perwira tinggi bergelar doktor ini. (Baca juga: Laksdya TNI Amarulla Octavian Tutup Penataran Bela Negara Dosen Unhan)
Senada, Ketua IPCRA, Bonar Nasution berpandangan, perang Balkan dapat menjadi sebuah refleksi pembelajaran penting bagi Indonesia mengenai betapa pentingnya isu pembangunan perdamaian dan pengelolaan konflik dalam sebuah masyarakat yang majemuk. Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang memiliki kemajemukan dalam konteks etnis dan agama, perlu mempunyai sensibilitas dalam pengarusutamaan isu perdamaian dan konflik dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. (Baca juga: Rektor Unhan Kukuhkan Supartono sebagai Guru Besar Ilmu Pertahanan)
“Hal ini adalah sebuah refleksi pembelajaran penting bagi Indonesia mengenai betapa pentingnya isu pembangunan perdamaian dan pengelolaan konflik dalam sebuah masyarakat yang majemuk. Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang memiliki kemajemukan dalam konteks etnis dan agama, perlu mempunyai sensibilitas dalam pengarusutamaan isu perdamaian dan konflik dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah ,” tegas Bonar pada lebih dari 600 peserta Webminar.
Selain Rektor Unhan, narasumber lainnya adalah Duta Besar LBBP RI Republik Serbia dan Montenegro, M. Chandra Widya Yudha. Legal Advisor ICRC, Christian Donny Putranto. Dekan Fakultas Keamanan Nasional Unhan, Laksda TNI Siswo Hadi Sumantri.
(cip)
tulis komentar anda