Cegah Swa-Radikalisasi lewat Duta dan Sekolah Damai

Rabu, 07 Agustus 2024 - 12:26 WIB
Prof Didin menilai kesadaran untuk mencari sanad atau jalur ilmu yang valid sebenarnya tidak diterapkan hanya ketika belajar agama, ilmu-ilmu lain pun demikian adanya. Khusus dalam ranah ilmu agama, yang seringkali terkait dengan sisi emosi dan keyakinan orang atau pihak tertentu akan kebenaran, maka unsur otoritas dan validitas sangat ditekankan termasuk dalam hal sanad.

"Dalam Islam, tidak semua sanad bisa diakui atau diambil. Andaikata kita berguru kepada seseorang, maka kita juga harus tahu secara jelas siapa gurunya orang tersebut dan sebagainya. Tradisi sanad dalam dunia Islam adalah pondasi paling awal dalam hakikat mencari ilmu. Ketika bicara tentang epistemologi Islam, maka satu hal yang paling fundamental adalah unsur sanad dari ilmu yang dipelajari,” imbuhnya.

Dengan semakin disosialisasikannya program-program kontraradikalisme dan kontraterorisme, Prof. Didin pun berharap generasi muda Indonesia semakin resisten dengan propaganda bermuatan ideologi transnasional. Anak-anak, remaja, hingga masyarakat secara luas perlu melibatkan dirinya untuk membangun ketahanan diri yang baik terhadap paham radikal. Secara tidak langsung, hal ini juga akan menunjukkan rasa memiliki yang kuat dari rakyat Indonesia terhadap bangsanya sendiri.

"Kesadaran membangun resistensi ini tidak bisa hanya ditimpakan kepada BNPT, lembaga pemerintah lainnya, atau bahkan kepada para kiai dan para ulama, tetapi juga harus menjadi kesadaran bersama seluruh masyarakat agar Islam yang rahmatan lil ‘alamin itu bisa benar-benar terwujud. Jika memungkinkan, tidak hanya di Indonesia namun juga di seluruh dunia," kata Prof Didin yang pernah satu pesantren dengan bos JAD, Aman Abdurrahman ini.
(abd)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More