Gibran, He is the Man
Senin, 18 November 2024 - 00:06 WIB
Sejak pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, memang ada semacam ”gerakan” mendegradasi muruah Wakil Presiden, dalam berbagai opini obrolan podcast, diskusi, narasi status-status dalam media sosial dari kalangan yang sejak awal kontra pada pencalonan putra Presiden ke-7 RI Jokowi sebagai Wapres. Kalau saya melihat dari sudut pandang interaksi simbolik, sosok Gibran sebagai pimpinan nasional yang semakin bersinar, ketika ada kalangan berusaha mendegradasi harkatnya sebagai Wakil Presiden. Sisi lain sosok pesona Gibran Rakabuming Raka adalah harapan untuk sebagian masyarakat kita.
Fakta perjalanan pencalonan Prabowo mulai mencalonkan sebagai calon wakil presiden dan Presiden, beliau selalu kalah. Sesaat disandingkan dengan sosok Gibran, beliau terpilih dan ditakdirkan sebagai Presiden. Wakil Presidennya, Gibran. Ini kenyataan yang harus kita terima. Kemudian ada semacam pernyataan dan tindakan tidak elok ”dengan gayanya” pada sosok Wapres kita, buat saya rasanya aneh, apalagi dilakukan oleh pejabat negara setingkat menteri. Buat saya tidak masuk akal apa maksudnya.
Di atas saya katakan Bung Ara melecehkan Wakil Presiden, juga banyak masyarakat menilai demikian, seperti kata teori interaksi simbolik, "makna" ada di luar pernyataan dan peristiwanya. Itu konsekuensi dari sifat komunikasi ketika pernyataan dan tindakan itu keluar dari pemiliknya, itu bukan lagi jadi miliknya, tetapi sudah menjadi milik khalayak yang menerimanya. Khalayak akan bebas memaknainya.
Banyak pihak mengatakan yang disampaikan Menteri Ara dapat dikatakan bentuk arogansi dan sifat yang jemawa. Seharusnya tidak disampaikan dalam forum terhormat seperti itu, atau dalam forum apa pun tidak patut hal tersebut disampaikan, karena dapat menimbulkan persepsi macam-macam di ruang publik. Sebaiknya kita menghargai konstitusi negara.
Pernah ada seorang alim ulama, mengatakan ketika kita direndahkan dengan alasan yang tidak jelas, Allah SWT Insyaallah akan menaikkan satu atau beberapa derajat harkat dan muruah kita. Komentar sinis pada Gibran memang banyak sejak pencalonan sampai yang bersangkutan dilantik.
Sebagai orang yang suka mengamati fenomena komunikasi di ruang publik, saya melihatnya justru Gibran memiliki kemampuan dan nilai di atas rata-rata, sehingga perlu ”diganggu”. Karena mereka tahu keunggulan Gibran.
Gibran akan menjadi sosok yang tambah mempesona sebagai pemimpin nasional yang menyilaukan para oposannya, menurut tokoh komunikasi dalam sebuah channel YouTube. Gibran, he is the man.
Fakta perjalanan pencalonan Prabowo mulai mencalonkan sebagai calon wakil presiden dan Presiden, beliau selalu kalah. Sesaat disandingkan dengan sosok Gibran, beliau terpilih dan ditakdirkan sebagai Presiden. Wakil Presidennya, Gibran. Ini kenyataan yang harus kita terima. Kemudian ada semacam pernyataan dan tindakan tidak elok ”dengan gayanya” pada sosok Wapres kita, buat saya rasanya aneh, apalagi dilakukan oleh pejabat negara setingkat menteri. Buat saya tidak masuk akal apa maksudnya.
Di atas saya katakan Bung Ara melecehkan Wakil Presiden, juga banyak masyarakat menilai demikian, seperti kata teori interaksi simbolik, "makna" ada di luar pernyataan dan peristiwanya. Itu konsekuensi dari sifat komunikasi ketika pernyataan dan tindakan itu keluar dari pemiliknya, itu bukan lagi jadi miliknya, tetapi sudah menjadi milik khalayak yang menerimanya. Khalayak akan bebas memaknainya.
Banyak pihak mengatakan yang disampaikan Menteri Ara dapat dikatakan bentuk arogansi dan sifat yang jemawa. Seharusnya tidak disampaikan dalam forum terhormat seperti itu, atau dalam forum apa pun tidak patut hal tersebut disampaikan, karena dapat menimbulkan persepsi macam-macam di ruang publik. Sebaiknya kita menghargai konstitusi negara.
Pernah ada seorang alim ulama, mengatakan ketika kita direndahkan dengan alasan yang tidak jelas, Allah SWT Insyaallah akan menaikkan satu atau beberapa derajat harkat dan muruah kita. Komentar sinis pada Gibran memang banyak sejak pencalonan sampai yang bersangkutan dilantik.
Sebagai orang yang suka mengamati fenomena komunikasi di ruang publik, saya melihatnya justru Gibran memiliki kemampuan dan nilai di atas rata-rata, sehingga perlu ”diganggu”. Karena mereka tahu keunggulan Gibran.
Gibran akan menjadi sosok yang tambah mempesona sebagai pemimpin nasional yang menyilaukan para oposannya, menurut tokoh komunikasi dalam sebuah channel YouTube. Gibran, he is the man.
(zik)
tulis komentar anda