Mengenal Arti dan Makna Baret Jingga Kopasgat, Pasukan Elite TNI AU
Rabu, 15 Mei 2024 - 05:26 WIB
JAKARTA - Arti dan makna baret jingga dari Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) memiliki sejumlah historis. Pasukan elite Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) ini sebelumnya bernama Komando Pasukan Khas (Kopaskhas).
Dikutip dari situs kopasgat.tni-au, Rabu (15/5/2024), sejarah baret berwarna jingga tersebut berawal dengan adanya surat dari Gubernur Kalimantan, Pangeran Mohammad Noor, tentang permintaan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), agar dapat mengirimkan pasukan payung ke Kalimatan untuk membentuk dan menyusun gerilyawan dalam membantu perjuangan rakyat Kalimantan.
Maksud dari mengirim pasukan itu, agar bisa mendirikan stasiun radio induk untuk keperluan membuka jalur komunikasi antara Kalimantan dengan Yogyakarta serta menyiapkan daerah penerjunan (dropping zone) bagi penerjunan selanjutnya.
Permintaan tersebut disambut baik oleh Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia saat itu, yakni Komodor Udara Suryadi Suryadarma dan ditunjuklah Mayor Udara Tjilik Riwoet untuk mempersiapkan prajurit-prajurit AURI yang akan diterjunkan di Kalimantan.
Maka disusunlah rencana, kemudian dilakukan pada tanggal 17 Oktober 1947, dinihari, sebuah pesawat Dakota RI-002, dengan pilot Bob Freeberg dan co-pilot Opsir Udara III Suhodo take off dari Pangkalan Udara Maguwo.
Mentari pagi di ufuk timur yang berwarna jingga mengiringi prajurit terbang menuju Kalimantan dengan melintasi lautan dan menelusuri hutan belantara, untuk memulai baktinya kepada bangsa dan negara.
Bertindak sebagai jumping master adalah Opsir Muda Udara III Amir Hamzah dan sebagai penunjuk daerah penerjunan adalah Mayor Udara Tjilik Riwoet.
Dikutip dari situs kopasgat.tni-au, Rabu (15/5/2024), sejarah baret berwarna jingga tersebut berawal dengan adanya surat dari Gubernur Kalimantan, Pangeran Mohammad Noor, tentang permintaan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), agar dapat mengirimkan pasukan payung ke Kalimatan untuk membentuk dan menyusun gerilyawan dalam membantu perjuangan rakyat Kalimantan.
Maksud dari mengirim pasukan itu, agar bisa mendirikan stasiun radio induk untuk keperluan membuka jalur komunikasi antara Kalimantan dengan Yogyakarta serta menyiapkan daerah penerjunan (dropping zone) bagi penerjunan selanjutnya.
Permintaan tersebut disambut baik oleh Kepala Staf Angkatan Udara Republik Indonesia saat itu, yakni Komodor Udara Suryadi Suryadarma dan ditunjuklah Mayor Udara Tjilik Riwoet untuk mempersiapkan prajurit-prajurit AURI yang akan diterjunkan di Kalimantan.
Maka disusunlah rencana, kemudian dilakukan pada tanggal 17 Oktober 1947, dinihari, sebuah pesawat Dakota RI-002, dengan pilot Bob Freeberg dan co-pilot Opsir Udara III Suhodo take off dari Pangkalan Udara Maguwo.
Mentari pagi di ufuk timur yang berwarna jingga mengiringi prajurit terbang menuju Kalimantan dengan melintasi lautan dan menelusuri hutan belantara, untuk memulai baktinya kepada bangsa dan negara.
Bertindak sebagai jumping master adalah Opsir Muda Udara III Amir Hamzah dan sebagai penunjuk daerah penerjunan adalah Mayor Udara Tjilik Riwoet.
Baca Juga
tulis komentar anda