Analis Dorong Pendidikan Politik di Kampanye Pilgub Papua Tengah
Selasa, 20 Agustus 2024 - 15:15 WIB
JAKARTA - Dinamika politik di tanah Papua semakin intens menjelang pendaftaran calon kepala daerah yang dijadwalkan pada 27-29 Agustus 2024. Partai-partai politik terus melakukan manuver bongkar pasang kandidat untuk memastikan partisipasi mereka dalam Pilkada Serentak 2024.
"Konfigurasi politik di Papua Tengah terus bergeser dan masih mungkin menghadirkan kejutan di menit-menit terakhir," kata analis politik sekaligus peneliti dari Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, di Jakarta, Selasa (20/8/2024).
Dalam Pemilihan Gubernur Papua Tengah, pasangan Willem Wandik dan Natalis Tabuni yang sebelumnya diprediksi maju bersama kini tampaknya akan berpisah jalan. Partai NasDem, yang semula mendukung keduanya, kini mengeluarkan rekomendasi terbaru untuk Natalis Tabuni sebagai bakal calon gubernur, berpasangan dengan Titus Natkime.
Sementara itu, Willem Wandik dilaporkan akan maju bersama Aloysius Giyai, seorang dokter yang juga menjabat sebagai Direktur RSUD Jayapura. Aloysius dikenal memiliki reputasi yang baik dan sangat dicintai oleh masyarakat Papua.
Keputusan Wandik, yang sudah mendapat KTA Gerindra, untuk menggandeng Aloysius dinilai sebagai langkah strategis yang berpotensi mendulang banyak suara. Sejumlah survei awal menunjukkan pasangan Wandik-Aloysius sebagai kandidat terkuat dengan elektabilitas yang jauh mengungguli pesaing lainnya, seperti Meky Nawipa dan John Wempi Wetipo.
Namun, keberhasilan Wandik juga dihadapkan pada serangan kampanye hitam (black campaign). Karyono mencatat bahwa karena potensi keterpilihan Wandik yang besar, lawan-lawan politiknya mulai menghembuskan isu korupsi terkait dana bansos dan pengadaan pesawat, yang dinilai sebagai upaya kampanye hitam.
"Isu tersebut tidak pernah ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum ke tahap penyidikan, yang menunjukkan bahwa tidak ada hambatan hukum bagi Wandik untuk maju Pilgub," kata Karyono.
Karyono juga menegaskan bahwa kampanye hitam adalah praktik yang tidak terhormat dalam demokrasi, karena sering kali memanipulasi informasi dan memperdalam perpecahan di masyarakat.
"Kampanye hitam sering mengalihkan perhatian publik dari isu-isu penting dan program-program relevan, mengubah fokus dari diskusi visi-misi menjadi serangan pribadi yang tidak konstruktif," tambahnya.
Ia mendorong para kontestan Pilkada untuk memberikan pendidikan politik yang sehat kepada masyarakat Papua Tengah dengan menonjolkan kampanye berbasis prestasi dan rekam jejak. Karyono menyarankan agar para kandidat memanfaatkan isu positif yang dapat menarik pemilih, seperti program pembangunan ekonomi, infrastruktur, kualitas pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pengelolaan sumber daya alam, dan tata kelola pemerintahan.
"Tetapi rakyat kini juga semakin cerdas dan paham arah politik dari setiap isu yang diangkat, sehingga mereka akan tetap memilih sesuai dengan hati nurani mereka. Lihat saja bagaimana derasnya isu negatif yang dialamatkan ke Prabowo-Gibran dalam Pilpres kemarin, tapi rakyat tetap memilihnya," ujar Karyono.
"Konfigurasi politik di Papua Tengah terus bergeser dan masih mungkin menghadirkan kejutan di menit-menit terakhir," kata analis politik sekaligus peneliti dari Indonesian Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, di Jakarta, Selasa (20/8/2024).
Dalam Pemilihan Gubernur Papua Tengah, pasangan Willem Wandik dan Natalis Tabuni yang sebelumnya diprediksi maju bersama kini tampaknya akan berpisah jalan. Partai NasDem, yang semula mendukung keduanya, kini mengeluarkan rekomendasi terbaru untuk Natalis Tabuni sebagai bakal calon gubernur, berpasangan dengan Titus Natkime.
Sementara itu, Willem Wandik dilaporkan akan maju bersama Aloysius Giyai, seorang dokter yang juga menjabat sebagai Direktur RSUD Jayapura. Aloysius dikenal memiliki reputasi yang baik dan sangat dicintai oleh masyarakat Papua.
Keputusan Wandik, yang sudah mendapat KTA Gerindra, untuk menggandeng Aloysius dinilai sebagai langkah strategis yang berpotensi mendulang banyak suara. Sejumlah survei awal menunjukkan pasangan Wandik-Aloysius sebagai kandidat terkuat dengan elektabilitas yang jauh mengungguli pesaing lainnya, seperti Meky Nawipa dan John Wempi Wetipo.
Namun, keberhasilan Wandik juga dihadapkan pada serangan kampanye hitam (black campaign). Karyono mencatat bahwa karena potensi keterpilihan Wandik yang besar, lawan-lawan politiknya mulai menghembuskan isu korupsi terkait dana bansos dan pengadaan pesawat, yang dinilai sebagai upaya kampanye hitam.
"Isu tersebut tidak pernah ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum ke tahap penyidikan, yang menunjukkan bahwa tidak ada hambatan hukum bagi Wandik untuk maju Pilgub," kata Karyono.
Karyono juga menegaskan bahwa kampanye hitam adalah praktik yang tidak terhormat dalam demokrasi, karena sering kali memanipulasi informasi dan memperdalam perpecahan di masyarakat.
"Kampanye hitam sering mengalihkan perhatian publik dari isu-isu penting dan program-program relevan, mengubah fokus dari diskusi visi-misi menjadi serangan pribadi yang tidak konstruktif," tambahnya.
Ia mendorong para kontestan Pilkada untuk memberikan pendidikan politik yang sehat kepada masyarakat Papua Tengah dengan menonjolkan kampanye berbasis prestasi dan rekam jejak. Karyono menyarankan agar para kandidat memanfaatkan isu positif yang dapat menarik pemilih, seperti program pembangunan ekonomi, infrastruktur, kualitas pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pengelolaan sumber daya alam, dan tata kelola pemerintahan.
"Tetapi rakyat kini juga semakin cerdas dan paham arah politik dari setiap isu yang diangkat, sehingga mereka akan tetap memilih sesuai dengan hati nurani mereka. Lihat saja bagaimana derasnya isu negatif yang dialamatkan ke Prabowo-Gibran dalam Pilpres kemarin, tapi rakyat tetap memilihnya," ujar Karyono.
(abd)
tulis komentar anda