Pancasila Jadi Penengah Perbedaan Jaga Persatuan Indonesia
Sabtu, 05 Oktober 2024 - 23:50 WIB
Permasalahan di wilayah-wilayah dengan minoritas Islam biasanya muncul pada waktu misalnya mendirikan masjid atau sarana ibadah lainnya. Kemudian, mayoritas Kristen mempersoalkan umat Islam yang minoritas, kenapa harus membangun rumah ibadah, padahal jumlah mereka sedikit.
Lucunya, isu yang sama juga bisa ditemukan andaikata situasinya dibalik. Isunya mirip sekali dengan penentangan pembangunan Gereja di berbagai daerah yang mayoritasnya beragama Islam. Kebencian terhadap umat Islam yang minoritas seolah mendapatkan restu dari ayat-ayat Alkitab yang 'disesuaikan' agar mampu menjadi legitimasi atas tindak kekerasan yang telah direncanakan. Seperti misalnya, 'bagaimana mungkin gelap dan terang itu jalan bersama?'
Interpretasi terang itu jelas milik umat Kristiani yang mayoritas, dan gelap adalah milik umat-umat yang minoritas, termasuk Islam sebagai pendatang. Padahal, menurut Leonard, Yesus berkata sebaliknya dengan firman-Nya, "Kasihilah musuhmu," bahkan musuh saja harus dikasihi.
Leonard berharap agar masyarakat Indonesia bisa lebih matang dan bijaksana dalam menghadapi isu yang berpotensi menimbulkan polarisasi dan gesekan horizontal. Kebersamaan bangsa Indonesia yang dinaungi Pancasila sebagai ideologi bernegara telah berkali-kali melewati ujian kebangsaan, dan hendaknya tetap kuat dalam menghadapi tantangan berikutnya.
"Jangan sampai kita mundur ke era pra-Pancasila, ketika kita tidak punya konsep bersama. Pancasila mungkin bisa ditafsirkan dengan bermacam cara, tetapi tetap menjadi cara kita untuk saling terikat dan berhasil menjadi Indonesia yang seutuhnya," kata Leonard.
Lucunya, isu yang sama juga bisa ditemukan andaikata situasinya dibalik. Isunya mirip sekali dengan penentangan pembangunan Gereja di berbagai daerah yang mayoritasnya beragama Islam. Kebencian terhadap umat Islam yang minoritas seolah mendapatkan restu dari ayat-ayat Alkitab yang 'disesuaikan' agar mampu menjadi legitimasi atas tindak kekerasan yang telah direncanakan. Seperti misalnya, 'bagaimana mungkin gelap dan terang itu jalan bersama?'
Interpretasi terang itu jelas milik umat Kristiani yang mayoritas, dan gelap adalah milik umat-umat yang minoritas, termasuk Islam sebagai pendatang. Padahal, menurut Leonard, Yesus berkata sebaliknya dengan firman-Nya, "Kasihilah musuhmu," bahkan musuh saja harus dikasihi.
Leonard berharap agar masyarakat Indonesia bisa lebih matang dan bijaksana dalam menghadapi isu yang berpotensi menimbulkan polarisasi dan gesekan horizontal. Kebersamaan bangsa Indonesia yang dinaungi Pancasila sebagai ideologi bernegara telah berkali-kali melewati ujian kebangsaan, dan hendaknya tetap kuat dalam menghadapi tantangan berikutnya.
"Jangan sampai kita mundur ke era pra-Pancasila, ketika kita tidak punya konsep bersama. Pancasila mungkin bisa ditafsirkan dengan bermacam cara, tetapi tetap menjadi cara kita untuk saling terikat dan berhasil menjadi Indonesia yang seutuhnya," kata Leonard.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda