Pengelolaan Human Capital dan Kesiapsiagaan Menghadapi Resesi

Rabu, 09 September 2020 - 06:05 WIB
Di situlah kita sebenarnya dapat belajar dari sejarah, bahwa ada organisasi atau korporasi, yang mampu menyesuaikan proses bisnisnya, mengelola dan mengendalikan seluruh sumber dayanya –termasuk Human Capital tentu saja- untuk dapat turn around lebih cepat daripada organisasi atau perusahaan lainnya. Kecepatan untuk menyesuaikan proses bisnis dan mengembalikan arah gerak organisasi ke dalam situasi yang lebih stabil, akan memberi manfaat bagi orang-orang yang berada dalam kapal organisasi/perusahaan tersebut.

Resesi sudah pasti akan mengakibatkan terjadinya gelombang PHK pada tingkat yang paling ekstrem. Jika setiap persen pertumbuhan 1% akan menciptakan sekitar 250-300 ribu lapangan kerja, maka penurunan ekonomi sudah pasti akan berimplikasi pada hilangnya pekerjaan tersebut, minimal pada angka yang sama. Saya memperkirakan angka hilangnya lapangan kerja jauh lebih besar pada setiap penurunan persentase pertumbuhan, dibandingkan dengan munculnya lapangan kerja yang dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi. Mengapa? Karena hilangnya lapangan pekerjaan berisiko sistemik, terutama pada penciptaan lapangan kerja di sektor-sektor pendukung.

Saya tetap melihat resesi dari sudut pandang optimis, karena dalam kondisi apapun, akan selalu ada peluang usaha atau peluang perbaikan kinerja yang bisa muncul. Baik itu baru sama sekali maupun penyempurnaan dari usaha atau kinerja sebelumnya. Di sisi inilah dibutuhkan kejelian untuk menangkap sektor-sektor yang tetap tumbuh, dan itulah yang perlu didorong untuk tumbuh lebih maksimal, sehingga dapat menjadi lokomotif yang menggerakkan ekonomi dan menyerap tenaga kerja yang lebih besar.

Dalam konteks tersebut, maka paradigma lama dalam bisnis modern di mana semua pihak harus menjadi pemenang, win-win paradigm, akan sangat membantu setiap organisasi dan korporasi keluar dari kubangan resesi, segera pada kesempatan pertama ketika titik terang itu kelihatan di depan mata semua orang. Dalam proses internal, manajemen dan pegawai/karyawan, tidak boleh menggunakan kaca mata menang kalah, mauku harus dituruti, permintaanku harus dipenuhi, hak-hakku harus ditunaikan. Paradigma demikian akan menimbulkan riak yang justru akan membuat setiap pihak makin sulit melihat titik terang, dan organisasi akan terseret dalam arus pusaran yang makin kencang, alih-alih keluar dari krisis dan resesi yang sudah berumur lebih dari setengah tahun.

Secara eksternal, pendekatan win-win juga menjadi kunci, karena persaingan yang bersifat menang-kalah justru akan menjadikan yang menang jadi arang, yang kalah jadi abu. Krisis ini multidimensi, dan resesi ini belum pernah ada yang mengalaminya, dan belum ada satu penawar yang mujarab untuk semua masalah yang ditimbulkan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ras)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More