Jokowi Disebut Tak Risau dengan KAMI
Rabu, 26 Agustus 2020 - 08:12 WIB
JAKARTA - Kehadiran Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dinilai wajar dalam negara demokrasi seperti Indonesia. Ketua Umum DPP Taruna Merah Putih (TMP) Maruarar Sirait mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun bersikap santai saja menanggapi kehadiran KAMI yang diinisiasi sejumlah tokoh nasional sebab kekuatan Jokowi itu ada di rakyat, bukan di elite.
Menurut Ara—sapaan akrab Maruarar, perjalanan panjang Jokowi selalu mendapat dukungan dari mayoritas rakyat. Tidak jarang dalam perjalanan itu, Jokowi mendapat perlawanan atau pertentangan dari elite. Namun, sejarah membuktikan, rakyat lebih memilih Jokowi. “Santai saja. Kan kekuatan Jokowi itu ada di rakyat, bukan di elite,” kata Ara kemarin. (Baca: Kritisi Pemerintah, KAMI Indikator Demokrasi Masih Jalan)
Ara mengatakan, dukungan rakyat terhadap Jokowi itu terbukti dengan kemenangan dua kali di Solo, kemudian menjadi gubernur DKI Jakarta dan menjadi presiden dua kali. “Artinya, Jokowi sangat dipercaya oleh rakyat. Jokowi sendiri lahir dari rahim rakyat,” ujar anggota DPR periode 2004-2019 ini.
Dia menilai kehadiran KAMI merupakan hal yang biasa dan wajar dalam kehidupan yang demokratis. Para loyalis dan pendukung Jokowi pun tak perlu membuat gerakan tandingan bagi KAMI. Menurut Ara, pemerintahan juga memerlukan check and balances di tengah kekuatan mayoritas parlemen yang berada dalam satu barisan dengan pemerintah.
“Pak Jokowi juga santai saja kok. Pak Jokowi kan pemimpin yang lahir dari proses demokrasi itu sendiri dan juga sangat demokratis. Buktinya, demo-demo di Monas atau di depan Istana atau kehadiran KAMI kan lancar-lancar saja kan. Ini bukti bahwa demokrasi di Indonesia berjalan sangat bagus. Di tengah kekuatan pemerintah dan parlemen, Indonesia tidak menjadi negara otoriter,” tutur Ara. (Baca juga: Rusia rilis Ledakan Bom Tsar Bomba, Bom Nuklir Terkuat Sejagad)
Bahkan, sambung Ara, masukan juga selama ini bukan semata datang dari kelompok oposisi sebab ada pendukung dan loyalis Joko Widodo yang senantiasa memberikan masukan. Masukan, baik dari pendukung atau oposisi, tentu saja baik bagi kepentingan negara. Tidak mungkin pemerintahan berjalan 100% sempurna tanpa kekurangan.
“Yang penting, baik pendukung atau oposisi adalah sikap sportif dan objektif. Kalau misalnya masukan dan kritik dari oposisi itu benar adanya, ya pendukung juga harus terima dengan lapang dada. Tapi, langkah dan kebijakan pemerintah yang baik buat rakyat dan negara juga harus bisa diapresiasi kelompok oposisi secara terbuka juga. Inilah objektivitas sehingga kita semua bisa belajar menjadi negarawan,” papar Ara. (Lihat videonya: Antrean Mengular, Pengadilan Agama Soerang Dibanjir Pasutri Sidang Cerai)
Senada dengan Ara, Saiful Mujani, pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), mengatakan, keberadaan KAMI menjadi sinyal bahwa demokrasi di Indonesia masih jalan. Saiful melihat keberadaan kelompok masyarakat seperti KAMI yang kritis pada pemerintahan Jokowi justru menunjukkan bahwa demokrasi masih berada di jalur yang benar. “Saya senang melihat ada KAMI bahwa ada kekuatan di luar pemerintahan,” kata Saiful. (Abdul Rochim)
Menurut Ara—sapaan akrab Maruarar, perjalanan panjang Jokowi selalu mendapat dukungan dari mayoritas rakyat. Tidak jarang dalam perjalanan itu, Jokowi mendapat perlawanan atau pertentangan dari elite. Namun, sejarah membuktikan, rakyat lebih memilih Jokowi. “Santai saja. Kan kekuatan Jokowi itu ada di rakyat, bukan di elite,” kata Ara kemarin. (Baca: Kritisi Pemerintah, KAMI Indikator Demokrasi Masih Jalan)
Ara mengatakan, dukungan rakyat terhadap Jokowi itu terbukti dengan kemenangan dua kali di Solo, kemudian menjadi gubernur DKI Jakarta dan menjadi presiden dua kali. “Artinya, Jokowi sangat dipercaya oleh rakyat. Jokowi sendiri lahir dari rahim rakyat,” ujar anggota DPR periode 2004-2019 ini.
Dia menilai kehadiran KAMI merupakan hal yang biasa dan wajar dalam kehidupan yang demokratis. Para loyalis dan pendukung Jokowi pun tak perlu membuat gerakan tandingan bagi KAMI. Menurut Ara, pemerintahan juga memerlukan check and balances di tengah kekuatan mayoritas parlemen yang berada dalam satu barisan dengan pemerintah.
“Pak Jokowi juga santai saja kok. Pak Jokowi kan pemimpin yang lahir dari proses demokrasi itu sendiri dan juga sangat demokratis. Buktinya, demo-demo di Monas atau di depan Istana atau kehadiran KAMI kan lancar-lancar saja kan. Ini bukti bahwa demokrasi di Indonesia berjalan sangat bagus. Di tengah kekuatan pemerintah dan parlemen, Indonesia tidak menjadi negara otoriter,” tutur Ara. (Baca juga: Rusia rilis Ledakan Bom Tsar Bomba, Bom Nuklir Terkuat Sejagad)
Bahkan, sambung Ara, masukan juga selama ini bukan semata datang dari kelompok oposisi sebab ada pendukung dan loyalis Joko Widodo yang senantiasa memberikan masukan. Masukan, baik dari pendukung atau oposisi, tentu saja baik bagi kepentingan negara. Tidak mungkin pemerintahan berjalan 100% sempurna tanpa kekurangan.
“Yang penting, baik pendukung atau oposisi adalah sikap sportif dan objektif. Kalau misalnya masukan dan kritik dari oposisi itu benar adanya, ya pendukung juga harus terima dengan lapang dada. Tapi, langkah dan kebijakan pemerintah yang baik buat rakyat dan negara juga harus bisa diapresiasi kelompok oposisi secara terbuka juga. Inilah objektivitas sehingga kita semua bisa belajar menjadi negarawan,” papar Ara. (Lihat videonya: Antrean Mengular, Pengadilan Agama Soerang Dibanjir Pasutri Sidang Cerai)
Senada dengan Ara, Saiful Mujani, pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), mengatakan, keberadaan KAMI menjadi sinyal bahwa demokrasi di Indonesia masih jalan. Saiful melihat keberadaan kelompok masyarakat seperti KAMI yang kritis pada pemerintahan Jokowi justru menunjukkan bahwa demokrasi masih berada di jalur yang benar. “Saya senang melihat ada KAMI bahwa ada kekuatan di luar pemerintahan,” kata Saiful. (Abdul Rochim)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda