BMKG Keluarkan Prakiraan Hilal, Iduladha Berpotensi Serentak
Selasa, 04 Juni 2024 - 20:07 WIB
BMKG melaporkan di wilayah Indonesia pada tanggal 6 Juni 2024, waktu Matahari terbenam paling awal adalah pukul 17.26.29 WIT di Merauke, Papua dan waktu Matahari terbenam paling akhir adalah pukul 18.51.03 WIB di Sabang, Aceh.
Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi setelah Matahari terbenam tanggal 6 Juni 2024 di wilayah Indonesia.
BMKG menjelaskan secara astronomis pelaksanaan rukyat Hilal penentu awal bulan Zulhijah 1445 H bagi yang menerapkan rukyat dalam penentuannya adalah setelah Matahari terbenam tanggal 6 Juni 2024 bagi yang di tempatnya konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam dan tanggal 7 Juni 2024 bagi yang konjungsinya terjadi setelah Matahari terbenam.
Sementara, kata BMKG, bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal bulan Zulhijah 1445 H, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat Matahari terbenam tanggal 6 dan 7 Juni 2024 tersebut.
BMKG melaporkan ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 6 Juni 2024, berkisar antara -5,14 derajat di Merauke, Papua sampai dengan -1,57 derajat di Sabang, Aceh. Ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 7 Juni 2024, berkisar antara 7,27 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 10,69 derajat di Sabang, Aceh.
Artinya, dari prediksi BMKG maka pada tanggal 7 Juni 2024 ketinggian hilal telah melebihi kriteria yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Sehingga, jika dilihat dari prediksi BMKG maka tanggal 1 Zulhijah akan jatuh pada 8 Juni, yang artinya tanggal 10 Zulhijah yang merupakan Hari Raya Iduladha akan berpotensi serentak jatuh pada 17 Juni 2024.
Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi setelah Matahari terbenam tanggal 6 Juni 2024 di wilayah Indonesia.
BMKG menjelaskan secara astronomis pelaksanaan rukyat Hilal penentu awal bulan Zulhijah 1445 H bagi yang menerapkan rukyat dalam penentuannya adalah setelah Matahari terbenam tanggal 6 Juni 2024 bagi yang di tempatnya konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam dan tanggal 7 Juni 2024 bagi yang konjungsinya terjadi setelah Matahari terbenam.
Sementara, kata BMKG, bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal bulan Zulhijah 1445 H, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat Matahari terbenam tanggal 6 dan 7 Juni 2024 tersebut.
BMKG melaporkan ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 6 Juni 2024, berkisar antara -5,14 derajat di Merauke, Papua sampai dengan -1,57 derajat di Sabang, Aceh. Ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 7 Juni 2024, berkisar antara 7,27 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 10,69 derajat di Sabang, Aceh.
Artinya, dari prediksi BMKG maka pada tanggal 7 Juni 2024 ketinggian hilal telah melebihi kriteria yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Sehingga, jika dilihat dari prediksi BMKG maka tanggal 1 Zulhijah akan jatuh pada 8 Juni, yang artinya tanggal 10 Zulhijah yang merupakan Hari Raya Iduladha akan berpotensi serentak jatuh pada 17 Juni 2024.
(maf)
Lihat Juga :
tulis komentar anda