SMRC: Mayoritas Masyarakat Tetap Dukung Supremasi Sipil di Atas Militer

Minggu, 23 Agustus 2020 - 15:43 WIB
Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan sekitar 71% mayoritas masyarakat Indonesia mendukung supermasi sipil dalam pemerintahan. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Mayoritas masyarakat Indonesia tetap mendukung supremasi sipil dalam pemerintahan Indonesia. Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan mayoritas masyarakat mendukung supermasi sipil mencapai 71%, dan mayoritas warga mendukung bahwa TNI harus di bawah komando dan kontrol kepala negara (Presiden) yang dipilih rakyat sebesar 76%.

Sekitar 74% masyarakat setuju TNI secara khusus bertugas menjaga keamanan nasional dari ancaman luar negeri dan dari dalam negeri saat keadaan darurat keamanan yang dinyatakan oleh pemimpin negara. Hanya 16% yang tidak setuju. (Baca juga: Survei SMRC, Masyarakat Menilai Kondisi Ekonomi Sangat Buruk)

Demikian pula mayoritas warga yakni, 57% setuju TNI tidak boleh terlibat dalam masalah keamanan dan ketertiban apapun dalam masyarakat. Hanya 31% yang tidak setuju. Sejalan dengan itu, sekitar 59% publik setuju bahwa semua urusan keamanan, ketertiban, dan penegakan hukum dalam masyarakat adalah tugas Polri. Hanya 32% yang tidak setuju. (Baca juga: Ekonomi Dinilai Buruk, Politisi Golkar: Tidak Hanya Terjadi di Indonesia)



Temuan itu disampaikan pendiri SMRC, Saiful Mujani saat mempresentasikan hasil survei nasional bertajuk “Kondisi Demokrasi di Masa Covid-19” pada Minggu (23/8/2020) di Jakarta. Survei Nasional tersebut dilakukan pada 12-15 Agustus 2020 dengan melibatkan 2.202 responden yang diwawancara per telepon dan dipilih secara random. Margin of error diperkirakan sekitar 2,1%.

Menurut Saiful, survei ini dilakukan mengingat laporan evaluatif lembaga kajian internasional V-Dem (Varieties of Democracy Institute) menunjukkan Covid-19 berdampak negatif terhadap banyak negara demokratis. Sebelum Covid-19, sepertiga negara demokratis di dunia mengalami kemunduran berdemokrasi, dan dengan merebaknya Covid-19 kemunduran tersebut bertambah laju dan meluas. “Penurunan pada kepuasan atas kinerja demokrasi terkait dengan penurunan di bidang keamanan dan ketertiban, serta penurunan tajam dalam ekonomi nasional pada masa pandemi,” kata Saiful.

Menurut rangkaian survei SMRC, mayoritas warga Indonesia (82%) saat ini menilai kondisi ekonomi Indonesia memburuk. Penilaian terhadap keamanan dan ketertiban pun cenderung menurun. Survei SMRC menunjukkan bahwa 42% warga menganggap pemerintah belum bisa melindungi warga dari ancaman keamanan, sementara 52% menganggap bisa. “Walau 42% bukanlah angka mayoritas, namun itu menunjukkan persentase yang signifikan,” ujar Saiful.

Karena itu, SMRC berusaha mempelajari apakah kondisi-kondisi tersebut memengaruhi kepercayaan publik pada demokrasi, yang antara lain diukur oleh penilaian mengenai keterlibatan militer dalam kepemimpinan nasional. “Dalam demokrasi, keputusan-keputusan strategis harus dibuat oleh pejabat publik dari kalangan sipil yang dipilih secara demokratis. Karena itu dikenal konsep supermasi sipil," katanya.

Begitu juga keamanan, ketertiban, dan penegakkan hukum di dalam sebuah negara demokratis, menjadi tugas inti kepolisian, bukan tentara. “Tentara adalah kekuatan profesional yang tugas utamanya adalah kekuatan bersenjata untuk menjaga pertahanan dan keamanan nasional terutama dari ancaman kekuatan bersenjata yang lain,” tuturnya.

Survei SMRC menunjukkan bahwa di tengah Covid-19 warga tetap percaya pada supermasi sipil dan profesionalisme TNI. Di sisi lain, survei SMRC juga menunjukkan bahwa sebenarnya ada peningkatan persentase warga yang mendukung pemimpin otoriter, antara sebelum dan sesudah wabah Covid-19. Kepada responden ditanya apakah mereka akan mendukung pemimpin yang tak dipilih rakyat, tak dikontrol DPR, yang menghapuskan pemilihan umum? Sebelum Covid-19 yang mendukung pemimpin demikian hanya 7%. Setelah masuk masa Covid-19 dukungan pada otoritarianisme itu naik menjadi 12%.

Kepada responden juga ditanya apakah akan mendukung tentara aktif memimpin pemerintahan. Sebelum masa Covid-19 dukungan pada pemerintahan di bawah kepemimpinan tentara aktif mencapai 24%. Setelah masuk masa Covid-19 dukungan pada rezim demikian naik menjadi 31%. “Jadi secara umum publik masih mendukung demokrasi. Tapi Covid-19 menurunkan tingkat dukungan tersebut secara signifikan walau tidak sampai ke titik di bawah angka psikologis 50%," katanya. abdul rochim
(cip)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More