Sindiran Tere Liye: Pertamina Tak Pernah Salah, yang Salah Kalian
Selasa, 25 Agustus 2020 - 23:08 WIB
Coba kalau kalian tetap beli bensin, solar saat pandemi, coba kalau kalian semua mau berterimakasih ke Pertamina. Beli itu bensin, solar banyak2. Kan tidak rugi. Kalian benar2 tega. Yang kalian lakukan ke Pertamina itu jahat. Lihat, Pertamina itu sudah ngasih harga Pertamax 9000 loh. Itu sudah murah banget. Di Malaysia, yang kualitasnya lebih baik, cuma 5.000. Eh? Maaf, salah ambil contoh, coba lihat di negara lain, aduh, sebentar... di negara mana ya, eehh, saya harus ambil contoh di mana? Lupakan. Pokoknya, Pertamax di Indonesia itu sudah super murah. Titik.
Maka, atas keegoisan rakyat yang konsumsi minyaknya turun selama pandemi, jadilah Pertamina rugi. Padahal Pertamina harus habis2an terus melakukan eksplorasi, beban eksplorasi ini besar sekali di laporan keuangan. Paling besar diantara beban2 lain. Eh? Maaf ding, salah lihat lagi.
Intinya, core of the core, catat baik2, Pertamina tidak pernah salah. Direksi, komisaris tidak pernah salah. Yang salah adalah kalian. Ngaku pemilik Pertamina, eh pas pandemi nggak mau beli bensin, solar. Kan boong saja. Mereka sudah melakukan banyak sekali usaha profesional, termasuk menurunkan beban pokok, dll, kalian sih yg tidak mendukung.
Begitu saja analisinya. Tabik.
*Tere Liye, penulis novel "Negeri Para Bedebah"
**mohon maaf kalau ada yg salah; namanya juga penulis fiksi, disuruh bahas laporan keuangan, dia ngerti apa sih, cuma sok tahu.
Maka, atas keegoisan rakyat yang konsumsi minyaknya turun selama pandemi, jadilah Pertamina rugi. Padahal Pertamina harus habis2an terus melakukan eksplorasi, beban eksplorasi ini besar sekali di laporan keuangan. Paling besar diantara beban2 lain. Eh? Maaf ding, salah lihat lagi.
Intinya, core of the core, catat baik2, Pertamina tidak pernah salah. Direksi, komisaris tidak pernah salah. Yang salah adalah kalian. Ngaku pemilik Pertamina, eh pas pandemi nggak mau beli bensin, solar. Kan boong saja. Mereka sudah melakukan banyak sekali usaha profesional, termasuk menurunkan beban pokok, dll, kalian sih yg tidak mendukung.
Begitu saja analisinya. Tabik.
*Tere Liye, penulis novel "Negeri Para Bedebah"
**mohon maaf kalau ada yg salah; namanya juga penulis fiksi, disuruh bahas laporan keuangan, dia ngerti apa sih, cuma sok tahu.
(dam)
tulis komentar anda