Menakar Manfaat BRICS dan MIKTA bagi Indonesia
Selasa, 05 November 2024 - 07:09 WIB
Arifi Saiman
Alumnus Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember, Konsul Jenderal RI New York (2019-2022), dan penulis buku Diplomasi Santri
PARTISIPASI Indonesia dalam BRICS sebagai negara mitra (partner country) adalah "kado diplomasi multilateral" pertama bagi pemerintahan Prabowo-Gibran. Berbasis kebijakan luar negeri bebas dan aktif (free and active foreign policy), Indonesia tercatat cukup aktif dalam kiprah diplomasinya di fora internasional, baik di lingkup kawasan maupun di lingkup global.
Di tingkat kawasan sebagai contoh, Indonesia merupakan negara anggota sekaligus salah satu pendiri Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan salah satu pendiri Gerakan Non-Blok (GNB). Sementara itu, Indonesia juga menjadi bagian dari kelompok-kelompok blok ekonomi global seperti G-20 dan Belt and Road Initiative (BRI) yang belakangan kerap pula disebut Global Development Initiative (GDI). Selain itu, Indonesia sebagai negara muslim terkemuka di dunia juga menjadi bagian penting dari Organisasi Kerja Sama Islam ( OKI ).
Di balik partisipasi aktif Indonesia di fora internasional, muncul satu pertanyaan yang seyogianya kita jawab secara jujur terkait tujuan dan target yang hendak diraih dari partisipasi Indonesia dimaksud. Hal ini didasari pemikran bahwa partisipasi dalam sebuah lembaga organisasi atau forum kerja sama internasional, jika sifatnya simbolis semat, tentunya akan menjadi sia-sia karena hasil yang didapat tidak sepadan dengan anggaran yang dikeluarkan.
Pengeluaran anggaran di sini digunakan antara lain untuk pembayaran kontribusi untuk keanggotaan lembaga organisasi regional/internasional atau untuk pembiayaan perjalanan dinas (jaldis) delegasi RI (Delri). Terlebih lagi masalah jaldis pejabat pemerintah ke luar negeri saat ini mendapat perhatian tersendiri dari Presiden Prabowo Subianto khususnya jaldis yang dilakukan tanpa tujuan dan hasil yang konkret.
Sekilas BRICS
Istilah BRIC yang merupakan akronim dari Brasil, Rusia, India, dan China dicetuskan oleh ekonom Goldman Sachs, Jim O’Neill, pada tahun 2001. Jim O’Neil meramalkan keempat negara tersebut akan mendominasi perekonomian dunia pada tahun 2050. Saat ini negara-negara BRICS memiliki total nilai ekonomi mencapai 33,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global dan mewakili 45% dari total populasi dunia.
Alumnus Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember, Konsul Jenderal RI New York (2019-2022), dan penulis buku Diplomasi Santri
PARTISIPASI Indonesia dalam BRICS sebagai negara mitra (partner country) adalah "kado diplomasi multilateral" pertama bagi pemerintahan Prabowo-Gibran. Berbasis kebijakan luar negeri bebas dan aktif (free and active foreign policy), Indonesia tercatat cukup aktif dalam kiprah diplomasinya di fora internasional, baik di lingkup kawasan maupun di lingkup global.
Di tingkat kawasan sebagai contoh, Indonesia merupakan negara anggota sekaligus salah satu pendiri Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dan salah satu pendiri Gerakan Non-Blok (GNB). Sementara itu, Indonesia juga menjadi bagian dari kelompok-kelompok blok ekonomi global seperti G-20 dan Belt and Road Initiative (BRI) yang belakangan kerap pula disebut Global Development Initiative (GDI). Selain itu, Indonesia sebagai negara muslim terkemuka di dunia juga menjadi bagian penting dari Organisasi Kerja Sama Islam ( OKI ).
Di balik partisipasi aktif Indonesia di fora internasional, muncul satu pertanyaan yang seyogianya kita jawab secara jujur terkait tujuan dan target yang hendak diraih dari partisipasi Indonesia dimaksud. Hal ini didasari pemikran bahwa partisipasi dalam sebuah lembaga organisasi atau forum kerja sama internasional, jika sifatnya simbolis semat, tentunya akan menjadi sia-sia karena hasil yang didapat tidak sepadan dengan anggaran yang dikeluarkan.
Baca Juga
Pengeluaran anggaran di sini digunakan antara lain untuk pembayaran kontribusi untuk keanggotaan lembaga organisasi regional/internasional atau untuk pembiayaan perjalanan dinas (jaldis) delegasi RI (Delri). Terlebih lagi masalah jaldis pejabat pemerintah ke luar negeri saat ini mendapat perhatian tersendiri dari Presiden Prabowo Subianto khususnya jaldis yang dilakukan tanpa tujuan dan hasil yang konkret.
Sekilas BRICS
Istilah BRIC yang merupakan akronim dari Brasil, Rusia, India, dan China dicetuskan oleh ekonom Goldman Sachs, Jim O’Neill, pada tahun 2001. Jim O’Neil meramalkan keempat negara tersebut akan mendominasi perekonomian dunia pada tahun 2050. Saat ini negara-negara BRICS memiliki total nilai ekonomi mencapai 33,6% dari Produk Domestik Bruto (PDB) global dan mewakili 45% dari total populasi dunia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda