Denny JA Bicara Agama Cinta dan Paradoks Dunia Modern

Senin, 27 Mei 2024 - 17:28 WIB
Ketua Esoterika Forum Spiritualitas, Denny JA mengutip ungkapan Sufi Jalaluddin Rumi pada pidato sambutan yang disampaikan dalam acara forum spiritual Esoterika yang memperingati perayaan Hari Khilafat Ahmadiyah. Foto/Ist
JAKARTA - Ketua Esoterika Forum Spiritualitas, Denny JA mengutip ungkapan Sufi Jalaluddin Rumi pada pidato sambutan yang disampaikan dalam acara forum spiritual Esoterika yang memperingati perayaan Hari Khilafat Ahmadiyah. Agamaku adalah cinta dan rumah ibadahku di hati manusia merupakan kutipan yang disampaikan Denny JA.

Acara ini diadakan di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BPPK), Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu 25 Mei 2024 dan dihadiri oleh ratusan orang dari kalangan akademisi, agamawan, aktivis, serta masyarakat umum.



Dalam pidatonya, Denny JA menyoroti pentingnya memilih jalan cinta sebagai ekspresi agama, mengutip hasil riset yang menunjukkan bahwa pemikiran yang dipenuhi dengan cinta dan kasih menghasilkan dampak positif pada kesejahteraan mental.



“Sejak 800 tahun yang lalu sampai sekarang, jika kita memilih jalan cinta sebagai ekspresi agama itu karena renungan filosofis, itu karena sentuhan spiritualitas. Tapi sekarang ini era pengetahuan lebih jauh lagi ini, era neurosains dan sekali lagi kita lihat bukti-bukti akademis mengajak kita memperkuat memilih jalan cinta sebagai ekspresi agama,” ujar Denny dalam keterangannya, Senin (27/5/2024).

Denny menyoroti dua riset utama yang relevan dengan tema keberagaman agama dan ekspresi spiritualitas. Riset pertama, yang dilakukan oleh University of Utahpada tahun 2016 dan riset kedua yang dipublikasikan dalam jurnal neurosains pada tahun 2014, meneliti respons neurologis terhadap keyakinan agama individu.

Responden dari dua kategori yang berbeda yakin bahwa Tuhan memiliki sifat yang berbeda, salah satunya menggambarkan Tuhan sebagai sumber kehidupan yang penuh kasih dan penyayang, sementara yang lainnya mempersepsikan Tuhan sebagai hakim yang adil dan kadang-kadang murka. Hasil riset menunjukkan bahwa penghayatan terhadap keyakinan agama ini berdampak langsung pada aktivitas saraf mental, dengan efek yang berbeda pada sekresi hormon-hormon tertentu.

Mereka yang membayangkan Tuhan sebagai sosok pengasih cenderung memiliki respons neurologis yang menunjukkan peningkatan hormon yang merangsang rasa relaksasi dan perdamaian pikiran, sementara mereka yang membayangkan Tuhan sebagai sosok yang adil dan kadang-kadang murka, menunjukkan respons yang memicu hormon yang terkait dengan rasa gusar dan bersalah.

Selain itu, muncul berbagai riset turunan dilihat lagi efek-efeknya kepada tipologi personalisasi, tipologi personalitas. Mereka yang terbiasa berpikir Tuhan itu Tuhan Maha Pengasih, yang Maha Penyayang, cenderung menghasilkan personalit yang lebih kuat empatinya. Personality yang lebih pro sosial yang lebih mudah untuk kerja sukarela yang lebih sensitif kepada pro equality.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More