Sempat Jadi Berandalan, Surat Yasin Ubah Kehidupan Kelam Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto
Jum'at, 28 Juni 2024 - 07:47 WIB
Buku Lusuh Surat Yasin
Gagal masuk Secaba di tahap akhir (pantukhir), Agus kecewa dan frustasi. Harapan untuk menjadi abdi negara dan mewujudkan keinginan orang tua pun pupus. Di tengah kekecewaan itu, Agus kembali mendatangi rumah Iwa, temannya yang dikenalnya saat nongkrong bareng dan menjadi anak motor yang kalau zaman sekarang disebut geng motor. Geng Baros yang cukup disegani.
Ketika itu, Iwa menyodorkan sebuah buku kecil berwarna merah yang diambil dari dalam tasnya. Warna buku berukuran 15x10 cm dengan judul “Surat Yasin dan Tahlil” itu tampak mulai memudar. Beberapa lembaran kertasnya sudah berwarna cokelat dan robek. Namun siapa sangka, buku itulah yang pada akhirnya menguatkan Agus untuk bangkit dari keterpurukan meraih kesuksesan yang gilang gemilang.
”Aku pamit, tetap tak ada pesan tertentu, hanya buku tadi. Yasin lusuh itu pun aku bawa pulang dalam genggaman,” ucapnya.
Panglima TNI tanda (x) saat menjadi taruna Akademi Militer (Akmil).
Pulang dari rumah temannya, Agus mencoba mengadu nasib dengan melamar kerja sebagai petugas keamanan (satpam) di Mal Internusa Bogor namun tak diterima. Agus pun berusaha melamar ke sejumlah pertokoan sebagai petugas keamanan tapi lagi-lagi ditolak. Bahkan, Agus juga sempat mengikuti tes di Perusahaan Gas Negara (PGN) tapi upayanya tidak membuahkan hasil.
Meski gagal, Agus tak menyerah. Buku kecil pemberian temannya kemudian dibuka dan dibacanya setiap habis Salat Subuh dan Salat Maghrib. Kebiasaannya membaca Surat Yasin membuat Agus semakin tenang. Hati dan pikirannya semakin jernih bahkan semakin sabar dan ikhlas. Agus juga mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk tentara.
Memasuki 1988, Agus memutuskan untuk mendaftar di Akademi Militer (Akmil). Opsi yang terbilang nekat karena dari segi level Akmil lebih tinggi dari Secaba. Tahap demi tahap seleksi dijalaninya. Dibarengi dengan membaca Surat Yasin setiap selesai Salat Subuh dan Salat Maghrib dan puasa Senin-Kamis. Tak disangka, hasilnya Agus lulus dengan nilai memuaskan. Bahkan Agus menempati peringkat kedua se-Jawa Barat.
“Aku jadi semakin sadar dan meyakini inilah buah manis rutin membaca Yasin setiap hari. Allah tidak akan melupakan hamba yang mendekatkan diri kepada-Nya,” tuturnya.
Gagal masuk Secaba di tahap akhir (pantukhir), Agus kecewa dan frustasi. Harapan untuk menjadi abdi negara dan mewujudkan keinginan orang tua pun pupus. Di tengah kekecewaan itu, Agus kembali mendatangi rumah Iwa, temannya yang dikenalnya saat nongkrong bareng dan menjadi anak motor yang kalau zaman sekarang disebut geng motor. Geng Baros yang cukup disegani.
Ketika itu, Iwa menyodorkan sebuah buku kecil berwarna merah yang diambil dari dalam tasnya. Warna buku berukuran 15x10 cm dengan judul “Surat Yasin dan Tahlil” itu tampak mulai memudar. Beberapa lembaran kertasnya sudah berwarna cokelat dan robek. Namun siapa sangka, buku itulah yang pada akhirnya menguatkan Agus untuk bangkit dari keterpurukan meraih kesuksesan yang gilang gemilang.
”Aku pamit, tetap tak ada pesan tertentu, hanya buku tadi. Yasin lusuh itu pun aku bawa pulang dalam genggaman,” ucapnya.
Panglima TNI tanda (x) saat menjadi taruna Akademi Militer (Akmil).
Pulang dari rumah temannya, Agus mencoba mengadu nasib dengan melamar kerja sebagai petugas keamanan (satpam) di Mal Internusa Bogor namun tak diterima. Agus pun berusaha melamar ke sejumlah pertokoan sebagai petugas keamanan tapi lagi-lagi ditolak. Bahkan, Agus juga sempat mengikuti tes di Perusahaan Gas Negara (PGN) tapi upayanya tidak membuahkan hasil.
Meski gagal, Agus tak menyerah. Buku kecil pemberian temannya kemudian dibuka dan dibacanya setiap habis Salat Subuh dan Salat Maghrib. Kebiasaannya membaca Surat Yasin membuat Agus semakin tenang. Hati dan pikirannya semakin jernih bahkan semakin sabar dan ikhlas. Agus juga mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk tentara.
Memasuki 1988, Agus memutuskan untuk mendaftar di Akademi Militer (Akmil). Opsi yang terbilang nekat karena dari segi level Akmil lebih tinggi dari Secaba. Tahap demi tahap seleksi dijalaninya. Dibarengi dengan membaca Surat Yasin setiap selesai Salat Subuh dan Salat Maghrib dan puasa Senin-Kamis. Tak disangka, hasilnya Agus lulus dengan nilai memuaskan. Bahkan Agus menempati peringkat kedua se-Jawa Barat.
“Aku jadi semakin sadar dan meyakini inilah buah manis rutin membaca Yasin setiap hari. Allah tidak akan melupakan hamba yang mendekatkan diri kepada-Nya,” tuturnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda