KLHK Diminta Segera Atasi Titik Api Kebakaran Hutan di Indonesia
Kamis, 01 Agustus 2024 - 19:18 WIB
JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) diminta segera atasi sebaran titik api atau panas penyebab kebakaran hutan di Indonesia. Sebab, Sebaran titik api atau panas di Indonesia sudah mencapai lebih dari 1.000 titik.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) disebutkan, Pulau Kalimantan menjadi wilayah terbanyak dengan 465 titik api, disusul Sumatera 192 titik, Pulau Jawa 44 titik, Nusa Tenggara 27 titik, Sulawesi 14 titik dan titik lainnya di berbagai daerah Indonesia.
Politikus Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono mengaku sangat prihatin. Menurut dia, kondisi lingkungan di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, serta Jawa mengalami polusi asap kebakaran yang sangat hebat. Kondisi ini bisa mengganggu kesehatan terutama anak-anak kecil terhadap penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), bahkan mengkibatkan kematian, termasuk juga menganggu ekonomi, industri, pariwisata dan sebagainya.
”Asap kebakaran hutan inilah yang menjadi penyebab polusi di kota kota wilayah Jawa sebelah utara, seperti Jakarta, Semarang, Surabaya ada di ambang batas tidak sehat, demikian juga flora fauna yang sangat spesifik hutan wilayah tersebut akan punah," ujar mantan anggota Komisi VI DPR ini, Kamis (1/8/2024).
Anggota DPR terpilih periode 2024-2029 ini menyebut, seharusnya pemerintah khususnya KLHK segera mengambil langkah preventif dengan menyiram hutan-hutan sebanyak seminggu sekali, seperti yang dilakukan oleh negara tetangga.
"Kita bisa melihat Malaysia Semenanjung dan Malaysia Kalimantan sebesar 32 juta hektare, serta Brunei Darussalam sebesar 527.000 hektar,e dan juga Thailand sebesar 51 juta hektare, tidak ada satupun titik nyala api karena pemerintah melakukan pencegahan dengan menyiram secara rutin sebanyak seminggu sekali pada saat wilayah mereka sedang musim kemarau, sedangkan hutan di Indonesia tinggal sekitar 80 juta hektare terbakar lebih dari 2000 titik," ucapnya.
Menurut dia, pemerintah seharunya mengetahui bahwa tumbuh-tumbuhan yang hijau tidak akan kering sampai batas 21 hari karena tidak di siram. Tumbuhan yang tidak kering atau daun hijau tidak akan bisa terbakar.
“Masih beruntung, sebaran titik api atau hotspot di Indonesia karena arah angin saat awal Agustus ini mengarah ke barat daya, yang di akhir Agustus akan mengarah menuju ke selatan dan akan menuju ke arah timur, maka kota-kota di Jawa akan penuh dengan asap. Asap kita juga akan mengganggu negara tetangga kita yaitu Singapura dan Malaysia,” ujarnya.
Untuk itu, dia meminta KLHK bertanggung jawab untuk mengatasi persoalan tersebut. "Tentu ini menjadi tanggung jawab Kementerian Kehutanan, karena telah diberikan anggaran dan fasilitas yang sangat besar, tetapi tidak bergerak melakukan pencegahan dengan rekayasa cuaca atau penyemprotan menggunakan armada pesawat yang ada,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) disebutkan, Pulau Kalimantan menjadi wilayah terbanyak dengan 465 titik api, disusul Sumatera 192 titik, Pulau Jawa 44 titik, Nusa Tenggara 27 titik, Sulawesi 14 titik dan titik lainnya di berbagai daerah Indonesia.
Politikus Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono mengaku sangat prihatin. Menurut dia, kondisi lingkungan di wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, serta Jawa mengalami polusi asap kebakaran yang sangat hebat. Kondisi ini bisa mengganggu kesehatan terutama anak-anak kecil terhadap penyakit Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), bahkan mengkibatkan kematian, termasuk juga menganggu ekonomi, industri, pariwisata dan sebagainya.
”Asap kebakaran hutan inilah yang menjadi penyebab polusi di kota kota wilayah Jawa sebelah utara, seperti Jakarta, Semarang, Surabaya ada di ambang batas tidak sehat, demikian juga flora fauna yang sangat spesifik hutan wilayah tersebut akan punah," ujar mantan anggota Komisi VI DPR ini, Kamis (1/8/2024).
Anggota DPR terpilih periode 2024-2029 ini menyebut, seharusnya pemerintah khususnya KLHK segera mengambil langkah preventif dengan menyiram hutan-hutan sebanyak seminggu sekali, seperti yang dilakukan oleh negara tetangga.
"Kita bisa melihat Malaysia Semenanjung dan Malaysia Kalimantan sebesar 32 juta hektare, serta Brunei Darussalam sebesar 527.000 hektar,e dan juga Thailand sebesar 51 juta hektare, tidak ada satupun titik nyala api karena pemerintah melakukan pencegahan dengan menyiram secara rutin sebanyak seminggu sekali pada saat wilayah mereka sedang musim kemarau, sedangkan hutan di Indonesia tinggal sekitar 80 juta hektare terbakar lebih dari 2000 titik," ucapnya.
Menurut dia, pemerintah seharunya mengetahui bahwa tumbuh-tumbuhan yang hijau tidak akan kering sampai batas 21 hari karena tidak di siram. Tumbuhan yang tidak kering atau daun hijau tidak akan bisa terbakar.
“Masih beruntung, sebaran titik api atau hotspot di Indonesia karena arah angin saat awal Agustus ini mengarah ke barat daya, yang di akhir Agustus akan mengarah menuju ke selatan dan akan menuju ke arah timur, maka kota-kota di Jawa akan penuh dengan asap. Asap kita juga akan mengganggu negara tetangga kita yaitu Singapura dan Malaysia,” ujarnya.
Untuk itu, dia meminta KLHK bertanggung jawab untuk mengatasi persoalan tersebut. "Tentu ini menjadi tanggung jawab Kementerian Kehutanan, karena telah diberikan anggaran dan fasilitas yang sangat besar, tetapi tidak bergerak melakukan pencegahan dengan rekayasa cuaca atau penyemprotan menggunakan armada pesawat yang ada,” ujarnya.
(cip)
tulis komentar anda