Rapat dengan DPR, Menag Diingatkan Jangan Lagi Bikin Kontroversi
Selasa, 08 September 2020 - 16:31 WIB
JAKARTA - Ketua Komisi VIII DPR Yandri Susanto mengaku kecewa dengan sejumlah pernyataan kontroversial dari Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi sejak awal menjabat.
Bahkan, dia menilai bahwa pernyataan Menag itu banyak mendiskreditkan umat Islam bahkan, menarasikan Islam yang radikal. Dengan demikian muncul kesan Menag seolah membenci Islam.
“Karena itu, kami ulangi kembali, narasi radikalisme kita sepakat radikal yang negatif harus kita basmi tapi menarasikan Islam radikal, pandai bahasa Arab radikal, hafal Quran radikal. Itu sungguh membuat saya tersinggung sebagai Komisi VIII,” kata Yandri dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Menag di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/9/2020).( )
Untuk itu, Wakil Ketua Umum PAN ini meminta agar hal ini diklarifikasi secara sungguh-sungguh dan Komisi VIII DPR meminta agar pernyataan kontroversi ini tidak diulangi kembali oleh Menag.
“Mana mungkin orang yang pandai bahasa Arab, bapak katakan menjadi sumber utama radikal, saya kira tidak elok untuk kita kembangkan dan kalau ini bsia diklarifiaksi pak menteri,” ujarnya.( )
“Saya jujur anak-anak saya sarankan untuk pintar bahasa Arab dan Alquran Pak, tapi kalau hari ini pemerintah menuduh, itu sesuatu yang tidak bisa kami terima,” lanjut Yandri.
Begitu juga dengan rencana sertifikasi penceramah, legislator asal Banten ini menegaskan yang memberikan gelar dai, ustaz dan penceramah itu masyarakat. Pemerintah tidak punya hak memberikan sertifikat. Jangan sampai muncul kesan Menag membenci Islam.
“Kalau seperti ini penting jangan sampai justru Menag yang katanya beragama Islam kata teman-teman sepertinya benci dengan Islam. Ini banyak yang bilang ke saya, selama itu tidak dibereskan kita ikut memancing kegaduhan,” tuturnya.
Bahkan, dia menilai bahwa pernyataan Menag itu banyak mendiskreditkan umat Islam bahkan, menarasikan Islam yang radikal. Dengan demikian muncul kesan Menag seolah membenci Islam.
“Karena itu, kami ulangi kembali, narasi radikalisme kita sepakat radikal yang negatif harus kita basmi tapi menarasikan Islam radikal, pandai bahasa Arab radikal, hafal Quran radikal. Itu sungguh membuat saya tersinggung sebagai Komisi VIII,” kata Yandri dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Menag di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/9/2020).( )
Untuk itu, Wakil Ketua Umum PAN ini meminta agar hal ini diklarifikasi secara sungguh-sungguh dan Komisi VIII DPR meminta agar pernyataan kontroversi ini tidak diulangi kembali oleh Menag.
“Mana mungkin orang yang pandai bahasa Arab, bapak katakan menjadi sumber utama radikal, saya kira tidak elok untuk kita kembangkan dan kalau ini bsia diklarifiaksi pak menteri,” ujarnya.( )
“Saya jujur anak-anak saya sarankan untuk pintar bahasa Arab dan Alquran Pak, tapi kalau hari ini pemerintah menuduh, itu sesuatu yang tidak bisa kami terima,” lanjut Yandri.
Begitu juga dengan rencana sertifikasi penceramah, legislator asal Banten ini menegaskan yang memberikan gelar dai, ustaz dan penceramah itu masyarakat. Pemerintah tidak punya hak memberikan sertifikat. Jangan sampai muncul kesan Menag membenci Islam.
“Kalau seperti ini penting jangan sampai justru Menag yang katanya beragama Islam kata teman-teman sepertinya benci dengan Islam. Ini banyak yang bilang ke saya, selama itu tidak dibereskan kita ikut memancing kegaduhan,” tuturnya.
(dam)
tulis komentar anda