Lemhannas Ingatkan Pemenuhan Kebutuhan Amunisi Konvensional Tetap Jadi Prioritas
Rabu, 28 Agustus 2024 - 07:21 WIB
"Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 dan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 telah menyusun sejumlah pedoman dan strategi untuk memperkuat industri pertahanan dalam negeri," kata Deputi Bidang Polhukam Bappenas RI Bogat Widyatmoko.
Dia menyebutkan, Indonesia berada di peringkat 25 sebagai negara yang paling banyak impor alat utama sistem senjata (alutsista). Terbanyak buatan Amerika, Prancis, dan Korea Selatan.
"Indonesia berada di 25 besar negara yang paling banyak impor senjata. Tapi, Indonesia bukan termasuk pembeli terbesar bagi Amerika Serikat dan Prancis. Untuk peringkat tertinggi impor alat utama sistem senjata (alutsista) dari India, lalu kedua dari Arab Saudi, dan ketiga Qatar. Ketiga negara itu impor dari Rusia, Amerika, dan Prancis."
Melihat hal itu, Indonesia pun harus memperkuat industri pertahanan dalam negeri. Hal itu dilakukan demi menjaga keamanan negara.
"Saat ini mengedepankan alat pertahanan dalam negeri perlu ditingkatkan dalam menjaga keamanan negara di tengah geopolitik dunia yang memanas."
Dia pun meminta BUMN sektor pertahanan untuk lebih banyak memproduksi alutsista. Apalagi, BUMN sektor pertahanan memiliki pendapatan yang sudah naik saat ini.
"Kita minta BUMN industri pertahanan meningkat hampir tiga kali lipat. Jadi, tingkatkan produksi senjata maupun alutsista," jelasnya.
Sementara itu, Global Sales and Marketing Ammunition KNDS Patrick Lier mengatakan bahwa persenjataan Indonesia sudah sangat maju. Hal ini berkat kerja sama Prancis dan Indonesia dalam memajukan alutsista.
"Kami sudah membantu Indonesia dalam industri senjata untuk membangun persenjataan yang lebih canggih. Apalagi, Indonesia sudah sangat maju untuk alutsista dalam negeri," ujarnya.
Dia mengungkapkaan Prancis bekerja sama dengan BUMN industri pertahanan seperti PT Pindad. Menurutnya, BUMN itu merupakan mitra penting untuk mengembangkan sistem persenjataan darat.
Dia menyebutkan, Indonesia berada di peringkat 25 sebagai negara yang paling banyak impor alat utama sistem senjata (alutsista). Terbanyak buatan Amerika, Prancis, dan Korea Selatan.
"Indonesia berada di 25 besar negara yang paling banyak impor senjata. Tapi, Indonesia bukan termasuk pembeli terbesar bagi Amerika Serikat dan Prancis. Untuk peringkat tertinggi impor alat utama sistem senjata (alutsista) dari India, lalu kedua dari Arab Saudi, dan ketiga Qatar. Ketiga negara itu impor dari Rusia, Amerika, dan Prancis."
Melihat hal itu, Indonesia pun harus memperkuat industri pertahanan dalam negeri. Hal itu dilakukan demi menjaga keamanan negara.
"Saat ini mengedepankan alat pertahanan dalam negeri perlu ditingkatkan dalam menjaga keamanan negara di tengah geopolitik dunia yang memanas."
Dia pun meminta BUMN sektor pertahanan untuk lebih banyak memproduksi alutsista. Apalagi, BUMN sektor pertahanan memiliki pendapatan yang sudah naik saat ini.
"Kita minta BUMN industri pertahanan meningkat hampir tiga kali lipat. Jadi, tingkatkan produksi senjata maupun alutsista," jelasnya.
Sementara itu, Global Sales and Marketing Ammunition KNDS Patrick Lier mengatakan bahwa persenjataan Indonesia sudah sangat maju. Hal ini berkat kerja sama Prancis dan Indonesia dalam memajukan alutsista.
"Kami sudah membantu Indonesia dalam industri senjata untuk membangun persenjataan yang lebih canggih. Apalagi, Indonesia sudah sangat maju untuk alutsista dalam negeri," ujarnya.
Dia mengungkapkaan Prancis bekerja sama dengan BUMN industri pertahanan seperti PT Pindad. Menurutnya, BUMN itu merupakan mitra penting untuk mengembangkan sistem persenjataan darat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda