Jaga Pangan Nasional, Mentan Percepat Perluasan Areal Tanam di Kalsel
Kamis, 27 Juni 2024 - 19:02 WIB
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menjaga keseimbangan pangan nasional dengan menjadikan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) sebagai salah satu fokus utama dalam pengembangan produksi pangan.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta perhatian khusus untuk sektor pertanian karena ini adalah sektor vital. Jika pertanian bermasalah, dunia bisa bermasalah. Amran juga menekankan pentingnya sinergi dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia.
Bahkan di setiap kunjungannya Amran selalu memastikan jika program pompanisasi berjalan dengan baik dan meminta agar Dinas Pertanian Provinsi dan Kota/Kabupaten turun ke lapangan untuk memastikan ketersediaan sumber daya air dan kebutuhan pompa agar program ini dapat berjalan lancar dan tepat sasaran.
"Tanpa Anda sekalian, kami tidak bisa melakukan apa-apa. Kita harus kuat bersama. Kita akan mengguncang dunia dan mencapai mimpi bersama menjadi lumbung pangan dunia," tegasnya saat menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Perkembangan Optimalisasi Lahan Rawa, Pompanisasi dan Tumpang Sari (Padi Gogo) di Aula Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel, Kamis (27/6/2024).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyampaikan arahan kebijakan Mentan Amran untuk fokus pada antisipasi darurat pangan melalui peningkatan produksi padi dan jagung dengan langkah-langkah strategis. Di antaranya melalui perluasan areal tanam pada lahan baru sawah yang sudah ada, gerakan pompanisasi, optimasi lahan dan tumpang sari lahan perkebunan.
Tampak hadir dalam Rakor tersebut adalah Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Cahya, Kepala UPT Kementan di Kalsel, Plt. Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kasel serta perwakilan dari SKPD lingkup Pertanian se-Kalsel dan Korem 01 Antasari Kalsel.
Dalam kesempatan tersebut, Dedi Nursyamsi menegaskan Provinsi Kalsel memiliki potensi besar sebagai sentra produksi pangan nasional, sehingga perlu didorong untuk meningkatkan produksi beras nasional. "Tahun 2023, Indonesia mengalami defisit beras sebesar 3,5 juta ton. Tahun ini kita tidak boleh lagi mengalami defisit tersebut," tegas Dedi.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta perhatian khusus untuk sektor pertanian karena ini adalah sektor vital. Jika pertanian bermasalah, dunia bisa bermasalah. Amran juga menekankan pentingnya sinergi dalam menghadapi ancaman krisis pangan dunia.
Bahkan di setiap kunjungannya Amran selalu memastikan jika program pompanisasi berjalan dengan baik dan meminta agar Dinas Pertanian Provinsi dan Kota/Kabupaten turun ke lapangan untuk memastikan ketersediaan sumber daya air dan kebutuhan pompa agar program ini dapat berjalan lancar dan tepat sasaran.
Baca Juga
"Tanpa Anda sekalian, kami tidak bisa melakukan apa-apa. Kita harus kuat bersama. Kita akan mengguncang dunia dan mencapai mimpi bersama menjadi lumbung pangan dunia," tegasnya saat menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Evaluasi Perkembangan Optimalisasi Lahan Rawa, Pompanisasi dan Tumpang Sari (Padi Gogo) di Aula Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel, Kamis (27/6/2024).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menyampaikan arahan kebijakan Mentan Amran untuk fokus pada antisipasi darurat pangan melalui peningkatan produksi padi dan jagung dengan langkah-langkah strategis. Di antaranya melalui perluasan areal tanam pada lahan baru sawah yang sudah ada, gerakan pompanisasi, optimasi lahan dan tumpang sari lahan perkebunan.
Tampak hadir dalam Rakor tersebut adalah Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Cahya, Kepala UPT Kementan di Kalsel, Plt. Sekretaris Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kasel serta perwakilan dari SKPD lingkup Pertanian se-Kalsel dan Korem 01 Antasari Kalsel.
Dalam kesempatan tersebut, Dedi Nursyamsi menegaskan Provinsi Kalsel memiliki potensi besar sebagai sentra produksi pangan nasional, sehingga perlu didorong untuk meningkatkan produksi beras nasional. "Tahun 2023, Indonesia mengalami defisit beras sebesar 3,5 juta ton. Tahun ini kita tidak boleh lagi mengalami defisit tersebut," tegas Dedi.
tulis komentar anda